Mohon tunggu...
Sigit Priyadi
Sigit Priyadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Padang rumput hijau, sepi, bersih, sapi merumput, segar, windmill, tubuh basah oleh keringat.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Ahok, Gubernur DKI yang Kaku

31 Agustus 2015   11:40 Diperbarui: 31 Agustus 2015   11:54 1241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta yang selama bertahun-tahun terlihat damai meskipun sering kebanjiran kini sering menjadi pusat perhatian Nasional karena berita-berita yang menyangkut sepak terjang Gubernurnya. Jakarta bukan hanya kedamaian semu seperti pawai Ondel-ondel di perkampungan yang ada di pinggiran. Langkah-langkah tegas yang dilakukan oleh Gubernur DKI saat ini (Ahok) telah membuat kalang kabut banyak pihak. Ssesuatu yang barangkali tak pernah terbayangkan oleh orang normal. Orang normal bisa saja menilai bahwa Ahok tidak sesuai menjadi pejabat yang memimpin suatu daerah. Apalagi seorang pemimpin ibukota negara di Indonesia.

Jakarta yang terdiri dari bermacam-macam kelas masyarakat, yang semuanya sepakat bahwa ukuran kekayaan materi dan pangkat menjadi symbol sukses atau tidak suksesnya individu di sana. Untuk mencapai kejayaan materi dan kekuasaan itu pasti harus melalui adu kekuatan, adu strategi, dan keluwesan berkomunikasi. Setelah hal itu tercapai, keluwesan itu akan tetap dilanjutkan dengan selalu memelihara ‘hubungan baik pertemanan dengan standard aturan main yang disepakati bersama’. Aturan main itu tentu telah dilakukan selama puluhan tahun dan terbukti menjadi model bagi system untuk survive dalam kancah ‘permainan’ hidup di Jakarta.

Lantas kini muncul pribadi bernama Ahok yang tiba-tiba dengan tanpa tedeng aling-aling memporak-porandakan aturan main tersebut. Apakah Ahok termasuk ‘orang kaku’?

Untuk mencapai sukses dalam kehidupan, seseorang diharuskan bisa luwes. Luwes menjadi syarat utama dalam pergaulan agar komunikasi bisa berlangsung dengan lancar dan membuat semua pihak merasa mendapatkan untung. Dengan keluwesan urusan yang macet bisa dicairkan sehingga pintu penutup bisa dibuka dengan mudah. Akhirnya semua merasa senang dan situasi menjadi damai.

Sebutan ‘orang kaku’ pasti sangat tidak mengenakkan bagi yang menerimanya. Orang kaku digambarkan sebagai orang yang tidak mampu mengembangkan komunikasi yang wajar. Dalam pergaulan orang-orang kaku akan disingkirkan bahkan bila perlu dia akan di ‘bully’ sehingga dia akan merasa menderita lahir dan batin.

Gambaran orang sukses senantiasa selalu disertai dengan kepandaian yang bersangkutan dalam bergaul, dengan kata lain orang itu bisa luwes berkomunikasi dengan siapapun. Keberadaannya akan dinanti-nanti oleh banyak orang. Kehadirannya akan membawa kebahagiaan bagi banyak orang. Adapun orang kaku selalu akan dibenci dan dijauhi.

Ahok yang kini bisa menjadi seorang Gunernur DKI tentu piawai dalam urusan berkomunikasi dengan orang. Namun saat ini Gubernur DKI terlihat seperti orang kaku. Gubernur DKI jaman dulu selalu tampak tenang, berwibawa, penuh senyum, santai, seirama dengan suasana Betawi yang tergambar dalam pawai Ondel-ondel di perkampungan pinggiran Jakarta. Tentu saja pasti mereka juga luwes dalam berkomunikasi dengan semua komponen masyarakat DKI yang sangat majemuk. Kehadiran Ahok tentu sangat membingungkan orang-orang normal. Mengapa DKI yang telah berada dalam status damai selama bertahun-tahun kini harus ditertibkan lagi?

Permukiman liar yang sejak lama menghiasi tepi sungai Ciliwung dan selalu menjadi hiasan kartu pos untuk menggambarkan ketimpangan social selama puluhan tahun, kenapa harus disingkirkan? Bukankah ini telah menjadi hal wajar bagi Ibukota Negara Republik Indonesia? Mengapa Ahok harus merubah tepian sungai Ciliwung yang kotor dan penuh sampah itu agar terlihat bersih. Apakah dia merasa iri melihat keindahan sungai di kota Paris dan Berlin?

Kalau Ahok ingin kariernya sebagai Gubernur DKI bisa berlanjut dengan terpilih lagi dalam Pilkada DKI beberapa tahun mendatang, sebaiknya dia luwes dalam bergaul dalam mejaga hubungan politik dengan semua komponen masyarakat dan DPRD DKI. Namun agaknya Ahok memang orang yang kaku. Ahok orang yang tidak bisa membuka pintu masalah yang dapat menyenangkan semua pihak. Ahok juga tidak tahu bahwa ukuran kesuksesan di Jakarta adalah bila orang tersebut memiliki pengaruh besar, kaya-raya tanpa batas, dan sangat dihormati oleh ribuan pengikutnya.

31 Agustus 2015.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun