Keimanan merupakan nikmat tertinggi yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Keimanan ibarat motor penggerak dalam diri manusia. Ia berfungsi untuk mengendalikan perkataan, perbuatan, gerak langkah hingga getaran hati. Malah lintasan-lintasan dalam diri seseorang juga sangat bergantung pada kemantapan dan ketegaran imannya. Bila terjadi sedikit kesenjangan dan pada iman maka akan menimbulkan kerosakan pada gerak langkah yang tercipta.
Keimanan yang berintikan lafaz La ilaha illallah, bukanlah kata-kata tanpa makna. Bukan pula janji kosong tanpa tindakan susulan. Kalimat ini merupakan pintu masuk ke dalam ‘bangunan’ Islam, yang membezakan muslim dengan ghairu nuslim (bukan Islam).
Kalimah ini mampu mempengaruhi kehidupan insan yang menghayatinya. Seseorang yang memahami kalimah ini secara benar dan bermuamalah dengannya akan dapat menempuh hidup ini penuh dengan perhitungan dan pertimbangan. Setiap gerak dan diamnya merupakan realisasi ikrar bagi kalimah yang telah diucapkannya. Inilah kalimat yang memberikan kekuatan, keteguhan, kesabaran, keberanian dan keyakinan yang dalam ketika meniti kehidupan.
Semua ini direalisasikan oleh generasi Islam pertama, generasi yang merupakan hasil tarbiyah Rasullulah SAW. , yang dipuji Allah dalam Al-Qur’an :
“Sesungguhnya Allah redha terhadap orang-orang yang beriman ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon.” (QS. Al-Fath : 18 )
“Kamu adalah ummat yang terbaik yang ditampilkan kepada manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.” (QS. Al-Imran : 110)
Terdapat lima ciri keimanan yang ada pada generasi Al-Qur’an sehingga Allah memuji mereka :
Pertama : Sur’ah al-istijabullah
Sayyid Qutb dalam tafsir Fi zilalil Qur’an mengungkapkan , “Sur’ah al-istijabah adalah tindakan memenuhi fitrah yang bersih bagi memenuhi seruan dakwah yang haq dan lurus. Di sana ada indikasi kejujuran, kelapangan kobaran semangat, pengetahuan yang benar dan satu sambutan cetusan kalbu yang hebat atas kebenaran yang nyata.”
Di antara dasar utama wujudnya sur’ah istijabah adalah makrifah yang sahih tentang adanya Allah, Pencipta alam dan kehidupan. Dia telah menganugerahkan nikmat lahir dan batin kepada manusia. Dia juga yang menurunkan peraturan, hukum dan rencana hidup seluruh manusia. Makrifah seperti ini akan mewujudkan mahabbah yang sangat dalam terhadap Allah.
“Dan sebahagian manusia ada yang membuat tuhan-tuhan tandingan selain Allah. Mereka mencintai tuhan-tuhan tandingan itu sama seperti cintanya pada Allah. Sedangkan orang-orang yang beriman sa ngat cinta kepada Allah. Dan sekiranya orang-orang zalim itu mengetahui saat mereka melihat azab. Sesungguhnya kekuatan itu milik Allah semuanya dan sesunguhnya Allah sangat keras siksanya.” (QS Al-Baqarah :165)
Kesegaran dan istijabutullah bergantung pada mahabbah. Semakin tinggi mahabbah seseorang kepada Allah, semakin segera pula ia menyambut seruan Allah. Mahabbah akan melahirkan ketaatan.