Mohon tunggu...
Sigit Priatmoko
Sigit Priatmoko Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Peneliti, Penulis Buku, Pegiat Literasi

Selain sebagai dosen, saya juga sehari-hari sebagai Editor in Chief Madrasah: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar. Saya juga aktif dalam komunitas literasi bernama Kita Belajar Menulis (KBM) yang basisnya di Kabupaten Bojonegoro.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengapa Sulit Menemukan Topik Skripsi? Ini Akar Masalahnya

19 Juni 2024   06:19 Diperbarui: 21 Juni 2024   01:30 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa Keluhan

Kesulitan menemukan topik penelitian merupakan salah satu masalah yang dihadapi sebagian besar mahasiswa semester akhir. Umumnya mereka mengalami kesulitan menemukan "masalah" yang akan dijadikan topik penelitian tugas akhir. 

Hasil ngobrol dengan beberapa mahasiswa semester enam yang baru saja mengikuti program Asistensi Mengajar (AM), mayoritas dari mereka menuturkan bahwa mereka tidak melihat masalah apa-apa di sekolahan. 

"Tidak ada masalah apa-apa, Pak. Normal-normal saja," begitu celetuk mereka ketika saya tanya. 

Sebagian yang lain memang sudah berhasil menemukan topik penelitian, namun kesulitan menjawab ketika ditanya urgensi dan kebaruan topik yang mereka temuan itu.


Setelah berdialog lumayan intens, beberapa permasalahan mendasar yang menyebabkan kesulitan di atas berhasil saya identifikasi. 

Pertama, sempitnya perspektif. Mahasiswa cenderung melihat fenomena atau objek pengamatan hanya dari satu sisi saja. Akibatnya, mereka kesulitan menemukan "penampakan" lain dari fenomena atau objek tersebut. 

Sebagai contoh, ketika mereka melihat siswa, topik penelitian yang terpikirkan hanya seputar hasil belajar (nilai), karakter, dan motivasi. Padahal ada banyak sekali dimensi dari siswa yang bisa diteliti, seperti gaya belajar, keterampilan 4C (Critical Thinking, Creative Thinking, Communication, dan Collaboration), gaya belajar, kesulitan belajar, perkembangan kognitif, perkembangan moral, dan persepsi mereka.

"Sempitnya wawasan membuat mahasiswa tidak bisa memperbesar dan/atau menggeser perspektif mereka terhadap suatu fenomena atau obyek. Mereka terkurung oleh dinding-dinding pengetahuan yang mereka miliki"


Kedua, sempitnya wawasan. Barangkali masalah kedua inilah yang menjadi penyebab masalah pertama di atas. Sempitnya wawasan membuat mahasiswa tidak bisa memperbesar dan/atau menggeser perspektif mereka terhadap suatu fenomena atau obyek. Mereka terkurung oleh dinding-dinding pengetahuan yang mereka miliki. Akibatnya, proses pencarian topik penelitian akan berkutat di situ-situ saja. 

Misalnya pada topik hasil belajar. Mereka memahami obyek hasil belajar ini sebatas pada nilai dan pemahaman konsep. Padahal hasil belajar dapat diderivasi menjadi banyak elemen, seperti sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ketiga elemen tersebut masih bisa juga diderivasi ke aspek-aspek yang lebih konkrit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun