Mohon tunggu...
Sigit Riyanto
Sigit Riyanto Mohon Tunggu... Insinyur - Activity

Menempuh pendidikan di Teknik Geodesi UGM Yogyakarta, sempat bekerja di 2 perusahaan tambang di kalimantan dan salah satu vendor peralatan survey dan pemetaan terkemuka di Indonesia. Saat ini aktif mengembangkan, merakit, dan menganalisa penggunaan pesawat tanpa awak untuk pemetaan atau lebih dikenal dengan unmanned aerial vehicle / drone untuk pemetaan. Aktif dalam pemantauan kubah lava G. Merapi menggunakan pesawat rakitan, menghitung volume dan luas bentuk kubah lava merapi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

3D CQ

24 Februari 2010   07:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:46 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merefer tulisan saya di http://sigitriyanto.wordpress.com. Saya melakukan ujicoba pengukuran GNSS RTK dengan menggunakan receiver Leica systems 1200. Software untuk mendownload dan menyajikan data Leica Geo Office V 7. Konfigurasi yang saya lakukan adalah sebagai berikut. Base berada di area terbuka dengan range obstruksi atau halangan secara horizontal 10° free (mask angle) seperti ditunjukan pada gambar berikut ini. Sebagai titik base adalah P101 dengan nilai koordinat yang fix. Selanjutnya garis merah dengan tanda panah menunjukkan bahwa koreksi berasal dari base yang berdiri di P101. Media komunikasi yang digunakan adalah radio UHF dengan frekuensi 406.425 MHz.

RTK
RTK
Nilai standar deviasi posisi latitude dan longitude masing-masing 0.0094 m dan 0.0101 m. Nilai ketelitian ini disebut 3D CQ (3D check quality). Nilai ketelitian ini untuk pekerjaan pemetaan di pertambangan dan tata guna tanah sudah lebih dari cukup. Untuk ketelitian standar deviasi tinggi masih diragukan. Walaupun angka deviasinya kecil bukan berarti data ini bisa langsung digunakan sebagaimana data posisi. Untuk ketelitian tinggi masih harus dikoreksi dengan model geoid. Sayangnya hingga saat ini model geoid itu belum dipecahkan. Sehingga untuk keperluan praktis pengukuran dengan metode RTK bisa diterapkan untuk area dengan perbedaan undulasi bumi yang seragam. Undulasi adalah beda nilai antara tinggi terhadap muka laut rata-rata terhadap tinggi ellipsoid yang menjadi acuan tinggi GNSS. Permasalahan ini banyak ditemukan di tambang di Indonesia. Metode RTK hanya digunakan untuk evaluasi atau progress tambang dengan area yang tidak terlalu luas. Jika model geoid sudah ditemukan di Indonesia, maka tinggi hasil pengukuran GNSS bisa digunakan dengan syarat model geoid bisa dimasukan ke receiver GNSS. Manfaat dari metode RTK adalah surveyor tidak perlu melakukan pengolahan baseline atau data. Bagi yang belum terbiasa mengolah data GNSS memang agak sedikit riskan. Karena membutuhkan pengetahuan mengenai GNSS dan pengolahannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun