Mohon tunggu...
Sigit K
Sigit K Mohon Tunggu... -

tidak ada yg benar. \r\nsegalanya diperbolehkan \r\n(falsafah assassin)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Palguna / Palgunadi (2 tipe cowok impian)

3 Januari 2013   04:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:35 1169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Palguna. Banyak orang yang mengenalnya sebagai Arjuna. Salah satu dari pandawa dan sangat disayang oleh keluarganya. Berwajah tampan, keturunan ningrat, kaya, pintar dan ahli memanah. Pembawaannya yang kalem dan penuh wibawa membuat banyak wanita bertekuk lutut di hadapannya. Hal ini terbukti dengan banyaknya istri yang telah ia persunting. Dari itu pula ia pernah merasakan berbagai jenis dan tipe wanita seperti layaknya menyantap hidangan beraneka rasa. Poko’e mak nyoss! Harta, tahta dan wanita. Ketiganya telah ia miliki, ketika banyak para lelaki yang hanya bisa bermimpi untuk mendapatkan ketiganya. Jika mau ditambahkan dari ketiga hal tersebut, ia juga perkasa dan pandai bertarung. Dia juga merupakan anak emas dan sangat dibela oleh gurunya. Tidak ada yang mampu mengalahkan kepandaiannya dalam memanah kecuali oleh 2 orang. Salah satu dari 2 orang itu adalah Palgunadi yang nanti akan dijelaskan kemudian.

Dari semua keunggulan Arjuna, ada satu hal yang paling utama. Dia itu jagoan, peran utama. Di mana-mana jagoan itu selalu menang dan diunggulkan. Dunia dan seluruh isinya selalu berpusat dan berpihak kepadanya. Dalam setiap pertempuran ia selalu menang atau dimenangkan. Umurnya juga panjang sehingga ada banyak waktu untuk menikmati itu semua. Benar-benar impian para lelaki.

Bagi seorang Arjuna, cinta itu tidak mengenal kapasitas dan jumlahnya bisa tak terhingga. Ada begitu banyak cinta yang bisa diberikan ke banyak wanita. Layaknya cinta sang ibu kepada anaknya, punya anak 1, 2, 10, hingga seratus sekalipun tak akan mengurangi rasa cintanya kepada semua anaknya. Semakin banyak wanita yang dimiliki maka semakin banyak cinta yang bisa diberi. Cinta tidak bisa dibandingkan dengan konsep waktu yang jumlahnya tetap, 1 hari adalah 24 jam. Memberikan cinta tidak selalu berarti meluangkan waktu, karena waktu itu terbatas, sedangkan cinta itu tak terbatas. Cinta Arjuna melebihi dimensi waktu. Walaupun jarang bertemu karena harus menemui istrinya yang lain, cinta Arjuna dengansemua istrinya tetap terjaga.

Cinta dan cemburu itu pada dasarnya cuma perasaan. Namanya juga perasaan, maka bisa dihidupkan, dikembangkan, atau bahkan dimatikan. Daripada menumbuhkan rasa cemburu yang merusak, kenapa tidak menumbuhkan rasa cinta yang membuat bahagia? Lagi pula orang yang penuh cinta tidak akan memiliki keserakahan dalam hatinya. Yang ada adalah rasa saling mengasihi dan berbagi, termasuk berbagi suami.

***

Palgunadi, biasa juga dikenal dengan nama Ekalaya. Sangat sedikit orang yang mengenalnya. Bahkan bagi mereka yang tidak mengenal cerita wayang, mungkin baru pertama kali ini mereka mendengarnya. Ini menunjukkan bahwa dia bukan siapa-siapa, bukan orang terkenal, cuma pemeran pendukung. Wajahnya tampan secukupnya. Keturunan ningrat tetapi dari kerajaan kecil di antah berantah yang tidak penting untuk disebutkan oleh pembesar. Hidupnya sederhana berkecukupan, tidak terlalu kaya tetapi juga tidak pernah kekurangan. Jika dibandingkan dengan Arjuna dia bukanlah siapa-siapa. Bahkan seujung kuku pun dia tidak pantas dibandingkan. Tidak ada yang bisa dibanggakan dari dirinya. Bahkan gurunya sendiri, yang juga guru dari Arjuna, pun tidak mau mengakuinya. Ini pula yang membuat dia harus belajar sendiri ilmu memanah tanpa ada bimbingan sama sekali. Istri pun dia hanya punya satu. Benar-benar kalah kelas dibandingkan dengan Arjuna.

