Di sebuah kecamatan kecil tepatnya di kecamatan Jatilawang ,kabupaten Banyumas, yang terletak jauh dari hiruk pikuk kota, terdapat sebuah klub sepak bola yang tidak pernah kehilangan pesonanya.
Jawara FC. Klub ini bukan hanya sekadar tim, namun ia  adalah simbol ketahanan, semangat, dan kebanggaan . Yang membuat Jawara FC berbeda dari klub-klub lainnya adalah para pemainnya. Mereka adalah sosok-sosok yang telah mengukir cerita-cerita indah di dunia sepak bola, dengan usia berkisar antara 35 hingga 50 tahun. Cukup untuk membuat siapa pun terpesona oleh keanggunan dan pengalaman mereka.
Di lapangan, para pemain yang berusia lanjut ini melakukan pemanasan, setiap gerakan menunjukkan pengalaman dan kematangan yang bertahun-tahun dibangun. Mereka bukan lagi pemain muda yang lincah dan cepat, tetapi setiap sentuhan bola, setiap umpan, dan setiap tendangan merupakan sebuah karya seni yang menggambarkan rasa cinta mereka terhadap sepak bola.
Kepemimpinan sang kapten, Pak Sugeng , yang kini berusia 48 tahun, dan berprofesi sebagai Guru terlihat jelas di setiap sudut lapangan. Matanya yang tajam menyapu lapangan, memotivasi rekan-rekannya yang tak lain adalah sahabat seumur hidup. Dengan semangat yang tak pudar, dia meneriakkan instruksi, seolah-olah mengingatkan mereka akan hari-hari ketika mereka masih bermimpi di malam hari, bercita-cita untuk menjadi pemain hebat di negaranya.
Momen-momen indah terjadi saat pemain-pemain seperti Gogon , yang berusia 42 tahun dan dikenal dengan tendangan bebasnya yang memukau, maju untuk mengambil tendangan bebas.Ia mengambil napas dalam-dalam, melihat ke jaring gawang, dan memfokuskan pikirannya. Semua mata tertuju padanya, dan ketika ia melepaskan tendangan itu, detak jantung seluruh penonton berdegup kencang. Bola meluncur bagai anak panah, dan meski lawan berusaha sekuat tenaga, tidak ada satu pun yang dapat menghentikannya. Gol! Satu gol yang membawa kembali kenangan-kenangan indah akan masa-masa kejayaan.
Pemain Jawara FC bermacam profesinya , dari yg pelatih Voly ,Henri ,Dokter , perangkat desa ,Pak susianto, Petani, teknisi AC, pengusaha ,Polisi dan Produser. Mereka berbeda profesi namun ketika sudah di lapangan ,mereka bak atlit muda yang menolak Tua .
Jawara FC bukan semata tentang kemenangan dan kekalahan. Mereka adalah simbol bahwa sepak bola tidak mengenal usia. Mereka berjuang melawan waktu, melawan stigma bahwa pemain tua tidak dapat bersaing. Di lapangan, mereka menunjukkan bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Laba-laba strategi dan taktik meluncur dari pikiran-pikiran yang terasah oleh bertahun-tahun pertandingan.
Di balik setiap langkah, setiap tendangan, terdapat cerita dan rasa cinta yang tak terlupakan. Jawara FC terus berjuang, tidak hanya sebagai tim sepak bola, tetapi juga sebagai simbol kebangkitan semangat yang tak lekang oleh waktu. Dan di sanalah, di lapangan hijau yang sederhana, mereka membuktikan bahwa sebuah impian, tidak peduli seberapa lama, selalu layak untuk diperjuangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H