[caption id="attachment_98294" align="alignright" width="300" caption="Shakuntala Devi: Permata India"][/caption] Beberapa bulan yang lalu, Indonesia pernah kedatangan tamu spesial, The Human Calculator, dari India yang bernama Shakuntala Devi.Kemampuan hitungnya sungguh luar biasa, beliau mampu berhitung perkalian 13 digit kurang dari tiga puluh detik (The Jakarta Post).Sejak kecil beliau telah menunjukkan bakat hitung yang luar biasa (The gifted person) walaupun tanpa belajar secara formal.
Tentu saja bakat berhitung beliau dapat didemonstrasikan dan membuat kita terheran-heran akan kemampuannya. Beliau selalu mencoba memberikan motivasi bagi orang lain agar mencintai matematika dan ilmu pengetahuan. Namun yang menjadi pertanyaan lebih lanjut adalah apakah kemampuan berhitungnya tersebut mampu ditularkan kepada orang lain?
Dalam kemampuan berhitung cepat, kita perlu mengelompokkan menjadi dua kelompok.Kelompok pertama adalah mereka yang telah memperoleh bakat (gifted) sejak kecil.Mereka yang masuk kelompok ini jumlahnya sangat sedikit.Ciri-cirinya adalah mampu berhitung perkalian bilangan puluhan digit tak berpola dengan cepat dan tepat.Karena kemampuannya tersebut maka dapat disebut sebagai manusia kalkulator. Namun sayangnya kemampuan ini tidak dapat ditularkan kepada orang lain.Nah, Shakuntala Devi masuk kelompok pertama ini.
Kelompok kedua adalah mereka yang tidak memperoleh bakat sejak kecil.Kemampuan mereka diperoleh melalui belajar dan latihan yang tekun.Para juara mental aritmetika (sempoa) masuk dalam kelompok ini.Mereka mampu berhitung perkalian tak berpola maksimal empat digit angka dengan cepat dan tepat.Sedangkan untuk berhitung perkalian di atas empat digit angka menjadi sangat mustahil dilakukan oleh mereka dengan cepat dan tepat.
Tentu saja masih ada celah bagi kelompok kedua agar mampu berhitung cepat perkalian bilangan besar di atas empat digit.Caranya, mereka harus belajar melatih daya kreativitas pengenalan keteraturan pola angka dengan baik.Kemampuan ini perlu karena bilangan yang dioperasikan akan mempunyai pola keteraturan. Mereka yang berkemampuan di jalur ini disebut sebagai Metriser yaitu manusia kalkulator yang kreatif (The Creative Human Calculator).
Misalnya saja kuadrat dari bilangan 15015 ini mempunyai pola keteraturan.Bila pola keteraturannya telah diketahui maka eksekusinya menjadi sangat mudah.Kuadrat dari 15 adalah 225, masukan ke kotak A.Kemudian lipat gandakan menjadi 450, masukkan ke kotak B.Hasil eksekusi akhir deretkan menjadi tiga kotak A-B-A, sehingga dengan cepat dan tepat akan diperoleh bilangan 225.450.225.
Sebenarnya yang diutamakan dalam pembelajaran bukan kemampuan berhitung cepat dan tepatnya.Namun daya kreatif pengenalan pola angka yang nantinya akan mampu berimbas pada daya kreativitas dibidang lain. Nah, kemampuan ini yang akan diasah dan diuji dalam Olimpiade Kreativitas Angka.Perlu diketahui bahwa jenis Olimpiade ini yang pertama di Indonesia dan diselenggarakan di Universitas Atma Jaya Jakarta.
Walaupun Indonesia tidak mempunyai permata, Shakuntala Devi, seperti India. Namun melalui belajar kreativitas angka kita akan mampu menciptakan manusia kalkulator yang kreatif lebih banyak dari India.Oleh karena itu, melalui peningkatan kemampuan kreativitas angka ini maka siswa akan makin banyak terdorong untuk mencintai matematika.
Bangsa yang maju adalah bangsa yang telah berhasil menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknoloi (IPTEK) dengan baik.Sedangkan kunci utama penguasaan IPTEK ada pada penguasaan bidang matematika. Tentu saja untuk meraih semua prestasi pendidikan ini perlu perhatian yang serius dari pemerintah yang tidak hanya mengutamakan masalah politik saja.
Penulis : Stephanus Ivan Goenawan
Penemu Kreativitas Angka METRIS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H