Mohon tunggu...
A. Husna
A. Husna Mohon Tunggu... -

Hanya ingin menuliskan "kisah kecil" tentang Pak Ustadz. (Bisa ditemui di \r\nhttp://petisikotbah.wordpress.com)\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jihad Hujan

13 Agustus 2010   03:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:05 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sudah lebih dari setengah jam Pak Ustadz dan Irfan berteduh. Hujan masih mengguyur deras kampung Karangsari di kaki bukit Karangkobar. Langit gelap dan awan biru seolah enggan memunculkan pesonanya. Pak Ustadz dan Irfan berteduh dalam sebuah warung kecil. Sambil menanti hujan reda, mereka berusaha menikmati makanan kecil yang terhidang. Pak Ustadz memesan teh hangat. Irfan menyeruput kopi hitam kegemarannya. "Masih hujan deras Pak Ustadz, bagaimana ini?" tanya Irfan meminta pendapat. Pak Ustadz melihat jam di pergelangan tangannya. Kepalanya lalu mendongak, melongok langit di atas. Ia tersenyum tipis. "Kita berteduh saja dulu. Masih banyak waktu. Insya Allah kita tidak terlambat." Ini adalah kesekian kalinya Irfan diajak Pak Ustadz berkeliling. Konon berdakwah. Awalnya, Irfan tidak mau karena takut dirinya akan menjadi beban bagi Pak Ustadz. Tapi, Pak Ustadz memaksanya. Pak Ustadz bahkan menunjukkan kepada dirinya bahwa ia diperlukan dalam perjalanan itu. Irfan memang ahli dalam mengendarai motor. Jadi, apa salahnya bila Pak Ustadz merasa nyaman bepergian dengan Irfan. Selain itu, Irfan juga cepat hafal dengan situasi jalanan. Maka tak salah jika Pak Ustadz meminta Irfan mengantarkan ke mana saja ia pergi. Irfan bersyukur dapat berdekatan dengan Pak Ustadz yang amat ia hormati. Ia jadi bisa belajar banyak kepada Pak Ustadz. Soal-soal agama yang tidak ia pahami dengan mudah bisa ia mengerti setelah bertanya kepada Pak Ustadz. "Irfan, sepertinya hujan tidak akan reda. Padahal, waktu kita mendesak. Kasihan para jamaah yang sudah menunggu. Kita lanjutkan saja, yuk!" ajak Pak Ustadz. "Tapi, masih hujan Pak Ustadz. Bisa basah kuyup kita sampai di sana." Irfan coba mengulur waktu. "Insya Allah tidak apa-apa." "Jadi nekad kita nih, Pak Ustadz..." Pak Ustadz tersenyum. Irfan menyalakan motornya. Pak Ustadz membonceng di belakang. Berdua mereka menyibak hujan yang cukup deras. Mereka seolah tidak peduli semua itu. Yang ada dalam pikiran mereka hanyalah secepatnya sampai di tujuan dan bertemu jamaah. Tidak sampai setengah jam Pak Ustadz dan Irfan sudah sampai di tempat pengajian. Pak Ustadz turun. Irfan memarkir motornya. Para jamaah sudah membludag. Wow!!! Irfan kaget. Sangat kaget. Ia mendapati tubuhnya jauh dari basah. Kering! Kering sama sekali! Badannya kering, bajunya kering, celananya kering. Semua kering. Aneh, padahal di jalanan tadi hujan deras mengguyur seluruh tubuh. Irfan memandang Pak Ustadz yang sibuk bersalaman dengan panitia pengajian. Sama! Baju dan celana Pak Ustadz juga tidak basah. Kering! Menyaksikan hal itu, Irfan tertegun. Ia seperti hendak pingsan. Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Mata Irfan memandang ke langit. Ada apa ini? Seribu pertanyaan bergelayut dalam benak. Allahkah yang telah campur tangan? * * * Sumber gambar: http://irahsa.files.wordpress.com/2009/12/rain_splash_1.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun