Setibanya di Polda Metro, pada pukul 10.00, saya lalu berjalan kaki menuju ke gedung MPR/ DPR. Sejumlah polisi tampak berjaga-jaga di bawah fly over jalan Asia Afrika, membuat saya ragu-ragu untuk melanjutkan langkah kaki ke tujuan. Saya akhirnya bisa sampai ke depan Gedung MPR/ DPR setelah berjalan berbarengan dengan dua orang. Sekitar satu jam saya berdiri di depan pagar melihat-lihat suasana penjagaan, khususnya barisan pasukan berkuda POLRI yang masih beristirahat di lapangan berumput, di balik pagar. Sejumlah wartawan telah bersiap dengan kamera menunggu rombongan Presiden keluar dari gedung, usai dilantik.
Tak sabar menunggu terlalu lama, pukul 11.15, saya lalu meninggalkan gedung MPR/ DPR, berjalan kaki meuju ke jalan Sudirman. Tak disangka, ternyata jalan Sudirman telah dipadati oleh para karyawan perkantoran yang menempati gedung-gedung tinggi di sebelah kiri jalan Sudirman (arah ke Bundaran HI). Mereka terlihat bergembira-ria, bercanda, dan saling berfoto bersama, sembari menunggu Presiden melintas. Bagi saya pemandangan ini merupakan berkah karena sangat jarang saya melihat para karyawan/ karyawati yang tampil modis, cantik dan tampan, bersama-sama berada di luar ruang, tumpah-ruah di jalan raya.
Dalam keramaian suasana tersebut, ada juga sejumlah ibu-ibu anggota organisasi istri-istri polisi. Mereka berseragam warna merah muda. Sejumlah prajurit anggota kesatuan elit TNI AD, Kopassus, juga bergerombol di tengah jalan. Beberapa memegang bendera berukuran kecil. Para prajurit tersebut berseragam tempur namun tidak dilengkapi dengan senapan. Serombongan karyawati tampak berfoto bersama dengan para anggota pasukan baret merah tersebut. Seorang anggota polisi berusia lanjut saya sapa sambil memberikan komentar: "Luar biasa ya, pak. Masyarakat tampak antusias menyambut konvoi Presiden kita yang baru dilantik". "Yah, beginilah hasil keinginan masyarakat", ujar pak polisi memberi penegasan. Seorang karyawan asing laki-laki bule berpakaian kantoran rapih juga saya sapa sambil saya tepuk pundaknya saat kami berjalan beriringan di dekat Bundaran HI (kelihatannya dia juga sedang mengabadikan suasana saat itu): "Hai, apa komentar kamu?". "Bagus... bagus...", ujar bule muda usia tersebut sambil tersenyum dan mengacungkan ibu jarinya.
[caption id="attachment_349047" align="alignnone" width="640" caption="Menanti di bawah jembatan layang."][/caption]
[caption id="attachment_349048" align="alignnone" width="640" caption="Lautan manusia menjelang Bundaran HI."]
[caption id="attachment_349049" align="alignnone" width="640" caption="Anggota pasukan Kopassus ikut menantikan konvoi."]
[caption id="attachment_349050" align="alignnone" width="640" caption="Lambaian tangan Presiden dari jendela sedan."]
[caption id="attachment_349051" align="alignnone" width="640" caption="Berdesakan untuk memotret."]
Langkah kaki saya akhirnya sampai di Bundaran Hotel Indonesia, sekitar pukul 12.30. Saya lalu duduk di tepi jalan sambil mengamati kerumunan manusia yang memadati area di sekitar kolam Bundaran HI. Kelompok music dari 'Falun Gong', berseragam warna kuning tak henti-hentinya menabuh alat musiknya yang mengeluarkan nada musik monoton, nada yang khas dari negeri Tiongkok.
Akhirnya konvoi yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat muncul mendekati kerumunan massa, sekitar pukul 13.30. Anggota masyarakat serentak menghambur berlari menuju ke jalur Trans Jakarta yang digunakan oleh rombongan kendaraan Presiden Jokowi. Personil Marinir dan Kopassus terlihat berlarian di depan mobil Presiden, memperingatkan anggota masyarakat untuk tidak berdiri di dalam jalur Trans Busway. Para anggota Paspampres berdiri di pintu jeep Mercedes Benz di belakang mobil sedan, dalam posisi siaga penuh. Mungkin mereka tidak menduga besarnya animo masyarakat dalam menyambut Presiden terpilih Jokowi usai pelantikannya. Saya hanya sempat memotret telapak tangan Presiden yang melambai-lambai di jendela. Anggota masyarakat seperti terhipnotis ikut berlari-lari mengikuti kendaraan Presiden sambil berteriak-teriak dan melambai-lambaikan tangannya, Â memanggil nama 'Jokowi'. Saya lalu menepi karena khawatir terjepit arus manusia yang mengalir dan memadati jalan. Perasaan sesak nafas membuat saya lalu melompat pagar untuk memasuki halaman gedung 'Kempinsky Private Residence' yang berdekatan dengan bekas Hotel Indonesia.
Setelah melihat prosesi Presiden Jokowi maniki kereta yang ditarik kuda, dari halaman 'Kempinsky', saya lalu pergi ke Musholla, di jalan Kebon Kacang, untuk sholat Dzuhur. Usai sholat saya kembali berjalan kaki menuju ke kawasan Monas. Sejumlah kecil anggota masyarakat juga berjalan kaki bersama dengan saya. Sesampainya di Monas, pukul 16.00, saya hanya duduk beristirahat di tepi trotoar, di jalan Medan Merdeka Selatan, di depan Balai Kota. Sekelompok grup band remaja memainkan lagu-lagu dalam irama music pop. Setelah duduk beristirahat sekitar 15 menit, saya lalu berjalan kaki lagi menuju ke Pasar Senen, Â menunggu bus kota tujuan Kampung Rambutan, pulang ke rumah. Pukul 20.30, saya sampai di rumah dalam kondisi kaki yang sangat penat.