Mohon tunggu...
Sigit Priyadi
Sigit Priyadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Padang rumput hijau, sepi, bersih, sapi merumput, segar, windmill, tubuh basah oleh keringat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Cileungsi, Siksaan Bagi Pemakai Jalan

28 Maret 2015   11:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:53 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu pemandangan biasa, pagi dan sore hari di Cileungsi, manakala ada kemacetan lalu-lintas di turunan fly over hingga ke depan pintu gerbang perumahan KTM, dekat Taman Buah Mekarsari. Apalagi bila hujan turun, maka semakin lengkaplah penderitaan kami.

Penderitaan kami selaku pengendara sepeda motor disebabkan oleh penyempitan jalan selepas turunan fly over, menuju ke Jonggol. Lebar jalur jalan raya arah ke Jonggol , tepat di kawasan pusat kota Cileungsi yang tidak berubah sejak tahun 1997 tersebut langsung dikuasai oleh kendaraan-kendaraan roda empat besar dan kecil. Tak jarang pada waktu sore hari, saat waktu kepulangan pekerja dan anak-anak sekolah, truk-truk besar pengangkut batu putih berangkat berurutan menuju ke arah Jonggol (atau ke Karawang via Cibarusah), yang semakin menambah hiruk-pikuk suasana jalan.

Siksaan untuk pengendara motor selain akibat tidak mendapat jatah jalur jalan, juga disebabkan oleh buruknya jalur pinggiran jalan aspal selebar 3 meter hingga 2 meter yang merupakan tanah berhiaskan batu-batu besar. Permukaan tanah yang bergelombang berpadu dengan lantai teras rumah warga yang menjorok ke tepi jalan dengan variasi perbedaan tinggi, membuat pengendara harus berkelak-kelok, naik-turun berpindah-pindah antara jalan beraspal dan jalur tepi aspal.

Berkaitan dengan musim hujan, kondisi aspal jalan langsung tergerus habis. Lubang-lubang pada tepi jalan membuat motor terhentak-hentak setiap waktu. Kelihatannya para pengguna jalan telah kebal dengan situasi sesaknya kendaraan dan sempitnya jalan, yang diikuti dengan kemacetan panjang akibat melambatnya laju kendaraan untuk menghindari lubang atau saat memberi kesempatan bagi pengendara sepeda motor yang berkelak-kelok.

Deraan bagi para biker sebenarnya telah dimulai dari penyempitan jalan usai jembatan sungai Cilengsi, dari arah Cibubur. Mobil-mobil yang hendak memutar arah ke Jakarta, dari arah Kota Wisata, Cibubur, memadati ruas jalan sehingga para 'biker' langsung tergusur keluar dari jalur jalan aspal, usai keluar dari ujung jembatan. Selepas belokan 'U-turn' kami bisa langsung tancap gas hingga fly over Cileungsi. Kemudian situasi penderitaan itu harus terulang usai fly over Cileungsi, seperti yang saya paparkan pada paragraph awal tulisan.

Permukaan jalan di sekitar persimpangan Cileungsi juga tak kalah menyeramkan. Jalan cor semen di depan Pasar telah amblas dan pecah-pecah. Begitu pula jalan di samping fly over, depan Toserba Ramayan, yang permukaannya bergelombang, berdebu, dan penuh kendaraan angkutan umum yang parker di sisi kanan dan kirinya. Saya merasa prihatin bila melihat lalu-lalang calon penumpang, yang hendak menyeberang atau seusai turun dari angkutan umum. Pedagang sayuran yang masih tetap berjualan juga membuat suasana masih semrawut.

Kelihatannya harapan untuk melihat kota Cileungsi yang tertib semakin menjauh. Saya bahkan merasa ngeri membayangkan 5 tahun yang akan datang saat anak bungsu saya harus bersekolah di SD Muhammadiyah 1 Cileungsi, bilamana melihat ketiadaan rencana yang sungguh-sungguh untuk mengatur kesemrawutan persimpangan Cileungsi dan menambah lebar jalan di sekitar Terminal Cileungsi, dari Pemda Kabupaten Bogor.

28 Maret 2015.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun