Di tengah-tengah hiruk pikuk kehidupan sehari-hari, ada sebuah keluarga yang sedang bersiap menyambut momen paling berharga dalam hidup putra mereka, Boy Djaya Yusuf anak dari Agus. S dan Esti Purnawinarni .Â
Khitanan, sebuah tradisi keagamaan yang tak hanya sekadar ritual, tetapi juga menjadi simbol keberanian anak laki- laki dalam tahapan kehidupannya serta  penyatuan dan kasih sayang dalam keluarga besar mereka.
Hari itu, matahari bersinar cerah, memancarkan cahaya hangat yang menyelimuti rumah sederhana mereka. Suara tawa dan canda mulai terdengar saat sanak saudara berdatangan, memenuhi halaman dengan semangat dan harapan. Nenek, Bude ,Bulik dan sepupu - sepupunya  yg datang lebih awal, dari kampung nan jauh disana membawa sejuta doa dan harapan untuk cucu, ponakan  tercintanya, kue  tradisional yang dipersiapkan dengan penuh cinta. Mereka yg baru saja bertemu,mengenang masa kecil  sambil berbagi cerita lucu, menciptakan kembali kenangan indah yang kini mereka tuangkan di dalam tawa.
Saat menjelang waktu khitanan, wajah Boy nampak bergetar antara kegembiraan dan sedikit ketakutan. Di dalam hatinya terbersit kerinduan akan sosok Pak de yang telah tiada, yang pasti berada di sampingnya, Pak De Jendral ,Boy menyebut namanya,dia bukan seorang jendral militer, tapi seseorang yg punya rasa cinta keluarga  begitu tinggi, hingga sering mengorbankan dirinya demi kebahagian orang disekelilingnya, Bak jendral di medan perang. Pakde yg ketika hidupnya selalu membersamai kehidupan Boy. Cintanya yg dalam dan luas membuat Boy dan keluarga merasa sangat kehilangan. Boy selalu teringat pesan Pakde Jendral ketika menghadapi situasi yg menegangkan " Boy Harus berani !. Siap ! Dengan sigap dan hormat, yg selalu Pakde Jendral ajarkan ke Boy . Kini ajaran pak de memberikan energi dan dukungan. Kehadiran keluarga yang memeluknya dengan kasih sayang terasa seperti pelukan hangat dari sang Pak de Jendral sendiri. Ibu Boy, dengan wajah lembut dan penuh harapan, berkata, "Nak, hari ini adalah hari spesial untukmu. Ini bukan hanya tentang langkahmu menjadi dewasa, tetapi juga tentang cinta dan dukungan dari keluarga kita."
Menjelang acara syukuran khitanan, semua sanak saudara berkumpul, mempersembahkan doa-doa dan harapan untuk Boy. Dengan tatapan penuh haru, mereka menyaksikan boy yg sudah di khitan. Â Dalam momen itu, seluruh keluarga bersatu, menaruh semua perbedaan dan konflik di masa lalu. Mereka semua tahu, hari ini adalah tentang Boy, dan cinta yang mengikat mereka lebih kuat ketimbang apapun.
Di tengah-tengah prosesi, terbangun suasana haru yang sulit diungkapkan. Boy, dengan keberanian yang tumbuh dalam hatinya, melangkah maju dan mengingat semua kasih sayang yang pernah diberikan oleh orang-orang yang mencintainya. Kebahagiaan menyelimuti setiap sudut, mengalir dalam tatapan penuh cinta dari nenek, bude ,bulik pakde,pak lik ,sepupu ,hingga keponakan.
Setelah prosesi selesai, perayaan pun dimulai. Hidangan istimewa disajikan, aroma masakan menggoda selera. Mereka semua berkumpul di meja panjang, berbagi cerita dan tawa, mengingat betapa pentingnya arti kebersamaan. Setiap suapan makanan terasa lebih manis, karena di dalamnya tersimpan kebahagiaan dan cinta yang menyatukan mereka.