Mohon tunggu...
Darmawan
Darmawan Mohon Tunggu... Konsultan - Pekerja

Seorang pekerja biasa yang mencoba menuliskan gagasan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

A Man Called Nehemia

9 Februari 2017   16:11 Diperbarui: 9 Februari 2017   16:20 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya selalu dibuat kagum oleh sosok Nehemia setiap kali membaca kisahnya. Ia seorang profesional yang mencapai puncak karirnya, dan menjadi orang yang dipercaya oleh Raja Persia. Seorang juru minuman Raja adalah seorang yang amat terlatih dalam mendeteksi bahaya. Keahlian itu hanya bisa diperoleh dengan proses pembelajaran yang panjang.

Di puncak karir sebagai seorang profesional, Nehemia menerima visi dari Tuhan. Visi itu muncul dari rasa welas asih (compassion) terhadap kondisi bangsanya. Israel ada dalam kesukaran besar sebagai bangsa. Naluri profesionalisme mendorong Nehemia bertindak. Jika Tuhan sudah mempercayakan sebuah profesi atau karir yang baik bagi dirinya, tentu Tuhan punya maksud besar bagi dirinya.

Nehemia mengambil sebuah keputusan yang amat berisiko ( high risk). Ia berani mengambil tanggung jawab pambangunan tembok Yerusalem berdasarkan visi welas asih yang diberikan Tuhan kepadanya.cRisiko masa depan yang tidak pasti dan tidak jelas. Nehemia keluar dari ruang kemapanan dan kenyamanan ( comfort zone ) untuk sebuah pekerjaan yang amat sulit dan berpotensi gagal. Nehemia bukan ahli dibidang teknik sipil. Latar belakang pengalaman profesi dan karir amat tidak mendukung tanggung jawabnya yang baru itu, yaitu membangun tembok Yerusalem. Ia mengambil sebuah konsekuensi ( consequency) yang serius dalam hidupnya dan bisa jadi berpengaruh terhadap masa depannya.

Ketika mempelajari tokoh Nehemia ini, saya menemukan bahwa keputusannya mengambil tanggung jawab yang risiko tinggi itu, bukan semata-mata keputusan yang tanpa perhitungan. Latar belakang Nehemia dalam menbangun karir sebagai juru minuman raja membuktikan kualitas hidupnya. Ia terpilih dari sekian banyak pelamar  yang berebut kesempatan menjadi juru minuman Raja Persia. Ia membangun basis kompetensi ( competency ) agar bisa dipercaya oleh Raja.

Proses membangun kualitas keahlian dan kompetensi perlu ketekunan dan keuletan. Karakter inilah yang menonjol dalam diri Nehemia sampai akhirnya Raja tidak menemukan orang yang punya kualitas dan kompetensi mumpuni seperti sosok Nehemia. Nehemi memiliki karakter ( character) yang dibutuhkan oleh seorang manusia pembelajar ( man of learning)

Maka jika kemudian Nehemia terpanggil untuk sebuah visi pembangunan tembok Yerusalem, Ia sesungguhnya sudah punya kualitas kepemimpinan yang dibutuhkan untuk tanggung jawabnya itu. Tidak penting lagi fakta bahwa Nehemia awam dalam hal konstruksi bangunan. Ia manusia pembelajar yang punya kerendahan hati untuk belajar hal-hal baru dalam hidupnya. Nehemia memulai tanggung jawabnya dengan "blusukan" untuk mencerna situasi dan mempersiapkan kebutuhannya. Ia mulai membangun kompetensinya sebagai " project leader " pembangunan tembok Yerusalem.

*****

Cerita pembangunan tembok Yerusalem itu sendiri sungguh dramatis. Ia harus berhadapan dengan penentang-penentang pembangunan tembok. Dari cemoohan sampai upaya-upaya yang mengancam keselamatannya. Tetapi Nehemia yang sadar akan panggilannya berjuang tanpa kenal lelah. Ia membangun bukan hanya tembok, tetapi juga struktur sosial masyarakat. Berjuang melawan kemiskinan ketika diangkat menjadi bupati di tanah Yehuda.

Perjuangannya juga dilandaskan kepada prinsip-prinsip kebenaran yang ia pegang teguh. Ia berani menegur kelompok-kelompok orang kaya yang memeras masyarakat miskin. Tindakan tegasnya itu punya risiko bahwa ia akan kehilangan dukungan finansial yang diperlukan dalam proses membangun tembok dan kota yerusalem. Tetapi keteguhannya itulah yang membawanya berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik.

Nehemia adalah sosok pemimpin yang bernyali dan berani mengambil tanggung jawab ketika bangsa Israel membutuhkan kehadirannya. Israel yang rapuh, Israel yang kotanya didera kemiskinan dan kekacauan, dan Israel yang mentalnya sedang porak poranda. Nehemia mampu menyelesaikan tugasnya karena ia punya 5C: compassion (welas asih),  commitment_ (konsistensi dan komitmen), consequency (berani bayar harga dan risiko), character (karakter), dan competency (kompetensi).

Dalam lingkup sederhana di profesi kita masing-masing, teladan Nehemia amatlah berharga untuk kita jadikan rujukan dalam membangun diri kita sebagai seorang pemimpin yang belajar dan memberi pengaruh bagi orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun