Mohon tunggu...
Gitan D
Gitan D Mohon Tunggu... -

menulis untuk mengingat

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Amin Rais, Politikus Sejati

1 April 2014   00:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:14 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Amin Rais manyatakan ada kemungkinan Hatta Rajasa menjadi calon wakil presiden dari Jokowi (merdeka.com/30 Maret 2014). Pernyataan Amin Rais tersebut tentu bertolak belakang dengan kritikan dan sindirannya selama ini terhadap Jokowi. Masih segar dalam ingatan kita berbagai serangan verbal Amin Rais terhadap Jokowi.

Amin Rais pernah mengungkapkan ketidaksetujuannya Jokowi masuk sebagai kandidat Walikota terbaik dunia, bahkan menduduki ranking tiga terbaik, dengan alasan Jokowi gagal memimpin Solo. Dikatakannya, Solo masih kumuh dan tingkat kemiskinan tertinggi di Jawa Tengah. Saat itu, Amin Rais membandingkan Solo dengan kota-kota di dunia yang pernah dikunjunginya.

Amin Rais pernah pula menganjurkan Jokowi untuk meminta maaf kepada warga Jakarta karena belum mampu mengatasi banjir yang semakin meluas. Amin Rais tidak melihat fakta baru berapa lama Jokowi menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, dan usaha apa yang telah dilakukan Jokowi untuk mengatasi banjir. Amin Rais mengabaikan fakta bahwa jangankan gubernur yang baru menjabat, Sutiyoso sebagai mantan gubernur yang menjabat dua periode dan Fauzi Bowo yang sebelum menjadi Gubernur merupakan pejabat karir di Pemprov Jakarta, tidak mampu mengatasi banjir.

Amin Rais juga pernah menyamakan Jokowi dengan mantan presiden Filipina, Joseph Estrada yang dipilih karena faktor popularitas. Katanya, Joseph Estrada terpilih sebagai presiden karena populer sebagai bintang film padahal kerjanya mabuk tiap malam. Dia mengharapkan masyarakat Indonesia tidak memilih Jokowi sebagai presiden hanya karena populer.

Amin Rais pernah meragukan nasionalisme Jokowi hanya karena Megawati waktu menjadi presiden pernah menjual saham Indosat ke asing. Amin Rais sudah menjustifikasi kalau Jokowi menjadi presiden, pasti akan menjual aset negara. Dia tidak melihat bagaimana kebijakan Jokowi menggunakan karya anak negeri, Esemka, sebagai mobil dinas (terlepas dari segala kontroversinya), dan kebijakan Jokowi mengembangkan pasar tradisional sewaktu memimpin Solo. Jangan lupa perselisihan dengan Gubernur Jawa Tengah waktu itu, Bibit Waluyo, yang memicu umpatan yang dianggap sebagai pemicu popularitas Jokowi, yaitu kalimat “walikota bodoh”. Bibit Waluyo menginginkan lahan bekan pabrik es di kawasan Purwosari, Solo sebagai kawasan komersial, tetapi Jokowi ngotot mempertahankannya sebagai kawasan cagar budaya. Jokowi tahu jika menjadi kawasan komersial (kabarnya menjadi mall) akan mematikan ekonomi rakyat kecil karena di dekatnya ada pasar tradisional.

Amin Rais pernah pula menyatakan kalau kegiatan blusukan Jokowi adalah kegiatan yang sia-sia karena tidak merasakan adanya hasil positif dari blusukan. Dia menyatakan agar Jokowi berhenti blusukan dan kerja beneran. Padahal, jokowi berulang kali menyatakan kalau blusukan merupakan cara untuk mengetahui masalah di lapangan dan kemudian mengeksekusinya, serta cara mengontrol kinerja bawahan.

Dengan segala kritikan dan sindiran selama ini, tetapi kemudian malah mengamini duet jokowi-Hatta Rajasa, berarti Amin Rais memang politikus sejati, bukan cendikiawan. Seorang cendikiawan akan melihat segala sesuatu secara jernih sesuai dengan kapasitas keilmuannya. Benar dikatakan benar, dan sebaliknya. Politikus sejati akan mengikuti kemana pun angin berembus. Jika ada yang akan mengutungkan dirinya, kelompok atau partainya, dia akan berubah pikiran dan mengikuti yang menguntungkan diri/kelompok/partainya. Bahasa kasarnya, tidak segan-segan menjilat ludah sendiri. Sadar kalau Jokowi berpeluang sangat besar menjadi presiden, tanpa rasa malu , Amin Rais menyatakan membuka kemungkinan berduet dengan PDIP. Dia sudah lupa dengan berbagai sindiran dan kritikannya selama ini.

Seandainya benar Hatta Rajasa akhirnya menjadi wakil presiden mendampingi Jokowi, hampir pasti tidak ada kritikan dan sindiran Amin Rais terhadap Jokowi, apapun kebijakan Jokowi nantinya. Tetapi, jika wakil Jokowi bukan Hatta Rajasa, dapat dipastikan, Amin Rais menyerang Jokowi, meskipun kebijakan Jokowi nantinya dianggap baik di masyarakat. Itulah politikus sejati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun