lembab dedaun begonia, sisasisa embun masih terasa-- menggurat puisi di dada yang terluka
***
dan di timur yang jauh cahayacahaya menggelombang,menabur hangat pd jiwajiwa yang terabaikan;merupa nafas bagi dada yang dipenuhi kesesakan
***
di dada angin, pagi mendegupkan segala kebaikan untuk kita rayakan-- sepanjang perjalanan
***
beranda ini kini riuh setiap pagi menjelang, karna kita mengisinya dengan bunyibunyi nan riang, nyanyian rindu anakanak yang baru pulang
***
dan kita memetiknya sebagai cendera mata untuk pengobat luka, menyimpannya dalam kotak pandora #embun
***
Tuhan menitipkan teduh pagi pada bening embun di tiap batang-batang padi
***
lalu desau pawana mendaraskan sajak kesunyian,dan di antara biru semesta, kenangan kumakamkan dalam ruang keabadian
***
dan derai luruh daundaun randu di sisi jalan, menyuarakan hening sebuah perpisahan--betapa kepedihan kadang harus dirumahkan
***
aku mencoba menyelami hening yang lindap di dada pagi; dan kutemui sebaris puisi adalah nyawa dari semua ini
***
kubayangkan pagi adalah matamu tempat lahir hangat cahaya; sementara aku pengelana purba di sepanjang jazirah tak berpenghuni--dipeluk sepi
***
menyusuri petakpetak pagi kutemukan barisan embun melanggam puisi,mengurai sepi yang semalam berdiam di ruang mimpi
***
Di antara riuh derit rerumpun bambu pagi datang bersama cerlang cahaya; mensiluetkan senyummu di rerimbun bungabunga rosela
***
Embun mengetuk jendela, dikabarkannya tentang rekah cakrawala tempat lahir hangat cahaya; muasal doadoa
***
di sini aku memeram sunyi yg kita petik dari rahim puisi;kubiarkan angin membawanya ke langit dan menjatuhkannya bersama hujan di awal musim
***
sebaris cahaya memapah gundah yang tersisa di tepi mimpi,kini menjelmalah segala doa yang kita laungkan di luas semesta;bersama sejumput asa
***
Selarik cahaya mengecup sepi jenggala. Di pondok tua, sekeping hati sibuk menata berai kenangan yang terlupa
***
kidung angin lembah; ini senja kesekian aku menyandarkan kenangan di dermaga tua, sendirian di tikam lelah
***
hujan telah lesap ke dalam matamu yang senja, mendendangkan kenangan juga sepotong kisah yang tlah usang
***
ada kenangan terburai di sela derai cemara luruh; dan angin menerbangkannya ke tempat yang jauh bersama rasa yang kian luluh
***
sunyi siang, aku mendengar derap hujan di kejauhan, mungkin ia akan bertandang, membawa bulirbulir kenangan
***
kesiur angin lembah menggoyang rerimbun akasia, dan tetiba saja kenangan begitu kuat mengetuk pintu kesunyian-- di dada
***
di sudut sunyi ingatan kenangan berdiam, terkadang menjelma malam yang penuh dengan kunangkunang
***
Selarik cahaya mengecup sepi jenggala. Di pondok tua, sekeping hati sibuk menata berai kenangan yang terlupa
***
ada yang diceritakan pagi, tentang luruh daundaun jati yang jatuh ke bumi, betapa segala takdir memang telah ditulis abadi
***
dan desau angin utara di sepanjang lengang sabana, melahirkan derap irama puisi semesta; kita menyebutnya symponi rasa
***
lalu di ufuk sana pagi rekah bersama rona cahaya, memancarkan hangat yang menjalar di antara sulursulur kenangan masa
***
Terang lembah, pohonpohon cahaya riuh mendaras puisi; sejenak angin singgah menggurat musim di tubir sep
***
sesaat kita tercekat, ketika matahari lelah dan memucat sementara kenangan berdiam di sudut waktu yang berjalan begitu cepat
***
di remang senja kita telah lupa, berapa lama melukis kenangan di sepanjang laguna, hingga matahari lingsir dan kita hanya tersenyum getir
***
Dan luruhlah senja di senyap jenggala, mengendapkan sejenak letih kembara di antara merah jingga semesta #puisisenja
***
dalam setiap hembus nafas doa membias, merengkuh sunyi ini bersama gerimis yang kian tempias #puisimalam
***
selalu kau tinggalkan setengah cangkir kopi di beranda pagi, mungkinkah segala mimpi ini juga akan kau genapi?
***
Senja datang bersama kenangan dan seuntai langgam; juga sekeping asa yang begitu erat kita genggam #puisisenja
***
taman senja kita menyebutnya, saat matahari kuning tua meluruhkan hangat, di antara debur ombak dan pekik camar bermain di sepanjang laguna
***
siang hampir usai;angin menyentuh gerumbul kembang sore, mengusap lembut punggung bukit sebelum matahari redup bersama irama yang kian sayup
***
sunyi siang, kita mengayun kenangan agar lelap di ingatan;kelak musim akan mewujudkannya sebagai bisik angin selatan
***
lalu pada bukitbukit biru di utara kita pernah menggenggam kabut; merasakan riuh kenangan melaju di sepanjang titian semu
***
pada dahan rapuh pohon kenari tua, sepasang burung gereja bercakap tentang musim, ketika begitu banyak kembang kamboja meluruh di beranda
***
maka bersama tetes gerimis yang merinai, aku melukis keping bayangmu, semata agar kesunyian tak begitu erat memelukku
***
Menatap jingga yang memenuhi cakrawala, kita, mencoba melabuhkan gores luka agar pupus duka di dada
***
jelang sore; silir angin di curam tebing,redup cahaya biaskan sederet jingga--kita menikmati warna angkasa dengan berjuta kenangan di kepala
***
maka hangat pagi yang jatuh di rerumputan; kuabadikan sebagai pelukmu; peluruh segala gigil kerinduan
***
maka mengalirlah segala tenang, pada ruang, sesuatu yang kita diami dan kita namakan; rumah hati
***
di antara pekat halimun yang menyentuh sisi bukit, pada sebuah malam berhujan, kita melarung kenangan, di sela sedu sedan perpisahan
***
maka di keheningan yang jauh malam terasa begitu lengang, mengisahkan kesunyian di antara runduk pucukpucuk ilalang
***
akhirnya, segala kenang kini tersimpan dalam bingkai pigura; terpasang bisu di terangi remang cahaya lilinlilin tua
***
dan dalam keteduhan malam aku membaringkan letih yang merajam; melelapkan rintih kesakitan pada matamu yang legam
***
Dan pada sunyi ilalang setangkup kenangan hinggap mengurai pesan, sebuah kisah yang kita simpan bersama bisik angin selatan
***
Pada dingin pusara luka pagi menjelma cahaya, menguarkan hangat doadoa, merengkuh tabah yang tereja di genang air mata
***
sebuah pagi di beranda; jatuh reranting getas di tanah basah, membawa tabah kepergian; melarung luka kehidupan
***
hening memayungi senja yang perlahan luruh dari matamu; membawakan sepotong kenangan di relung hati paling dalam
***
senja hening di bibir telaga; remang temaram jingga mengangkasa;kita bersama mendayung perahu kayu tua--menjala rasa #puisisenja