Mohon tunggu...
Stephanus Ivan
Stephanus Ivan Mohon Tunggu... Dosen -

Nama lengkap: Stephanus Ivan Goenawan (SIG).\r\nSebagai Penemu Metris: Ilmu Hitung Penyempurnaan cara Tradisional/Vertikal & Dosen FT Univ. AtmaJaya.\r\nPada tahun 2009 telah memperoleh penghargaan dari Muri sebagai penemu Metris. \r\nPenghargaan Kemenristek Tahun 2010: Penyempurnaan Ilmu Hitung di Dunia via Metris. Penulis Buku: Gen Metris, Mencetak Einstein, Metris Perkalian, Pangkat, Pembagian Ajaib. (sigmetris.com)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Metris:The Best Arithmetics for Education (Seminar Nasional 2012)

2 Februari 2012   10:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:09 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Metris: The Best Arithmetics For Education

Be The Center Knowledge of Arithmetics in The World

[caption id="attachment_158619" align="aligncenter" width="240" caption="Metris: The Best Arithmetics for Education"][/caption]

By. Stephanus Ivan Goenawan

Creator of Metris

Atma Jaya University

Jend. Sudirman 51, Jakarta

steph.goenawan@atmajaya.co.id

sig.metris@yahoo.co.id

Abstract

Conventional Structured Vertical Calculation though unpractical is still widely used. A revolutionary calculation method called the Horizontal Method (METRIS) is using tally notations in recognizing the numbers pattern and focus on the position of a digit in a number.  Using simple yet effective method, the method will enable anybody to calculate more than 12 digits mathematical problems, quickly and accurately.

Keywords: metris, horizontal method, conventional method, arithmetics

Saat ini perkembangan pendidikan kita sangat kritis kalau boleh dibilang jalan di tempat.  Bahkan menurut Hafid Abbas (Kompas, 31/3/2011) kualitas pendidikan negara kita dibandingkan dengan negara serumpun saja masih tertinggal jauh antara 3-6 tahun.  Hal ini dikaji antara lain melalui tinjauan tingkat kesukaran materi pendidikan sains dan matematika jenjang SLTP di Indonesia relatif sebanding dengan jenjang SLTA di Malaysia.

Untuk memperbaiki kualitas pendidikan, kita sepertinya tidak mempunyai visi sehingga kebijaksanaan yang dikeluarkan justru menyebabkan pemborosan di sana sini.  Hal ini seperti yang dikatakan L.Wilardjo (Kompas 30/9/2011) bahwasanya rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) terkesan hanya mementingkan status “wah” dengan perpustakaan dan laboratorium bagus serta ruang kelas yang dilengkapi laptop dan proyektor LCD.  Namun sebenarnya kunci pembangunan kualitas pendidikan sains dan matematika tidak terletak pada fasilitas dan kecanggihan alat-alat laboratorium, namun lebih pada sumber daya manusianya.

Menurut Abdul Salam, penenang Nobel Fisika dari Pakistan, agar alih teknologi negara berkembang berjalan lancar maka infrastruktur sains harus kokoh terlebih dahulu.  Adalah tidak masuk akal juga apabila infrastuktur sains yang kokoh tanpa ditunjang oleh kemampuan matematika yang kuat.  Agar fondasi matematika para siswa kokoh maka kemampuan matematika dasar atau aritmetikanya tentu saja juga harus kuat.

Penguasaan ilmu hitung atau aritmetika saat ini masih menggunakan cara konvensional atau vertikal yang sangat membosankan karena hanya melatih logika berhitung saja.  Hal inilah yang merupakan salah satu sebab mengapa para siswa menjadi kurang tertarik pada angka yang lalu menyebabkan kebanyakan siswa fobia terhadap matematika.  Untuk mengatasi masalah tersebut, saya mengusulkan sebuah metode hitung penyempurna cara vertikal yang lebih mudah, efektif dan efisien (Kompas, 26/7/2010) menggunakan metode horisontal (Metris).

Metris merupakan metode hitung selain mengasah logika hitung (otak kiri) juga mengasah kemampuan kreativitas pengenalan pola (otak kanan) menggunakan notasi pagar.  Contoh perhitungan menggunakan Metris misalnya 94 kuadrat adalah 9^2|2x9x4|4^2 = 81|72|16 = 8836. Ketentuan untuk notasi pagar metris adalah banyaknya angka harus sesuai dengan jumlah pagar di sebelah kirinya. Oleh karena itu pada kotak kedua dan ketiga angka tujuh dan satu masing-masing dipindah ke kotak pertama dan kedua lalu dijumlahkan dengan angka yang telah ada sebelumnya pada kotak tersebut. Sehingga hasil akhirnya diperoleh delapan ribu delapan ratus tiga puluh enam.

Salah satu keunggulan Metris dibanding cara hitung vertikal yang telah digunakan oleh manusia selama berabad-abad adalah mampu merubah cara pandang kita terhadap eksekusi bilangan.  Dalam alam berpikir konvensional eksekusi kuadrat bilangan yang angkanya lebih besar akan menjadi lebih susah, namun pada Metris tidak selalu demikian justru sebaliknya, dapat lebih mudah (Kick Andy Show, 14 & 16 Oktober 2011).  Misalnya 904 kuadrat adalah 9^2||2x9x4||4^2 = 81||72||16 = 817216.  Menurut aturan notasi pagar karena jumlah pagar dan angka disebelah kanannya sama maka tidak perlu lagi ada angka yang perlu dipindah.  Jadi hasil akhirnya adalah delapan ratus tujuh belas ribu dua ratus enam belas justru mampu diselesaikan dengan lebih mudah dan cepat.

Sebagai penyempurna ilmu hitung saat ini, ternyata berhitung menggunakan Metris mampu membuat siswa belajar dengan aktif dan gembira karena tertarik, menyukai, dan senang dengan penggunaan Notasi Pagar pada “Metode Horisontal” (Lina Herlina, Pendidik).  Oleh karena itu, apabila Metris dapat masuk ke dalam kurikulum pendidikan nasional maka Indonesia akan mampu berada satu langkah di depan dibandingkan negara serumpun kita malaysia bahkan dengan negara-negara lain di dalam bidang Ilmu Aritmetika.  Selanjutnya Indonesia akan mampu menjadi kiblat pembelajaran Aritmetika di seluruh dunia.  Bangsa yang besar tentu saja adalah bangsa yang mampu melihat dan mengelola dengan benar potensi sumber daya yang ada pada dirinya sendiri.

Bersambung..........

Stephanus Ivan Goenawan (SIG)

Penemu Metris

Judul di atas akan dipresentasikan oleh SIG pada Seminar Pendidikan Nasional 2012 sebagai Pembicara Utama di Universitas Nasional Yogyakarta dengan:

Tema : ”Membangun dunia pembelajaran matematika yang menyenangkan, kreatif, dan inovatif” Waktu dan Tempat : Hari, tanggal : Sabtu, 24 Maret 2012 Waktu : pukul 08.00 WIB s.d. selesai Tempat : Ruang Seminar Lt.2 FMIPA UNY, Yogyakarta Apakah Anda (Guru, Mahasiswa, Pencinta Matematika) haus akan informasi yang paling Muktahir mengenai perkembangan Pendidikan Aritmetika saat ini? Kami mengundang anda untuk datang pada Seminar Pendidikan Nasional 2012 di UNY, Yogyakarta. Info Pendaftaran Seminar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun