Merujuk pada tulisan di blog saya tentang real time kinematik. Untuk melihat ilustrasinya silahkan berkunjung ke http://sigitriyanto.wordpress.com.
Anda yang mendalami dunia survey dan pemetaan tentu tak asing lagi dengan GPS (Global Positioning Systems) atau GNSS (Global Navigation Satellite Systems). Di dalam pengukuran area dengan menggunakan GPS yang saya sebut selanjutnya sebagai GNSS, ada metode yang disebut dengan RTK (real time kinematik).
Sejauh yang orang tahu bahwa mengukur dengan menggunakan GNSS cukup menggunakan 1 alat saja. Paling tidak itu yang orang awam pahami. Saya ibaratkan tali yang digunakan untuk menarik ember dari sumur. Jika tali itu hanya satu maka kekuatannya hanya akan bertumpu dari satu tali itu saja. Dari sini tentu orang mulai berfikir untuk menemukan cara dimana menggunakan 2 tali lebih aman dan kuat.
Analoginya tentu tak persis sama. Ketika mengukur hanya dengan mengunakan 1 GNSS saja maka ketelitian yang diperoleh dalam sub meter, artinya bisa 1 meter, 2 meter, 3 meter bahkan bisa sampai 30 meter. Cara ini tentu tidak memuaskan untuk melakukan pengukuran yang mensyaratkan ketelitian dibawah 1 meter.
Metode RTK dilakukan dengan 2 alat GNSS. Satu sebagai ikatan atau base, satu lagi sebagai rover atau yang bekerja. Base berfungsi sebagai pemberi koreksi dan posisinya tetap tidak bergerak. Sedangkan rover posisinya boleh berpindah-pindah sesuka hati si surveyor ( sebutan untuk orang yang melakukan survey).
Metode ini cukup efektif untuk dilakukan pada pengukuran dengan syarat ketelitian dibawah 1 m. Saya melakukan ujicoba dan rata-rata hasil ketelitian per titik 1-3 cm. Bisakah anda mendapatkan nilai ini dengan 1 alat GNSS?
Komponen di dalam GNSS RTK adalah minimal 2 alat GNSS, dan media komunikasi. Bisa radio, internet atau GSM. Media komunikasi ini berfungsi sebagai distributor data koreksi dari base ke rover. Sehingga di setiap alat GNSS harus dilengkapi dengan minimal 1 media komunikasi. Jika menggunakan radio sebagai media komunikasi, pengukuran bisa dilakukan dimana saja. Base dan rover bisa dipindah sesuai dengan tempat kerja. Jika media komunikasi yang digunakan adalah internet maka diperlukan base yang tetap dan tidak akan dipindah-pindah. Inilah yang cikal bakalnya disebut dengan CORS (Continuously operating reference stations).
Akan saya bahas mengenai CORS ini di tulisan saya selanjutnya. Karena saat ini saya dan tim sedang melakukan penelitian CORS untuk BPN RI (Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia) untuk keperluan pendaftaran tanah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H