[caption id="attachment_128420" align="alignleft" width="243" caption="OKA II"][/caption]
Sebagai guru maupun orang tua tentu saja sangat berharap bahwa anak-anaknya menjadi anak yang pintar dan kreatif.Kreatif dalam memecahkan persoalan yang dihadapi baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari.Demikian juga daya kreativitas tidak hanya dibutuhkan oleh siswa melainkan para guru dalam mengajar, pekerja dalam bekerja maupun enterpreneur melalui industri kreatifnya dalam menciptakan ide-ide produk barunya.Kreativitas sendiri dapat didefinisikan salah satunya sebagai kemampuan menganalisa keteraturan pola akan fakta-fakta yang ada kemudian merelasikannya guna menemukan keteraturan pola yang baru atau lebih umum.
Proses pendidikan yang baik tentu saja tidak hanya menambahkan pengetahuan ke para siswa melainkan juga mengajarkan bagaimana mereka mampu menemukan sendiri jalan keluar suatu pemasalahan.Minimal melalui kreativitas maka alternatif lain dalam pemecahan masalah mampu dihasilkan oleh mereka.
Metode pengajaran melatih kreativitas seseorang tentu saja beragam.Salah satunya bisa melalui eksperimen, seperti dalam fisika, percobaan beberapa bola dengan massa yang berbeda dijatuhkan dari ketinggian yang sama.Kejadian tersebut dianggap sebagai fakta-fakta yang akan diamati kemudian melalui fakta tersebut pola keteraturan apa yang mampu ditangkap dan disimpulkan oleh para siswa.Kelebihan dari metode ini adalah tingkat kreativitas mampu diukur secara objektif namun pengajaran ini membutuhkan waktu dan dana yang cukup lama dan besar.Metode lain mengasah kreativitas dapat menggunakan media gambar atau bahasa namun karena tak terkuantisasi maka penilaian kreativitas dengan metode ini mempunyai kelemahan dalam faktor objektivitas penilaiannya.
Alternatif metode lain mengasah kreativitas adalah menggunakan media angka.Tentu saja penggunaan media angka sebagai asah kreativitas mempunyai kelebihan yaitu pengukurannya yang lebih obyektif dari metode asah kreativitas menggunakan media gambar atau bahasa.Kelebihan lainnya adalah waktu yang dibutuhkan untuk pembelajarannya tidak terlalu lama serta dana yang tidak terlalu besar dibandingkan metode asah kreativitas melalui jalan eksperimen.
Penulis sangat menyakini bahwa potensi kreativitas itu sendiri sudah tertanam pada diri kita sejak masih kanak-kanak.Ternyata keyakinan ini tidak keliru karena telah terbukti melalui kompetisi asah kreativitas angka atau Olimpiade Kreativitas Angka (OKA) yang pertama kali di Indonesia pada tanggal 8 November 2008 lalu, sedangkan OKA III tanggal 13 November 2010, yang diselenggarakan di UniversitasAtmaJaya.Dalam kompetisi ini dilakukan pengujian pada kemampuan kreativitas mengenali keteraturan pola angka kemudian mengeksekusinya.Pengukuran hasil eksekusinya dapat dilakukan secara obyektip melalui faktor kecepatan dan ketepatan.
Peserta yang mengikuti OKA I & OKA II (Video) ini tingkat pendidikannya sangat beragam, mulai siswa-siswi sekolah dasar, SMP, SMA hingga mahasiswa dari beberapa universitas ternama (AtmaJaya, Binus, ITB).Namun yang tak terduga dalam kompetisi OKA I justru pemenang utamanya adalah seorang anak kecil yang masih duduk disekolah dasar, namanya Nicholas Tie.Kejadian ini secara langsung telah membuktikan kebenaran keyakinan penulis bahwa potensi kreativitas seseorang sudah tertanam sejak dari kanak-kanak.
Salah satu contoh kreativitas angka 1,adalah kemampuan melihat pola keteraturan perhitungan 15 x 15 = 225 dan 25 x 25 = 625.Kedua hasil perhitungan tersebut merupakan fakta-fakta yang selanjutnya akan disimpulkan untuk mencari bentuk umumnya.Melalui kreativitas angka kita dapat menyimpulkan bahwa hasil perhitungan tersebut terdiri dari dua kotak.Kotak pertama berisi kuadrat angka puluhan ditambah angka puluhan itu, sedangkan kotak kedua berisi bilangan 25.
Setelah pola keteraturan perhitungan dapat disimpulkan maka untuk mengeksekusi soal yang mempunyai kemiripan pola akan menjadi lebih cepat dan mudah dibandingkan menggunakan cara konvensional.Misalnya perhitungan 85 x 85, kotak pertama terisi 8x8+8 = 72 dan kotak kedua terisi 25, sehingga hasilnya menjadi 7225.Akhirnya melalui tulisan ini, penulis berharap agar metode pendidikan yang telah ada di sekolah-sekolah dapat terus ditingkatkan khususnya dalam mengasah potensi kreativitas para siswanya.
Penulis : Stephanus Ivan Goenawan (SIG)
Penemu kreativitas angka Metris
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H