Mohon tunggu...
Sigit Priyadi
Sigit Priyadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Padang rumput hijau, sepi, bersih, sapi merumput, segar, windmill, tubuh basah oleh keringat.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pilpres 2014, Puncak Kemenangan PDI-P Sejak Orba

22 Mei 2014   05:12 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:15 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tampaknya akan terjadi persaingan sengit antara dua Capres untuk menjadi Presiden Republik Indonesia, periode lima tahun mendatang. Calon presiden Jokowi yang didukung oleh partai-partai berhaluan ideology Nasionalis akan beradu melawan Prabowo yang yang mendapat dukungan dari partai bernuansa Agamis (Islam) dan partai berprinsip ‘kekaryaan’.
Persaingan PDI-P melawan Gerindra, Golkar, dan ‘Partai Agama’ (Islam) kali ini menurut pendapat saya merupakan klimaks dari rentetan Pemilu-pemilu sejak jaman Orde Baru yang selalu menempatkan Golkar sebagai pemenang mutlak.
PDI, partai berlambang kepala banteng dengan latar belakang warna merah, ketika masa Orde Baru hanya dianggap sebagai partai pinggiran, yakni partai yang berisi orang-orang yang tidak punya pekerjaan mapan, partai yang berisi para preman, atau partai pelengkap penderita. Golkar yang terdiri dari para pegawai negeri (abdi negara) sipil dan para purnawirawan ABRI berwajah bersih, berjas rapih, formil, dan sangat bergaya ningrat, sangat kontras dengan profil para pendukung PDI yang kebanyakan adalah orang jalanan yang tampil biasa, tidak formil, terkadang nyleneh. Sebangun dengan Golkar, partai P3 yang mempunyai pijakan ‘agama’ juga tampil necis, rapih, saleh, dan sangat fanatik.
Kesan yang saya lihat ketika mengalami era pemilu pada jaman Orba membuat saya berpikir bahwa Golkar adalah wakil Tuhan di Bumi Indonesia yang ditakdirkan memang mempunyai hak untuk mengatur Bangsa dan Negara Indonesia hingga akhir jaman. Mereka (para petinggi Golkar) memang diberi kedudukan istimewa, menempati kasta tertinggi, serta mempunyai daya pikir yang sangat hebat sehingga mampu terus-menerus menjadi pejabat pengelola negeri selama puluhan tahun. Namun kini keadaan telah berbeda. Setelah diselingi oleh kemenangan Partai Demokrat, yang menurut pandangan saya hampir sama dengan gaya Golkar, kekuatan Partai Nasionalis terlihat mulai muncul memainkan perannya.
Kemenangan PDI-P dalam pemilu tahun 1999, setelah jatuhnya Orba, belum menjadi puncak klimaks simpati publik, sebab kondisi saat itu masih diliputi oleh kemarahan terhadap rezim penguasa sebelumnya yang didukung oleh Golkar. Adapun kemenangan PDI-P pada pemilu tahun 2014 adalah klimaks dari perjuangan pengurus partai setelah berhasil menempatkan para pemimpin daerah yang mempunyai karakter pekerja dan pelayan masyarakat.
Partai berideologi Nasionalis Pancasila yang pada jaman dulu dijauhi massa karena dianggap tidak bisa diandalkan untuk ‘bekerja membangun negara’ kini telah mendapatkan mandat rakyat untuk membuktikan diri bahwa kader-kadernya bisa berkarya bagi kehormatan Negara, menjamin pemerataan hasil pembangunan, serta memotivasi rakyat untuk hidup secara jujur sebagai wujud amalan beragama yang menjadi bagian dari Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa.
Apakah calon Presiden dari PDI-P dan koalisinya bisa memenangkan Pemilu Presiden tanggal 9 Juli 2014 mendatang? Bila ternyata pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla berhasil memenangkan Pilpres, maka kerja keras seluruh elemen Bangsa dan perbaikan di segala bidang kehidupan harus dilakukan melalui contoh keteladanan Presiden dan anggota parlemen untuk mempertanggungjawabkan amanat kepercayaan yang diberikan oleh rakyat.
Rakyat semakin kritis terhadap kinerja pemerintah. Inilah tantangan bagi PDI-P untuk mewujudkan kehadiran Presiden di tengah-tengah rakyat, mewujudkan kedaulatan pangan, menciptakan aparatur negara yang bersih, dan memberikan pelayanan maksimal bagi kebutuhan dasar rakyat.
‘Selamat berjuang untuk Partai Nasionalis!’.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun