Mohon tunggu...
Sigit Kristiantoro
Sigit Kristiantoro Mohon Tunggu... Guru - Kepala Divisi Pendidikan Yayasan Tarakanita

Menggali dan mencintai filosofi dari banyak peristiwa dan pengalaman, termasuk dari dunia pendidikan (Bekerja di Yayasan Tarakanita).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

PR Pendidikan, Refleksi Optimistis Ganti Menteri dan Relevansinya

14 November 2024   09:07 Diperbarui: 14 November 2024   09:18 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Disebutkan bahwa Indonesia berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010 akan mengalami bonus demografi, di mana jumlah penduduk usia muda dan produktif akan lebih banyak dan mencapai masa maksimumnya pada tahun 2028, 2029, 2030, dan 2031 sebesar rata-rata 46,7%. 

Kondisi ini merupakan sebuah tantangan dan sekaligus peluang strategis bagi upaya-upaya penyiapan dan pemenuhan kapabilitas sumber daya itu agar mampu memberikan kontribusi bagi perkembangan, pertumbuhan, dan pembangunan bangsa, tetapi juga mampu memiliki daya saing secara global bersama dengan negara-negara yang lain.

Daya saing global inilah yang menjadi pintu masuk kesadaran reflektif akan masih rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang yang berdampak pada tidak maksimalnya penyediaan sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan keahlian yang dibutuhkan dalam pembangunan bangsa di berbagai bidang.

 Data tes Programme for International Student Assessment (PISA) Tahun 2022 menunjukkan hasil skor 359 pada membaca, 366 pada matematika, dan 383 pada sains dari rerata OECD pada skor 500. 

Berdasarkan data tersebut, Kemendikbudristek bahkan menyimpulkan jika 70% peserta didik usia 15 tahun (level pendidikan dasar) berada di bawah kompetensi minimum membaca dan matematika (Kemendikbudristek, 2022). 

Pembelajaran berbasis mata pelajaran (mapel) yang selama ini digunakan di Indonesia rupanya belum mampu mengoptimalkan capaian kompetensi literasi, numerasi, dan juga sains yang notabene menjadi fokus pengembangan kompetensi peserta didik di negara-negara lain.

Fakta tersebut menunjukkan bahwa Indonesia sejatinya masih memiliki banyak PR, seperti disampaikan oleh Satriwan Salim sebagai Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) yang dimuat dalam DetikEdu (21 Oktober 2024) sebagai tanggapan atas kepemimpinan Presiden dan Kementerian baru, salah satunya yaitu: mengejar skor PISA. 

Penurunan nilai capaian tes PISA tahun 2022 dibanding tahun 2018 pada semua komponen yang diujikan yaitu literasi, numerasi, dan sains, memberikan gambaran wujud kondisi pendidikan di Indonesia yang sedang tidak baik-baik saja. 

Kemampuan jelajah ilmiah guru dan peserta didik menjadi tantangan besar agar kemampuan literasi, numerasi, dan sains semakin hari semakin baik. Guru maupun peserta didik harus dibiasakan untuk melakukan analisis kritis terhadap data dan informasi, lebih dari sekedar menerima materi berpendekatan mata pelajaran.

Belum lagi soal dampak bekal pendidikan bagi generasi Z (lahir antara tahun 1995-2005) jika dilihat dari kualitas yang mereka hasilkan di dunia kerja. Generasi yang dikenal sebagai generasi digital native dan adaptif terhadap teknologi ternyata juga menghadapi persoalan besar. 

Data survei Intelligent 2024 (platform konsultasi pendidikan dan karir) menyatakan bahwa 60% perusahaan yang disurvei telah memecat lulusan baru (masuk kategori generasi Z) dengan alasan utama yang berkaitan dengan kurangnya motivasi atau inisiatif (50%), kurangnya profesionalisme (46%), keterampilan berorganisasi yang buruk (42%), keterampilan komunikasi yang buruk (39%), sulit menerima feedback (38%), kurangnya pengalaman kerja yang relevan (38%), keterampilan pemecahan masalah yang buruk (34%), keterampilan teknis yang tidak memadai (31%), ketidakcocokan budaya (31%), dan kesulitan bekerja dalam tim (30%).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun