Mohon tunggu...
Sigit Nurfianto
Sigit Nurfianto Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Kalteng mania, Lanus, Madridista, Holigan Garuda, saya suka terharu melihat masyarakat indonesia, yg ikhlas menerima kehidupan apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

APBD Saat Ini Bukan untuk Sepakbola!

21 Desember 2012   16:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:14 1359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4d58665641cba/hinca-panjaitan-apbd-untuk-sepakbola-kewajiban-konstitusional-negara

Membaca tulisan Hinca Panjaitan diatas, tergambar dengan jelas seperti apakah karakter beliau secara khusus dan pengurus KPSI pada umumnya. Mereka adalah orang yang memang mengharapkan APBD sebagai sarana yang bisa dipakai untuk pendanaan dibidang olahraga utamanya cabang sepak bola, menurutnya itu merupakan tanggung jawab konstitusional negara. Sampai disini saya mau menggaris bawahi apa yang beliau sampaikan. Jujur saya tidak begitu paham tentang hukum olahraga (lex sportiva), dimana beliau sampaikan sepak bola ini termasuk leisure (kesenangan), dimana warga negara mendapatkan kesenangan dan kesetaraan saat datang ke stadion. Mereka bisa melupakan sejenak penatnya kehidupan, susahnya mencari nafkah dengan menonton sepak bola.

Tetapi sungguh dalam hati saya sangat tidak setuju dengan pendapat yang beliau sampaikan. Apakah Hinca lupa, bahwa tingkat kemakmuran suatu negara ditentukan dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM/ HDI Human Development Index ) dimana ada beberapa parameter yang dinilai seperti Pendidikan dan Kesehatan. Saat ini tentu sangat tidak bijaksana kalau kita mengedepankan sepakbola sebagai prioritas utama, sedangkan sarana kesehatan seperti Puskesmas, Rumah sakit termasuk ketersediaan petugas baik jumlah maupun tingkat sebarannya yang masih sangat kurang. Akses masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai masih jauh dari harapan, apalagi bagi mereka yang tinggal dipedalaman, contohnya kami yang tinggal di pedalaman kalimantan, sungguh sangat mengiris hati manakala melihat apa yang dilakukan Malaysia disepanjang perbatasan, dimana mereka membangun sarana kesehatan yang memadai, petugasnya diberi kemudahan untuk meneruskan pendidikan termasuk pendidikan kedokteran yang relatif mahal, dimana disekolahkan? Di Indonesia, fakultas- fakultas kedokteran di  UGM, UI, Unpad, UNS, UNDIP banyak mahasiswa yang berasal dari Malaysia, setelah selesai mereka akan bertugas di Rumah sakit- rumah sakit perbatasan tersebut, tentunya mereka menjaring pasien dari Indonesia, dengan belajar di Indonesia, tentu pola penyakit dan kendala bahasa tidak lagi jadi hambatan, la wong sekolahnya disini. Di bidang pendidikan juga banyak sekolah-sekolah yang hampir roboh, jalan menuju sekolah yang sulit ditembus, buku-buku pelajaran yang sulit terjangkau harganya, akhirnya akses masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas menjadi sulit baik karena faktor geografis, biaya dan kemudahan waktu.

Menurut hemat saya janganlah klub-klub sepakbola sekarang menggunakan dana APBD, biarlah itu dipakai PEMDA untuk memperbaiki sarana kesehatan, pendidikan dan infra struktur lain seperti jalan dan jembatan, apalagi buat saya yang bertugas di daerah seperti di luar jawa, tentunya itu menjadi prioritas utama, bukan pembiayaan klub sepak bola. Saya penggemar sepakbola, tetapi saya lebih suka masyarakat meningkat pendidikan dan kesehatannya, dibanding kemudahan menonton bola atau PEMDA/ daerah memiliki klub sepakbola yang handal misalnya. Saya sangat mengapresiasi apa yang dilakukan Jokowi baik saat di Solo maupun di Jakarta yang lebih mengutamakan penggunaan APBD untuk pendidikan dan kesehatan, dibanding pembiayaan klub bola. Mudah-mudahan banyak kepala daerah yang mempunyai skala prioritas seperti Jokowi.

Kembali ke pendapat Hinca diatas, mudah-mudahan apa yang beliau sampaikan hanya sekedar gagasan atau pada tataran konsep yang belum layak untuk diimplementasikan saat ini, kita masih butuh dana yang besar untuk sektor pendidikan, kesehatan dan infra struktur lain. Agar kita bisa mengejar ketinggalan dari negara-negara tetangga. Di negara- negara yang sudah maju seperti di Eropa, klub tidak hidup dari APBD, tetapi dari sponsor, penjualan tiket pertandingan, Hak Siar Televisi dan lain -lain. Untuk itu di perlukan manajemen yang baik, tidak hanya di tingkat klub tapi juga regulator kompetisi sepakbola itu sendiri, tak lupa juga peran pemerintah untuk memayungi kegiatan tersebut, dengan membuat payung hukum yang baik agar ada kepastian hukum. Itulah yang kita sebut sebagai sepak bola industri. Mudah- mudahan apa yang disuarakan Hinca hanya sebatas wacana, kita sambut era sepakbola industri, seperti yang telah dirintis PSSI sekarang dengan menggandeng sponsor dari luar. Jangan alergi dengan masuknya dana asing selama kita bisa mengelola dengan baik, menurut saya itu bukan penjajahan, tetapi kerjasama yang saling menguntungkan. Akhirnya buat PSSI tetaplah berjuang, untuk kemajuan sepak bola kita.

SALAM SEPAKBOLA TANPA APBD !!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun