Mohon tunggu...
Gitan D
Gitan D Mohon Tunggu... -

menulis untuk mengingat

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kredit Mobil? Mengapa Tidak?

22 Juni 2014   08:57 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:51 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keinginan saya untuk memiliki mobil sendiri muncul begitu lulus kuliah di sebuah sekolah kedinasan dan bekerja sebagai pegawai negeri di salah satu instansi pemerintah di Kota Surabaya, Jawa Timur pada awal tahun 2002. Saat itu, keinginan tersebut hanya sebatas angan-angan karena total Take Home Pay (THP) hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan ongkos pulang kampung di Jogjakarta setiap tiga minggu sekali. Masih untung setiap bulan dapat menyisakan gaji sehingga mampu membeli sepeda motor, meskipun kredit.

Keinginan membeli mobil akhirnya terwujud enam tahun kemudian, tepatnya pada Bulan Maret 2008 seiring dengan meningkatnya THP. Saat itu, saya sudah dimutasi ke kota kelahiran salah satu calon presiden saat ini, Joko Widodo, yaitu Surakarta, Jawa Tengah. Meskipun gaji dan tunjangan meningkat, pilihan membeli mobil secara kredit adalah hal yang paling realistis saat itu. Motor Yamaha V-ixion akhirnya saya jual sebagai tambahan uang muka pembelian mobil.

Dengan dana yang terbatas, mobil yang saya cari adalah mobil bekas dengan umur pakai kurang dari 10 tahun. Mobil yang saya impikan sebenarnya model SUV dengan ban cadangan digantung di pintu belakang. Kelihatan gagah dan keren (Halah...). Tetapi, dengan gaji sebagai pegawai negeri, sangat berat jika ingin memiliki mobil jenis SUV ini (kecuali korupsi..hehehe). Maka, sebagai gantinya, saya ingin mencari mobil model jeep dengan ban menggantung di pintu belakang, seperti Daihatsu Feroza atau Suzuki Escudo.

Karena saya tinggal di Jogjakarta, tempat yang paling tepat untuk mencari mobil bekas adalah area TVRI Jogjakarta. Setiap Hari Minggu, ratusan mobil dipajang dan diperjual-belikan disana. Dengan membawa bekal uang 25 juta di tas dan ditemani adik serta mantan pacar (sekarang sudah jadi istri), perburuan mobil dimulai.

Setelah berkeliling beberapa jam sampai kaki pegal-pegal, akhirnya saya memutuskan ada dua pilihan mobil, antara Suzuki Escudo Tahun 1997 warna hijau dan Suzuki Baleno 2001 warna silver yang layak beli sesuai budget. Harganya sama-sama ditawarkan 78 juta rupiah. Setelah berunding dengan adik dan calon istri, akhirnya pilihan jatuh pada Suzuki Baleno. Sebuah pilihan yang jauh dari obsesi semula berupa mobil  model jeep dengan ban cadangan menggantung di pintu belakang.  Salah satu pertimbangannya adalah umur pakai yang lebih muda.

Sempat terjadi negosiasi atau tawar menawar alot dengan penjual. Saya menawar harga 73 juta rupiah, tetapi penjual ngotot diharga 76 juta rupiah. Bahkan, karena tidak ada titik temu, ditambah hari sudah menjelang sore, penjual memutuskan untuk pulang. Setelah berunding singkat dengan adik dan calon istri, akhirnya saya mencoba mengejar kembali penjual yang sudah hampir sampai pintu keluar dengan memberikan penawaran terakhir 75 juta rupiah, dan akhirnya deal. Karena terburu-buru, penjual meminta saya datang ke rumahnya di daerah Jalan Kaliurang untuk transaksi sesuai harga yang telah disepakati.

Kebetulan adik saya mempunyai kenalan seorang sales dari sebuah jasa pembiayaan mobil sehingga saya menggunakan jasa pembiayaan rekomendasi adik saya tersebut. Kita namakan jasa pembiayaan tersebut dengan XX. Sales yang kalau tidak salah, panggilannya Mas Andri, sudah stand by di area TVRI Yogyakarta sehingga mudah diajak ketemu jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Saya mengajak Mas Andri ke rumah penjual mobil sesuai alamat yang diberikan. Semula, penjual mobil tidak mau menjual mobil secara kredit dengan alasan tidak mau repot. Setelah diyakinkan oleh Andri bahwa penjual tidak akan direpotkan dengan pembelian secara kredit, akhirnya penjual merelakan saya membawa pulang mobilnya. Kesan pertama membawa mobil sendiri (meskipun mobil bekas dan kredit), sungguh luar biasa. Rasanya tidak ingin turun dari mobil..hehe.

Saya mengambil kredit mobil selama 36 bulan alias 3 tahun. Waktu yang lumayan lama. Dengan harga mobil 75 juta rupiah  dan uang muka 25 juta rupiah, total angsuran per bulan yang harus saya bayar adalah Rp 1.992.000. Angsuran yang cukup terjangkau karena saat itu saya belum mempunyai tanggungan apa pun. Setiap bulan saya menyetorkan angsuran ke kantor cabang XX yang saat itu lokasinya di di Jalan Laksda Adisucipto, Yogyakarta (sekarang sudah pindah kantor di daerah Ring Road Utara, Maguwoharjo, Yogyakarta).

Sebenarnya, pihak jasa pembiayaan XX menyediakan cara yang lebih mudah untuk membayar angsuran, yaitu melalui transfer antar bank. Meskipun demikian, saya lebih suka membayar angsuran secara langsung ke kantor jasa pembiayaan XX tersebut, sekalian jalan-jalan..hehe. Pembayaran pajak mobil tahunan atau perpanjangan STNK pun tidak masalah dengan menggunakan fotokopi BPKB yang disediakan pihak XX (BPKB asli disimpan XX sebagai jaminan kredit).

Beberapa bulan dari waktu pembelian mobil, tepatnya Bulan Juli 2008, akhirnya saya menikah dengan calon istri yang saat itu menemani membeli mobil. Bahkan, mobil tersebut sekaligus sebagai mobil pengantin. Setelah menikah, angsuran per bulan bertambah ringan karena gabungan penghasilan saya dan istri. Setelah mengangsur selama kurang lebih 18 bulan, saya dan istri sepakat untuk melunasi sisa kredit. Saya datang ke kantor cabang XX di daerah Ring Road Utara, Maguwoharjo, Yogyakarta untuk menanyakan mekanisme pelunasan sisa kredit dan jumlah yang harus saya bayar. Tidak memerlukan waktu lama, saya diberikan print out jumlah yang harus saya lunasi. Memang tidak ada diskon khusus karena pelunasan lebih cepat. Jumlah yang dibayar hampir sama jika sisa kredit dilunasi sesuai jangka waktu 3 tahun. Tetapi, tidak menjadi masalah karena yang penting bagi saya, pelunasannya tidak berbelit-belit. Setelah saya lunasi dengan membayar seluruh sisa kredit, saya langsung mendapat BPKB sebagai bukti pemilikan Baleno.

Karena saya harus mutasi kerja ke Kota Jakarta dan istri mendapat tugas belajar ke luar negeri, akhirnya Bulan Juli 2013, saya menjual mobil Baleno kesayangan kepada seorang teman kerja, dengan harga persis sama dengan harga beli, yaitu 75 juta rupiah. Artinya, setelah lima tahun pemakaian, harganya tidak berubah, bahkan naik karena teman kerja saya tersebut akhirnya menjual Baleno tersebut dengan harga 78 juta rupiah.

Kredit mobil memang mudah!! so, jangan ragu-ragu jika ingin membeli mobil secara kredit.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun