Mohon tunggu...
Sigit Priyadi
Sigit Priyadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Padang rumput hijau, sepi, bersih, sapi merumput, segar, windmill, tubuh basah oleh keringat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Film 'Lewat Jam Malam', Kisah Kegelisahan Mantan Gerilyawan

8 Maret 2014   16:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:08 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Lewat Jam Malam, film hitam putih lama akhirnya bisa saya tonton di chanel 'MNC Movie 'dari awal hingga selesai, malam ini. Melalui film ini saya dapat melihat acting para pemain lama yang pernah menjadi idola tante-tante saya pada masa muda mereka. Dandanan pakaian, kebiasaan sehari-hari, nyanyian-nyanyian yang  populer, serta situasi kota pada masa tersebut.

Film 'Lewat Jam Malam' berkisah mengenai mantan pejuang gerilyawan yang mengalami konflik batin akibat sebuah peristiwa kekerasan yang selalu menghantui perjalanan hidupnya. Jiwanya yang tidak tenang akhirnya semakin mengalami kekecewaan setelah dia bertemu dengan kawan-kawannya seperjuangan yang ternyata semua berperilaku pengecut. Iskandar, seorang mantan anggota gerilya berpangkat Letnan harus memulai kehidupan baru setelah Proklamasi Kemerdekaan.

Masa peralihan dari pemerintahan Belanda ke pemerintahan Republik yang dihadapi oleh Iskandar merupakan situasi yang belum sepenuhnya stabil. Aksi tentara APRA di Bandung membuat polisi militer menetapkan jam malam guna menjaga keamanan kota Bandung.

Sebagai mantan pejuang dan seorang pelajar, Iskandar ingin bekerja dan hidup sebagaimana masyarakat biasa. Namun meski telah dibantu oleh calon mertua untuk bekerja menjadi pegawai pemerintahan di kantor gubernur, Gedung Sate, dia akhirnya mengundurkan diri setelah terlibat pertengkaran yang berakhir dengan tindakan pemukulan kepada atasannya.

Merasa kebingungan, dia akhirnya menemui kawannya seperjuangan, Ghafar, yang berprofesi sebagai kontraktor bangunan. Iskandar menceritakan kekecewaannya setelah harus membunuh seorang perempuan dan anaknya pada sebuah kejadian, atas perintah Gunawan, komandan pasukan. Ghafar mencoba memberikan nasehat kepada kawannya itu agar melupakan peristiwa tersebut. "Dalam revolusi semua bisa terjadi", ujar Ghafar. Untuk itu Ghafar mendorong agar Iskandar mulai menatap pada masa depan serta bekerja-sama dengannya untuk membangun gedung sekolah, rumah sakit yang dibutuhkan oleh masyarakat. "Lupakan masa lalu.", Ghafar membujuk. Namun Iskandar masih ingin mencari jawaban atas sejarah kelam pembunuhan perempuan yang telah dilakukannya. Dia lalu menanyakan keberadaan Gunawan, mantan komandannya, dengan maksud hendak meminta penjelasan sekaligus meminta tolong. Mendengar keinginan Iskandar hendak menemui Gunawan, Ghafar  buru-buru melarangnya, tanpa alasan yang jelas. Namun Gunawan bersikeras tetap ingin bertemu dengan Gunawan.

Gunawan, yang ditemui Iskandar dikantornya memberi pekerjaan untuk menjadi 'preman' yang bertugas menekan pesaing usahanya. Gunawan terkesan melecehkan sikap Iskandar yang ingin bersikap jujur dan memegang teguh idealisme. Bagi Gunawan sikap melawan pengusaha asing (Belanda) dalam suasana pengalihan perusahaan asing menjadi perusahaan nasional merupakan wujud sikap 'Revolusioner', meskipun harus ditempuh dengan cara 'premanisme'. Iskandar menolak dengan tegas pekerjaan serupa itu, lalu pergi meninggalkan kantor Gunawan.

Iskandar masih menyimpan pertanyaan: 'Mengapa saya harus membunuh perempuan tersebut?". Pengembaraannya di Bandung akhirnya mempertemukannya dengan Puja, kawan seperjuangannya yang lain. Puja juga mengalami rasa frustasi setelah masa perjuangan berakhir. Dia menghabiskan waktunya sehari-hari hanya dengan main bilyar, mencoba peruntungan dengan lotere, dan berjudi. Ketika Iskandar bertamu di rumah Puja, dia berkenalan dengan Ela seorang perempuan yang ditinggal suaminya kemudian hidup serumah dengan Puja. Sehari-hari Ela tinggal di rumah serta menjalani kehidupan sebagai wanita penghibur. Ela menaruh perhatian kepada Iskandar. Meskipun demikian Iskandar tidak terlalu menanggapi. Meskipun hidup dalam lembah kenistaan, Ela ternyata bercita-cita untuk hidup normal dengan laki-laki yang dicintainya untuk menjalin kehidupan bahagia dan harmonis. Dia mempunyai hobi menggunting foto-foto iklan berupa perabotan rumahtangga dan foto bayi dari Koran, sebagai wujud keinginannya.

Iskandar memerlukan sekali lagi untuk menemui Ghafar guna mengetahui latar belakang Gunawan membangun usahanya serta alasan pembunuhan perempuan dan anaknya yang menghantui pikirannya. Ghafar akhirnya bercerita bahwa Gunawan ternyata memberi perintah kepada anak buahnya (Letnan Iskandar) untuk membunuh perempuan dan anaknya, pengungsi dari Jakarta, yang dituduh menjadi mata-mata tentara NICA dengan tujuan untuk mengambil perhiasan emas yang dimilkinya. Perhiasan milik pengungsi perempuan tersebut kemudian diambil oleh Gunawan untuk dijadikan modal usahanya setelah perang kemerdekaan usai, tanpa sepengetahuan Iskandar.

Setelah tidak tahan menyimpan tekanan batin, Iskandar akhirnya mendatangi Gunawan bersama dengan Puja yang dengan semangat selalu membujuk Iskandar agar kembali memimpin bekas teman-temannya, lalu beraksi seperti jaman perjuangan dulu. Rupa-rupanya maksud Iskandar berbeda dengan yang diharapkan Puja, sebab setelah Gunawan menerimanya di ruang tamu rumahnya, Iskandar langsung menembak mantan komandannya tersebut sebagai tuntutan 'bentuk tanggung jawab' yang pernah diucapkannya setelah dia memberikan perintah pembunuhan. Iskandar masih mengingat kesanggupan Gunawan untuk 'bertanggungjawab' meskipun dia selalu ingin cuci tangan.

Puja yang menjadi tumpuan dirinya ternyata juga dianggap seorang laki-laki pengecut setelah bersikap 'cuci tangan' atas penembakan terhadap Gunawan. Iskandar juga merasa geram setelah Puja merobek-robek kliping foto yang dibuat Ela. Bagi Iskandar, perempuan harus diberi perlakuan terhormat. Mungkin sebagai bentuk penebusan dosa bagi perempuan yang telah membebani pikiran dan jiwanya. Iskandar sangat marah bila ada perempuan diperlakukan semena-mena oleh laki-laki.

Akhir dari kisah film 'Lewat Jam Malam', Gunawan akhirnya ditembak kakinya setelah berusaha melarikan diri dari kejaran polisi militer yang melihatnya berjalan kebingungan seorang diri di jalan menuju ke rumah tunangannya, Mona, selewat batas jam malam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun