Mohon tunggu...
Sigit Priyadi
Sigit Priyadi Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Saya suka pada kegiatan fisik di luar rumah.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Timnas Modern

21 November 2024   07:56 Diperbarui: 21 November 2024   07:59 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Saya merasa kagum saat menyaksikan pertandingan Timnas Indonesia melawan tim Arab Saudi, kemarin malam. Meskipun baru tiga hari sebelumnya dikalahkan tim Jepang, namun mental, tenaga, dan kecepatan para pemain justru semakin meningkat. Tim Arab Saudi yang termasuk tim kuat Asia, tanpa saya duga mampu diredam oleh Timnas.

Kebangkitan sepakbola Indonesia yang kini didominasi pemain sepak bola dari luar negeri, telah menjadi gelombang perubahan yang sangat besar. Para penggemar sepakbola yang menonton langsung di stadion GBK juga harus  melakukan perubahan perilaku, misalnya untuk membeli tiket harus memiliki Kartu identitas Garuda (ini saya dalam berita). Pendisiplinan ini   akhirnya membuat suasana di dalam stadion terlihat rapi. Ketika pertandingan sudah usai, para penonton secara sadar menyanyikan lagu nasional 'Tanah Airku' (Menyanyikan lagu Tanah Airku seperti menjadi tradisi 'wajib' yang dilakukan pemain Timnas Indonesia saat bermain kandang.). Selanjutnya para pemain berjalan bersama dengan santai mengelilingi stadion menyapa penonton yang tetap berada di tempatnya. Rangkaian seremonial ini tentu tidak mungkin bisa terlaksana bila para penonton tergolong orang-orang yang tidak berpendidikan.

Setelah melihat rangkaian fenomena yang mengiringi dinamika Timnas akhir-akhir ini, disertai dengan berbagai komentar para penggemar bola, saya menyimpulkan bahwa gebrakan para manajer Timnas dalam upayanya untuk mengangkat persepakbolaan Indonesia memang luar biasa. Polemik yang menyertai proses pembentukan Timnas akhirnya dapat dijawab dengan perubahan besar terkait bangkitnya kebanggaan sebagai Bangsa Indonesia, penanaman etika selaku penonton sepakbola modern, penyadaran terhadap penonton sepakbola atas sikap sportif atas hasil skor pertandingan, rasa hormat terhadap para pemain sepakbola, dsb.

Aspek positif dari perjuangan Timnas ternyata mirip dengan langkah revolusioner yang dilakukan Menhub Ignatius Jonan terhadap PT KAI. Siapa yang menyangka bahwa kesemrawutan jasa Kereta Api, ternyata dapat disulap menjadi wahana transportasi publik yang berkelas, hingga sekarang? Masyarakat pengguna kereta api dipaksa harus mengikuti prosedur pembelian tiket secara modern sehingga semua penumpang terjamin keamanannya saat dalam perjalanan. Mungkin akan seperti ini juga gerak laju Timnas dan para penggemarnya. Materi pemain Timnas yang sebagian merupakan atlit bule yang bermain di tim tim Eropa, akhirnya membuat etos dan warna tersendiri bagi Timnas. Inilah tuntutan jaman bila ingin meraih trophy World Cup atau menaikkan ranking (!). Semoga etos ini semakin disadari oleh para penonton dan penggemar sepakbola. Bukan jamannya untuk 'Bondo Nkat'. Sekian.

Rabu, 20 November 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun