Mohon tunggu...
A. Husna
A. Husna Mohon Tunggu... -

Hanya ingin menuliskan "kisah kecil" tentang Pak Ustadz. (Bisa ditemui di \r\nhttp://petisikotbah.wordpress.com)\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ibu (I)

28 Juni 2010   09:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:14 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hari ini Pak Ustadz berjaga di rumah sakit. Ibunya sudah beberapa hari dirawat. Penyakit sepuh telah menghalangi ibunya untuk terus dapat sehat seperti sediakala. Pak Ustadz sudah pasrah dengan keadaan ibunya. Namun, Pak Ustadz tak mau kehilangan kasih dari orang yang melahirkannya. Maka setiap hari Pak Ustadz tidak pernah tidak berdiam di rumah sakit. Ia selalu berada di rumah sakit! Setiap malam ia memilih berjaga demi ibunya. "Apakah Pak Ustadz selalu tidur di sini?" tanya seorang ibu penjenguk yang merupakan jamaah pengajian bimbingan Pak Ustadz. "Iya, ibu. Saya berusaha untuk selalu dekat dengan ibu saya. Selalu dekat. Momen-momen seperti ini membuat saya selalu ingat bahwa apa yang saya lakukan untuk ibu, tidak sebanding dengan apa yang ibu saya lakukan untuk saya, " jawab Pak Ustadz. Mata ibu Pak Ustadz terpejam. Tidak membuka dan sama sekali tidak pernah membuka. Sejak dibawa ke rumah sakit setelah terjatuh di kamar mandi saat hendak mengambil air wudhu. "Pak Ustadz tidak bergantian dengan adik atau kakak Pak Ustadz?" tanya jamaah yang lain. Pak Ustadz menggeleng. Bibirnya tersenyum. "Adik dan kakak saya selalu ke sini. Tapi, saya berusaha untuk terus menunggui ibu saya. Tidak peduli apakah kakak atau adik saya berada di sini." Bibir ibu Pak Ustadz mengerang. Ia seperti merasakan sakit. Tubuhnya mengeluarkan keringat. Banyak. Amat banyak. Tubuh ibu Pak Ustadz seolah bermandi keringat. Pak Ustadz bergegas menghampiri ibunya. Pak Ustadz menyeka keringat itu dengan penuh welas. Penuh kasih. Ia ingin ibunya merasakan kasih tulus darinya. Bibir Pak Ustadz terus berdoa. Tanpa henti. Ia tak ingin ibunya merasakan derita. "Karena ibu saya ini pintu masuk ke surga akan terbuka untuk saya hingga bisa saya masuki, " ucap Pak Ustadz dengan bibir bergetar. Semua pembesuk menunduk. Takjub. * ** Sumber gambar: http://www.maniacworld.com/face-in-trees-illusion.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun