Mohon tunggu...
Sigit Priyadi
Sigit Priyadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Padang rumput hijau, sepi, bersih, sapi merumput, segar, windmill, tubuh basah oleh keringat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sopir Bus Kota London Menangis

21 Mei 2014   05:56 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:18 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Josh West, sopir bus kota London, Inggris, mendapat penugasan ke Philippina, untuk menjalani study banding menjadi sopir Jeepney (angkot) di Manila, Phillipina. Dengan hanya berbekal pengetahuan sedikit tentang negara yang dituju (West hanya bisa menyebut nama Imelda Marcos, istri mantan Presiden Phillipina, Ferdinand Marcos, yang memiliki ribuan pasang sepatu), maka berangkatlah dia menuju ke tempat penugasannya.

Josh West tiba di rumah petak milik Rogelio, seorang sopir Jeepney, berusia 40 tahun. Rumah ‘teman seprofesi’ tersebut terletak di kampong padat, di pinggiran kota Manila. Situasinya tampak seperti kawasan permukiman padat di Jakarta Utara.

Selama sepuluh hari West mempelajari cara mengemudikan Jeepney melalui pengajaran langsung yang diberikan oleh Rogelio. West juga dilatih memahami peraturan lalu-lintas yang berlaku di Phillipina. Selanjutnya West juga diharuskan mengerti tata-cara pembayaran serta ‘besaran nilai mata uang ‘ serta ‘tarif’ yang diberlakukan dalam angkot Jeepney.

Keadaan yang sangat bertolak belakang dengan tempat tugasnya di London, membuat West akhirnya menyadari bahwa mengemudikan angkot Jeepney merupakan pekerjaan yang sangat berat. Saat mengemudikan bus kota double decker di London, West sangat dimanja dengan fasilitas canggih yang terpasang dalam busnya. Pemindahan persneling dilakukan secara otomatis. Pembayaran oleh penumpang dilakukan melalui mesin pembayaran di dekat sopir. Bila penumpang hendak turun dari bus, cukup dengan memencet tombol yang terpasang di tiang besi dekat tempat duduk. Untuk menyesuaikan letak kemudi dengan posisi kenyamanan, bisa dilakukan dengan cara menarik lingkaran kemudi hingga sesuai dengan ‘ergonomi’ pengemudi. Ketika mengemudi Jeepney, West harus membungkuk, pandangan matanya tidak dapat leluasa melihat ke atas. Persneling Jeepney juga terasa kasar karena kendaraan bekas Jeep tentara Amerika itu telah berusia setengah abada lebih.

Josh West melihat langsung beratnya perjuangan sopir angkot di Manila mengangkut penumpang setiap hari, menerobos kemacetan lalu-lintas. Penghasilan Rogelio yang bekerja selama 12 jam, setelah dipotong untuk membayar cicilan angkotnya, hanya dapat digunakan untuk belanja makan sehari-hari. Josh West merasakan beratnya beban yang ditanggung oleh rekannya itu untuk menghidupi 8 orang anggota keluarganya yang hidup bersama di rumahnya yang sempit.

Kemiskinan yang dialami oleh para urban yang tinggal dipermukiman padat, tempat Rogelio tinggal, semakin terlihat lewat perjuangan seorang perempuan tetangga Rogelio yang berusaha berjualan masakan berupa makanan sisa yang didaur ulang. Sisa-sisa makanan dari restaurant cepat saji, berupa potongan-potongan daging ayam, dikumpulkan oleh perempuan tersebut sepanjang malam. Sisa makanan itu kemudian dipilah-pilah lalu dicuci. Selanjutnya, setelah dipotong-potong dalam ukuran kecil, dimasak dalam wajan besar. Tampilan masakan itu mirip semur. Masakan daur ulang yang diberi nama: ‘Pagpag’ lalu dijual di warungnya dengan harga murah. Penduduk kampong padat itu tampak menyukai masakan lezat tersebut. Josh West hanya termangu mengamati ‘keganjilan’ tersebut. Perempuan itu lalu menuturkan sulitnya hidup di Manila, sementara suaminya tidak dapat bekerja karena sakit dan tergolek di rumahnya. West lalu memeluk perempuan itu untuk menunjukkan simpatinya.

Josh West, sopir bus kota London, terlihat beberapa kali berlinang air mata melihat kesulitan-kesulitan Rogelio yang berjuang untuk tetap hidup. Dirinya tidak menyangka bahwa setelah melihat langsung kehidupan sehari-hari rekannya sesame sopir yang hidup jauh dari negerinya, kondisinya sangat miskin , berbeda jauh dari kehidupannya yang sejahtera.

20 Mei 2014.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun