Mohon tunggu...
Darmawan
Darmawan Mohon Tunggu... Konsultan - Pekerja

Seorang pekerja biasa yang mencoba menuliskan gagasan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Zona Nyaman - Belajar dari Ikan Koi

18 Desember 2013   16:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:46 1246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa tahun lalu, saya memulai kesenangan memelihara ikan koi. Saya membuat sebuah kolam di bagian belakang rumah dan memasukkan beberapa ikan koi didalamnya. Ini pengalaman pertama saya memelihara  ikan koi. Saya membeli selusin ikan koi dalam ukuran tanggung untuk saya pelihara. Dan karena memelihara ikan koi termasuk hal yang tidak mudah, maka saya memulai kesenangan saya itu dengan membaca berbagai buku tentang tips-tips memelihara ikan koi. Saya berdiskusi dengan penjual ikan koi tentang bagaimana merawat ikan-ikan koi tersebut. Dan saya coba melakukan persis seperti yang banyak diulas di berbagai buku-buku tersebut.

Namun tidak sampai satu minggu, ikan koi saya mati satu persatu. Dan belum genap satu bulan, kedua belas ikan koi saya sudah mati. Saya tidak tahu penyebabnya. Oleh kawan-kawan diberi banyak masukan ini itu agar ikan koi bisa bertahan hidup dalam kolam perawatan. Saya mencoba kembali dengan berbagai perbaikan-perbaikan seperti yang disarankan oleh banyak kawan-kawan saya yang telah berhasil memelihara ikan koi. Saya kembali membeli selusin ikan koi yang sudah agak besar.

Namun upaya saya untuk memelihara ikan koi tersebut tetap kandas di tengah jalan. Ikan-ikan koi saya mati satu persatu. Banyak orang bilang bahwa memelihara ikan koi itu bisa menghilangkan stress,  kenyataannya sayalah yang  justru stress jika mendapat telepon dari dari rumah ketika sedang di kantor dan mendapat kabar bahwa ikan koi saya mati. Dan begitulah, setiap hari debaran jantung saya semakin kencang ketika melongok ke kolam dan menghitung ikan-ikan koi yang masih ada.

***

Ikan koi adalah sejenis ikan tawar yang harus dirawat terus-menerus kebersihan dan sirkulasi airnya. Ikan koi sangat mudah terserang jamur dan penyakit, karena itu harus rajin diberi antibiotik. Ia tidak akan tahan dalam sebuah kolam yang tidak terawat. Ia gampang lemah tubuhnya ketika diperhadapkan dengan kondisi kolam yang agak ekstrim atau kotor. Jika dibandingkan dengan ikan lele, jelas berbeda. karena ikan lele sangat tangguh di berbagai kondisi kolam.

Ikan koi jelas tidak mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dalam lingkungan yang kurang bersih. Ia manja dan hanya ingin memamerkan warna-warni tubuhnya. Ia hanya elok dalam lingkungannya sendiri. Ia merasa nyaman dalam kondisi yang tidak memusuhinya. Jika lingkungannya tercemar, ia tidak mampu bertahan hidup. Seluruh penyakit menggerogoti tubuhnya. ia harus dipisahkan dari lingkungan yang kurang bersih jika ingin selamat.

Tidakkah ini mirip dengan kita? Kita hanya elok dan nyaman di lingkungannya sendiri. Sering  tidak mau ada kotoran dan kecemaran yang mengganggu kita. Sering kita tidak mau beradaptasi (baca: berjuang) dalam lingkungan yang selalu berubah dan menuntut kemampuan kita untuk berespon dengan baik. Kita mungkin mirip seperti ikan koi yang menginginkan lingkungan kita serba terawat dan melenakan kita.

***

Tiba-tiba muncul pemikiran radikal yang ingin saya lakukan. Saya tidak peduli lagi tentang segala tetek-bengek perawatan kolam untuk ikan koi tersebut. Saya memutuskan membeli kembali  tujuh ikan koi. Namun kali ini ikan-ikan koi ini tidak akan berkumpul hanya  dengan kelompoknya yang sejenis. Homogenitas kelompok telah mematikan kemampuan beradaptasi ikan-ikan koi terhadap lingkungan. Saya juga membeli  tiga ikan bawal, enam ikan patin, dan dua ikan sapu-sapu. Saya ingin “memaksa” ikan-ikan koi yang saya pelihara belajar beradaptasi dengan lingkungan yang lebih heterogen, dan tentunya lebih “menantang” tersebut.

Ikan sapu-sapu saya beli dengan pertimbangan inilah ikan yang tergolong sebagai ikan paling bandel dan paling kuat daya tahan tubuhnya. Meskipun berkali-kali tubuhnya di banting ke tanah, ia tetap hidup. Sekalipun di taruh keluar dari air, juga masih bertahan hidup. Ikan ini juga tergolong ikan yang rakus, karena memakan semua kotoran di dalam air. Ikan ini sering dipakai sebagai pembersih akuarium, sehingga air dalam akuarium menjadi jernih kembali. Jadi biarlah ikan sapu-sapu yang menjadi perawat kolam saya.

Ikan patin dan ikan bawal saya beli karena inilah ikan-ikan yang terus aktif bergerak dan cepat besar. Gerakan-gerakan mereka mampu menimbulkan riak-riak dalam kolam yang kemudian hari berguna untuk menciptakan sistem aerasi secara alamiah ketika listrik padam.

Kali ini tidak banyak perawatan kolam yang saya lakukan. Saya menciptakan lingkungan yang heteregon bagi ikan koi. Tugas saya menjadi lebih sederhana, hanya memberi makan ikan sesuai waktunya. Selebihnya itu urusan para penghuni kolam, bagaimana mereka berinteraksi bersama dalam kolam yang apa adanya itu.

Tanpa sadar sudah berbulan-bulan kondisi itu terjadi, dan ketujuh ikan koi saya masih bertahan hidup berdampingan dengan ikan bawal dan ikan patin yang sudah sangat besar. Dan tentu saja ikan sapu-sapu yang dari sejak beli sampai sekarang hanya menempel di dasar kolam dengan sesekali saja berpindah tempat.

Heterogenitas lingkungan telah menciptakan budaya dan etos hidup yang baru bagi ikan koi itu. Ia jauh lebih kuat dan tangguh dibandingkan ikan-ikan koi sebelumnya. Di kolam yang masyarakatnya “plural” itu, masing-masing ikan berkontribusi sesuai tugas dan fungsinya. Dan ikan koi itu bisa menerima heterogenitas lingkungannya dan beradaptasi hidup di dalamnya. Entah apa yang terpikir dalam pikirannya ketika menyadari saya, sang empunya kolam itu, memaksanya berinteraksi dengan penghuni kolam lainnya yang berbeda perilaku dan sifatnya itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun