Mohon tunggu...
A. Husna
A. Husna Mohon Tunggu... -

Hanya ingin menuliskan "kisah kecil" tentang Pak Ustadz. (Bisa ditemui di \r\nhttp://petisikotbah.wordpress.com)\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kentut Batal

23 November 2010   02:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:22 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1290480802235358513

Selalu saja ada kenikmatan yang tidak mungkin mampu dituangkan ke dalam kata-kata jika Pak Ustadz pergi ke masjid. Apalagi dilakukan bersama kedua buah hatinya yang masih kanak-kanak. Di kedua tangannya yang menggenggam jari-jari anaknya seolah menguak harapan. Jelang matahari terbit. Di pagi subuh. Mulanya memang agak susah, tapi lama kelamaan Fakih dan Abdan mampu mengikuti irama yang dimainkan oleh Pak Ustadz. Bahkan keduanya sangat menikmati pergi ke masjid di saat orang lain masih terlelap dalam tidur. "Abi, Adik tadi sholatnya nggak sah," cetus Fakih tiba-tiba. Nada suaranya seperti menggoda. Pak Ustadz hanya tersenyum mendengar ucapan anaknya yang pertama itu. Namun, tidak dengan Abdan. Adiknya itu tampaknya tidak suka "belangnya" diketahui orang lain, apalagi sampai dikoar-koarkan olah kakaknya. "Bohong. Kakak bohong, Abi. Sholat Adik sah," balas Abdan dengan wajah sedikit cemberut. "Memang Adik kenapa?" tanya Pak Ustadz berusaha menengahi. "Adik kentut." "Tidak. Adik tidak kentut." Fakih dan Abdan mulai ribut. Keduanya tak mau kalah. Masing-masing bersikeras dengan tuduhan dan penolakannya. Pak Ustadz paham kalau dibiarkan keduanya bisa bertikai tanpa akhir. "Kok Kakak tahu kalau Adik kentut." "Baunya. Kakak hafal banget bau kentut Adik. Ya seperti bau yang ada di masjid tadi." Pak Ustadz geli mendengar jawaban Fakih. Tak ingin memperpanjang, Pak Ustadz lalu bertanya kepada Abdan. "Benar, Adik tadi kentut?" "Adik memang merasa ada bau yang aneh tadi. Tapi, Adik nggak kentut. Bener, Adik nggak kentut. Lagian, itu juga bukan bau kentut." Pak Ustadz kini tahu masalahnya. Pak Ustadz kemudian menyudahi masalah itu dengan berucap. "Abi percaya kalau ada bau yang aneh tadi seperti yang Kakak omongkan. Tapi, Abi juga percaya kalau Adik tadi nggak kentut. Sebab, Adik tadi sudah bilang. Dan tandanya orang kentut itu memang bukan pada baunya...." "Lho, pada apanya, Abi?" tanya Fakih dan Abdan hampir berbarengan. "Tandanya kita kentut sehingga kita batal sholat itu ada dua. Pertama, ada suara yang keluar dan kedua ada angin yang juga keluar dari lubang belakang kita. Bau atau tidak bau itu hanya akibat." Fakih mengangguk-angguk. Abdan tersenyum puas. Sangat puas. * * * Sumber gb: http://robie.student.umm.ac.id/files/2010/08/kentut.jpg

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun