Mohon tunggu...
Sigit Kurniawan
Sigit Kurniawan Mohon Tunggu... lainnya -

Lahir di Jogjakarta tiga dekade silam. Saat remaja, mengembara di lorong-lorong Jakarta, sebuah city of joy yang menyuguhkan kesepian di tengah keramaian. Setiap hari menjadi tukang corat-coret di sebuah pabrik kata-kata. Baginya, segala peristiwa dalam hidup akan menjadi lebih indah dan bermakna usai ditorehkan dalam kata-kata. Moto hidupnya "SCRIBO ERGO SUM, Aku Menulis maka Aku Ada." Tempayan air kata-katanya bisa dibaca di blog http://katakataku.com (blogging for humanity). Lagi belajar sastra dan filsafat agar bisa memandang hidup ini tidak hitam putih. Selamat menimba kesegaran dalam tempayan air kata-kata ini. Mari merayakan hidup!

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Co-Creation Ala Kompas dan Kompasiana

8 November 2010   09:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:46 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12892097751575986654

Tulisan saya ini pernah dimuat di  blog The-Marketeers.com (blog khusus bahasan New Wave Marketing dari  MarkPlus). Saya posting di sini dalam rangka ulang tahun Kompasiana. Semoga turut memeriahkan ulang tahunnya. Happy Birthday, Kompasiana!  :)

[caption id="attachment_74108" align="alignnone" width="640" caption="Sumber ilustrasi: http://portalperempuan.blogspot.com"][/caption] Di era sekarang, informasi tidak lagi didominasi oleh para media arus besar. Berita-berita pun tidak lagi menjadi materi eksklusif dari para wartawan konvensional ini. Sekarang ini adalah eranya semua orang bisa menjadi reporter. Warga tidak lagi menjadi konsumen berita, tapi juga produsen berita. Apa yang menjadi semboyan OhmyNews kian waktu kian terbukti bahwa “every citizen is a reporter”. Dengan gampang, setiap orang, bisa menerbitkan berita, entah di blog, di Facebook, Twitter, dan sebagainya. Bahkan, tak jarang, nilai berita mereka tidak kalah penting dan eksklusif dari para wartawan konvensional. Di Kompas hari ini, wartawan Kompas sekaligus admin Kompasiana Pepih Nugraha menulis tentang berita dari warga biasa yang semakin diperhitungkan. Tulisan berjudul “Ketika Berita Warga Mulai Diperhitungkan” itu menguatkan bahwa peranan jurnalis warga (citizen journalism). Bahkan, tulisan dari jurnalis warga ini bisa menjadi referensi dari media-media konvensional lainnya. Pepih mengambil kasus penarikan Indomie di Taiwan sebagai contoh paling hot dan kentara. Berta kasus mie cepat saji ini memang mengejutkan. Tapi, tak banyak yang tahu, berita yang diangkat media arus utama, demikian kata Pepih, ternyata bermula dari berita warga di blog Kompasiana. Berita ini ditulis oleh Blindie Lee, kompasianer Indonesia yang tinggal di Taiwan. Dari fenomena itu, tampak bahwa Kompas sebagai induk dan Kompasiana sudah semakin kolaboratif. Menyitir pendapat mantan Editor Senior Poynter Institute Steve outing, Pepih menyebut kolaborasi antara pewarta warga dengan jurnalis profesional tadi sebagai hybrid. Co-creation Nah, saya tertarik dengan kolaborasi ini. Di era New Wave di mana telah terjadi horisontalisasi dan demokratisiasi—termasuk di industri media dan informasi—kolaborasi antara media konvensional dengan pewarta warga sangatlah penting. Kolaborasi ini membuahkan apa yang namanya co-creation. Kompas dan Kompasiana bekerjasama dalam menciptakan berita. Proses co-creation tidak sekadar dalam membuat berita. Sebagai blogger Kompasiana, saya cukup mengerti upaya Kompas dalam membesarkan Kompasiana. Kanal Kompasiana awalnya digunakan sebagai kanal blog khusus para jurnalis Kompas. Selanjutnya, blog ini mulai membuka diri dengan mengundang penulis tamu dan artis. Lalu, melihat antusiasme netizen terhadap blog, dibuatkan menu khusus publik. Baru pada 22 Oktober 2008, Kompasiana sebagai blog sosial resmi diluncurkan. Ketika menjadi blog publik, pihak Kompas sangat mengakomodir opini-opini dari blogger warga. Kompas sangat rajin melalukan engagement dengan acara kopi darat Kompasiana, modis (monthly discussion), lomba-lomba, dan sebagainya. Sekarang, Kompasiana sudah sangat horisontal, di mana nyaris tidak ada perbedaan perlakuan antara blogger dari warga biasa, jurnalis, politisi, mantan jenderal, pejabat, artis dan sebagainya.Kompasiana menjadi blog keroyokan yang demokratis—meski tetap ada peraturan bersama yang kudu disepakati oleh seluruh blogger. Dari kacamata New Wave Marketing, Kompas berhasil menggandeng para “pelanggannya” untuk melakukan co-creation. Ini menjawab tren di mana pembaca berita di era sekarang ini tidak lagi doyan didikte oleh media arus besar. Mereka cenderung ingin terlibat dalam pemberitaan. Mereka tidak lagi pembaca, tapi penulis; tidak lagi pendengar, tapi juga pencipta berita. Kalau sudah berco-creation, rasa sense of belonging pada merek akan tumbuh. Bila ini terjadi, merek telah menjadi milik pelanggan. Sepertinya, Kompas dengan Kompasiana telah melakukan ini. Ada pendapat? Sumber ilustrasi: http://portalperempuan.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun