Menyalip kendaraan lain ketika sedang melaju di jalan merupakan langkah yang normal pada saat melihat kondisi jalur berlawanan di depan kendaraan yang hendak kita salip dalam keadaan kosong. Namun bila ada sopir yang memaksa tetap menyalip meskipun dari arah berlawanan sedang melaju kendaraan lain, maka sopir tersebut layak disebut sebagai 'sopir ugal-ugalan'.
Mungkin kita pernah mengalami kondisi terpaksa harus membelokkan kendaraan ke luar badan jalan karena ada sebuah kendaraan yang melaju kencang di jalur kita akibat dari tindakan nekat sopir kendaraan tersebut yang tidak sabar menunggu antrian. Biasanya dalam situasi semacam itu, pihak yang lemah adalah kendaraan-kendaraan kecil roda dua yaitu: sepeda dan sepeda motor. Sedangkan pihak yang merasa sebagai 'raja jalanan' adalah kendaraan besar roda empat atau roda enam, yaitu: mobil dan bus besar.
Ketika saya berada di Solo, seorang pengendara sepeda yang saya ajak berbincang berkata bahwa jalur jalan raya luar kota ke arah Timur (Surabaya) kini semakin membahayakan bagi pengendara sepeda sebab para sopir bus antar kota sudah tidak mempunyai kepedulian terhadap kendaraan-kendaraan kecil yang sedang melaju di tepi jalan raya. Pengendara-pengendara sepeda yang terdiri dari penggemar olahraga dan pedagang-pedagang pasar sangat beresiko tertabrak bus-bus antar kota yang melaju sangat kencang.
Perilaku sopir bus yang tergesa-gesa dalam mengemudikan bus saya rasakan langsung ketika saya sedang dalam perjalanan pulang menuju ke Bogor seusai berlibur di Jogja beberapa hari yang lalu (Jum'at, 3 Januari 2014). Pengemudi bus malam yang saya ketahui bernama 'Jumadi' dari kartu tanda pengenal di atas kaca depan bus, mengemudikan bus dengan sangat tergesa-gesa, padahal saya rasa tak ada seorang penumpangpun yang ingin buru-buru sampai di tempat tujuan. Bukti bahwa Jumadi sangat terburu-buru, adalah: 1. Tetap nekad mendahului kendaraan lain yang sedang antri berhenti karena lampu menyala merah pada sejumlah traffic light perempatan jalan di sejumlah kota, jalur Selatan Jawa Tengah. 2. Pada saat menjelang perlintasan jalur kereta sekalipun (di Karanganyar, Kebumen) Jumadi tetap ngotot memacu bus melewati jalur sebelah kanan untuk mendahului antrian kendaraan. Bus akhirnya berhenti sebelum lintasan rel kereta karena ada seorang petugas polisi yang memberhentikan bus. Dari jendela depan dan sorot cahaya lampu bus, saya lihat polisi tersebut mendekati bus sambil berjalan kaki dari arah depan. Jumadi tampak tenang-tenang saja. Setelah kernet bus bernegosiasi beberapa detik dengan polisi, bus akhirnya masuk ke dalam antrian setelah memotong barisan antrean kendaraan di jalur kiri, 3. Jumadi juga sangat sering membunyikan klakson sehingga penumpang bus yang sedang tidur lelap sangat terganggu. Padahal kendaraan yang berjalan pada malam hari seharusnya dilarang membunyikan klakson. Semua isyarat hanya bisa dilakukan melalui pengaturan cahaya lampu utama dan lampu tanda belok.
Bila dilakukan pendataan, pasti sangat banyak ditemukan sopir-sopir bus malam 'model Jumadi' tersebut. Secara normal para penumpang pasti ingin agar bus berjalan wajar. Seorang sopir bus malam seharusnya paham dan bersedia mengikuti persyaratan dalam menjalankan tugasnya sebagai sopir bus malam.
'Mengapa Jumadi tergesa-gesa?' Menurut analisa saya, kemungkinan Jumadi bukan tipe sopir bus malam yang terdidik. Kemungkinan besar dia adalah mantan sopir truk barang yang kemudian pindah kerja ke perusahaan angkutan penumpang. Kedua: Jumadi mungkin merasa bahwa armada bus tempatnya bekerja memiliki pengaruh kuat di wilayah Jawa Tengah bagian selatan, sehingga dia merasa bebas untuk menerobos semua tanda-tanda lalu-lintas bahkan mengabaikan resiko keselamatan nyawa para pengguna jalan lainnya. Dia juga pasti tidak peduli dengan keselamatan nyawa penumpang bus yang menjadi tanggung jawabnya, Ketiga: Jumadi mungkin mantan sopir bus reguler siang yang biasanya memang dikejar-kejar oleh jeda waktu keberangkatan yang sangat dekat terhadap bus saingan.
Berulangnya kasus-kasus kecelakaan bus besar di jalan raya Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur yang menimbulkan korban nyawa penumpang dan pengguna jalan lain, selain akibat rem blong saya pastikan sebagian besar juga akibat perilaku nekad dan ngawur para sopir ketika melaju dengan kencang di jalan raya luar kota. Sopir bus yang mengemudi secara terburu-buru, adalah: 'monster' jalanan yang membuat para penumpang ketakutan dan tidak tenang ketika duduk di atas bus yang ditumpanginya.
6 Januari 2014.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H