Jokowi segera menuju ke puncak karir politiknya. Setelah menjabat Walikota dan Gubernur, Jokowi sekarang mengincar posisi orang nomor satu di republik ini. Jokowi adalah tipe orang yang penuh perhitungan, inovatif dan selalu optimis dalam memenangkan pemilihan pemimpin, seperti yang terjadi di Solo dan Jakarta. Saat maju di Pilkada DKI Jakarta, Jokowi begitu percaya diri dan optimis mengalahkan para pesaingnya, padahal yang dihadapi adalah incumbent¸mantan ketua MPR, Gubernur Sumatera Selatan dan pengamat politik hebat, sedangkan Jokowi hanyalah seorang walikota dari kota kecil di Jawa Tengah. Rasa percaya diri dan optimisme yang tinggi tersebut tentu didasari perhitungan-perhitungan matang yang didukung strategi yang cerdas. Hal yang sama juga akan terjadi pada pipres mendatang. Jokowi pasti punya perhitungan dan strategi tersendiri yang berbeda dengan pesaingnya.
Berikut beberapa strategi Jokowi menyambut pilpres mendatang:
1. Mulai dari deklarasi pencapresannya yang sederhana, jauh dari hingar bingar di gedung dan panggung mewah. Jokowi menyatakan menerima mandat sebagai capres saat blusukan di Marunda dengan baju khas betawinya. Pernyataan kesiapannya pun terkesan mendadak, tidak ada pemgumuman sebelumnya dan tidak dihadiri pengurus dan elit politik PDIP. Masyarakat tentu melihat berbeda model pengumuman pencapresan Jokowi dengan capres lainnya. Lihat saja, strategi Jokowi ini sudah berbeda dengan pencapresan capres Hanura, Win-HT atau ARB dari Golkar, bahkan konvensi capres Demokrat yang selalu berpindah-pindah kota dalam debat antar peserta konvensi. Terakhir, kesederhaan Jokowi juga terlihat waktu kampanye ke Lampung yang menggunakan pesawat Garuda kelas ekonomi dan membawa koper coklatnya sendiri.
2. Jokowi paham bahwa sejak menyatakan diri sebagai capres, wartawan semakin banyak yang mengikuti gerak-geriknya. Untuk lebih menimbulkan simpati masyarakat, maka saat ditanya wartawan tentang masalah capres, Jokowi menyatakan bahwa dia tidak akan bicara pencapresan di kantornya karena statusnya adalah gubernur apabila di balai kota. Jokowi akan menjawab masalah capres jika sudah diluar pagar balai kota. Masyarakat akan melihat jokowi adalah pejabat yang bisa menempatkan diri, kapan sebagai gubernur dan kapan sebagai capres. Masyarakat akan semakin mendukung Jokowi dengan melihat tindakan Jokowi tersebut.
3. Rajin menjalin silahturahmi dengan berbagai kalangan. Jokowi mendekati dua organisasi keagamaan terbesar, yaitu NU dan Muhammadiyah. Setelah menerima Ketua Muslimat NU, Khofifah Indar Parawangsa di balai kota, Jokowi kemudian menemui tokoh muhammdiyah yang juga ketua MUI, Din Samsyudin. Berikutnya, Jokowi ke Rembang untuk menemui tokoh NU, KH Mustofa Bisri. Terlepas dari isi pembicaraan dalam pertemuan, roadshow Jokowi bertemudengan dua tokoh agama tersebut menunjukkan strategi Jokowi untuk meraih dukungan dari kalangan Islam. Sebelumnya Jokowi sudah memiliki modal dengan intensitas pertemuan dengan kalangan militer. Jokowi tercatat beberapa kali mengadakan kegiatan bersama dengan Kopassus, Kostrad dan kesatuan lain, misalnya membersihkan sungai. Bahkan pernah diberitakan, kedatangan Jokowi di markas Kopassus disambut begitu meriah. Disini, Jokowi sebenarnya sudah memegang kunci. Bagaimanapun, militer memegang peranan penting di negeri ini. Hubungan baiknya dengan kalangan militer memudahkan Jokowi mendapatkan dukungan dari militer saat maju dalam pilpres.
4. Tidak terpancing menghujat pihak lain. Meskipun dicemooh dan dikritik atas pencapresannya, Jokowi hanya menjawab ringan saja ”kalau suka silahkan pilih, tidak suka jangan dipilih”. Jawaban simpel dan sederhana, tapi bisa memancing simpati masyarakat. Jokowi selalu bilang bahwa secara konstitusi dia boleh maju sebagai capres untuk menangkal serangan tidak amanah sebagai Gubernur DKI Jakarta. Serangan Prabowo sebagai capres boneka pun tidak diladeni. Terbaru, Prabowo berkampanye dengan menyatakan jangan memilih pemimpin pembohong dan suka ingkar janji. Kepada siapa lagi serangan itu ditujukan, kalau bukan ke Jokowi.
5. Salah satu media online menyebutkan Jokowi akan menyiapkan baju khas untuk pilpres, tetapi bukan baju kotak-kotak seperti pilkada DKI Jakarta. Jokowi berharap mengulangi boomingnya baju kotak-kotak sebagaimana terjadi di pilkada DKI Jakarta. Baju khas tentu akan memberi identitas berbeda terhadap Jokowi dan pendukungnya. Baju khas Jokowi nantinya diharapkan dapat menimbulkan gelombang antusiasme yang besar dari masyarakat layaknya baju kotak-kotak.
6. Tentu saja ada strategi Jokowi yang lain yang masih disembunyikan. Jokowi pasti sudah memperhitungkan peluang berikut strateginya menjadi presiden sebelum menerima mandat capres dari Megawati.
Kita lihat saja, apakah semboyan vini, vidi, vici masih berlaku untuk kesekian kalinya bagi Jokowi di pilpres kali ini sebagaimana terjadi di Solo dan Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H