Ekalaya percaya akan cinta murni dua sejoli. Cinta antara seorang laki-laki dan seorang perempuan itu bagaikan sepasang sayap burung yang saling mengepak. Jika salah satu rusak maka yang lain tidak bisa terbang. Namanya sayap burung berarti hanya ada dua, tidak bisa tiga apalagi lima. Mana bisa terbang kalau sayapnya kebanyakan. Dua orang yang saling mencintai itu bagaikan satu jiwa yang terbelah dua, jadi tidak mungkin bisa diisi oleh orang ketiga. Tidak ada ruang untuk itu. Jika salah satu mati, maka yang lain juga ikut mati, atau setidaknya menjalani hidup dalam bayang-bayangnya. Bagi seorang Ekalaya,menikah itu cukup sekali dan mencintai cukup satu orang saja sampai dengan akhir hayat. Mencintai orang lain adalah bentuk dari pengkhianatan.

***

Alkisah kedua tokoh tersebut dipertemukan dalam suatu kejadian tak terduga. Arjuna menantang tanding Ekalaya untuk adu memanah. Ia tidak terima keahliannya memanah ditandingi oleh lelaki yang tidak jelas asal-usulnya. Ia tidak terima kalau di atas langit masih ada langit. Jika kiasan itu memang benar adanya, maka selayaknya ia berada pada tingkatan langit yang paling atas. Langit ketujuh apabila mungkin.

Ada satu hal lagi yang membuat seorang Arjuna ingin mengalahkan Ekalaya. Ia ingin mendapatkan istri Ekalaya yang cantik kendati wanita tersebut telah menolaknya. Egonya sebagai lelaki penakluk wanita, lelananging jagad, mulai terusik. Pada suatu kisah yang lain diceritakan bahwa wanita tersebut pernah ditolong Arjuna dari kejaran raksasa. Pada kondisi yang rapuh dan penuh keputus asaan seorang Arjuna yang tampan datang menolongnya. Wanita lain mungkin akan langsung terpesona dan takluk dalam pelukannya. Tetapi tidak bagi wanita itu. Ia tetap mengingat suaminya sekalipun sang suami sedang tidak berada di sisinya untuk membantunya. Hatinya sudah sepenuhnya milik suaminya Ekalaya. Ia menolak dengan tegas kata-kata manis dan bujuk rayu dari seorang Arjuna. Inilah yang kemudian membuat Arjuna sakit hati. Baru kali ini cintanya bertepuk sebelah tangan. Biasanya seorang Arjuna dapat dengan mudah menaklukkan wanita incarannya. Sebenarnya jawabannya cukup sederhana, mereka berdua memiliki konsep cinta yang berbeda.

Atas dua kelebihan tadi yang dimiliki oleh Ekalaya, Arjuna tidak terima. Hatinya panas meradang. Hidup dalam kesempurnaan ternyata menyakitkan. Hati menjadi rapuh dan cenderung berlaku jumawa. Semakin banyak seseorang memiliki sesuatu, semakin takut pula jika ia kehilangan. Nafsu rimba sang Arjuna pun mulai bergelora. Kalau ia bisa membunuh Ekalaya, maka otomatis sang wanita akan dia miliki, mungkin begitu pikirnya.

Arjuna dan Ekalaya akhirnya bertarung dalam suatu pertempuran maha dahsyat. Arjuna pun KALAH. Ia tidak terima dikalahkan. Dia itu murid kesayangan dan yang lebih penting dia itu jagoan. Tidak mungkin jagoan kalah. Bahkan pada versi yang lain, Arjuna terbunuh dalam pertempuran tersebut oleh Ekalaya. Karena ia merupakan tokoh utama dalam cerita, maka mau tidak mau ia harus dihidupkan kembali. Ia punya peranyang lebih penting sebagai peran utama. Dibandingkan dengan perang Baratayuda, cerita ini hanyalah cerita sampingan, maka tak pantaslah kalau peran utama harus gugur di cerita yang nggak penting.

Arjuna pun dihidupkan kembali. Gurunya ikut membantunya. Seluruh dunia mendukungnya. Akhirnya sang Ekalaya yang lebih unggul pun harus mati di tangan Arjuna. Ia harus kalah karena bukan jagoan, sekalipun lebih jago. Dunia memang kadang tidak adil, tetapi biarkanlah seperti itu adanya.

***

Saya rasa hampir semua wanita yang membaca cerita ini akan merasa iba dengan Ekalaya. Ia dengan gagah berani melindungi istrinya dari rong-rongan Arjuna walau dunia tidak berpihak kepadanya. Sang istri pun begitu setia menemani suaminya dan lebih memilih mati bersamanya daripada harus hidup dalam pelukan sang Arjuna, laki-laki yang jauh lebih hebat dari suaminya. Cerita ini begitu romantis. So sweet.

Pada kenyataannya tidak semua wanita seperti itu.

Ada banyak wanita yang lebih memilih seorang Arjuna daripada Ekalaya. Mereka rela harus berbagi dengan wanita lain asalkan bersama dengan laki-laki yang begitu sempurna. Para wanita pun saling berebut untuk mendapatkanketurunan darinya yang bisa mewarisi ketampanan, kekayaan, dan kekuasaannya.

Begitu juga dengan para lelaki yang mengetahui cerita ini tidak akan mengurangi kebanggaan mereka terhadap sosok Arjuna sambil berharap agar mereka bisa seperti dirinya. Pokoknya benar-benar tokoh yang menginspirasi para lelaki. Di saat sebagian orang mengumpat caci atas ketidakadilan dimuka bumi, para Arjuna di luar sana lebih memilih untuk menikmatinya. Tidaklah mengapa kalau dunia ini tidak adil asalkan selalu berpihak kepada orang-orang seperti mereka. Untuk apa menjadi seorang Ekalaya yang tidak terpandang, pecundang, dan yang paling penting: hanya menikah dengan satu wanita.Begitu membosankan.

Di sisi yang lain, banyaknya wanita yang dimiliki belum tentu memiliki kesetiaan yang tinggi pada suaminya. Apakah para istri Arjuna mencintainya karena kelebihan yang dia miliki atau karena mencintai seutuhnya. Sang Arjuna pun tidak mempedulikannya karena yang terpenting dia bisa menikmati istri-istrinya. Lagi pula ia tidak terlalu khawatir akan ditinggalkan oleh istrinya karena ia memiliki banyak kelebihan. Hilang satu, masih ada yang lain yang membuat wanita tetap tertarik. Dari hal ini kita mendapatkan pembelajaran bahwa kesetiaan itu tidak terlalu penting bagi orang yang memiliki banyak. Kesetiaan menjadi penting ketika orang tersebut hanya memiliki sedikit kelebihan karena tidak memiliki apa-apa yang bisa ditawarkan untuk mempertahankan daya tariknya. Semakin sedikit sesuatu yang dimiliki, maka semakin tinggi kesetiaan pasangannya diuji. Pada titik yang lebih ekstrem, hanya kesetiaanlah satu-satunya yang masih bisa dimiliki.

Cerita yang sama akan dimaknai secara berbeda oleh orang yang berbeda. Cerita ini memang tidak untuk menunjukkan bahwa tokoh yang satu itu lebih baik daripada tokoh yang lain. Sesuai dengan judulnya, cerita ini hanya menunjukkan ada 2 pilihan dalam jalan hidup seseorang. Menjadi pria populer yang dikerubungi wanita atau lebih memilih hidup saling setia ala sepiring berdua. Memilih salah satu jalan tidak membuat jalan yang lainnya lebih buruk.Begitu juga dengan wanitanya, memilih salah satu tipe cowok tersebut tidak membuat dia lebih hina dari yang lain. Semuanya memilih jalan yang mereka pilih, baik sebagai laki-laki maupun wanitanya. Wanita yang rela dimadu bisa jadi karena mereka memiliki konsep cinta yang berbeda. Konsep Arjuna. Jadi bukan berarti mereka telah menanggalkan harkat dan martabatnya sebagai seorang wanita.

Akhirnya pilihan bagi para lelaki tergantung dari dirinya sendiri yang tentunya terkait pula dengan banyaknya kelebihan yang dimiliki. Menjadi Arjuna yang dapat merasakan berbagai macam tipe wanita atau lebih memilih menjadi Ekalaya yang hanya memiliki seorang istri tetapi tetap setia sampai Arjuna pun tak mampu menaklukkannya. Palguna atau Palgunadi?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun