Tak habis-habisnya mantan pakar sekuriti jaringan internet dan bekas karyawan CIA melemparkan kontroversi. Beberapa waktu lalu, Snowden mengomentari produk messaging teranyar dari Google, Allo. Menurutnya produk ini tidak aman, terutama saat kita chat dengan personal assistan di fitur Allo. Kecuali user menggunakan fitur incognito.
Sebagai pakar sekuriti jaringan, Snowden sudah tidak diragukan kapasitasnya. Pengetahuannya sempat dimanfaatkan oleh lembaga keamanan nasional AS (NSA) untuk proyek PRISM untuk pengintaian warga negara AS melalui internet.
Disini Snowden mengalami titik balik dalam hidupnya, akhirnya hengkang dari CIA dan NSA dan membongkar praktek - praktek kotor pemerintah AS terhadap negara sekutunya sendiri. Snowden membocorkan ke publik bahwa pemerintah mematai - matai akrivitas internet dan komunikasi sekutunya di Eropa dan negara lain. Aksi Snowden sempat membuat pemerintah Obama kebakaran jenggot.
Dari sinilah petualangan Snowden sebagai pelarian berlangsung, CIA dan NSA berusaha menangkapnya. Usaha tersebut sia - sia, Uni Soviet bersedia melindunginya dengan janji Snowden tidak membuat malu pemerintah AS.
Meski begitu, Snowden tidak diam, ia mendeklarasikan diri pejuang kebebasan. Di twitter nya Snowden menulis bahwa sekarang bekerja untuk publik, bukan lagi untuk pemerintah.
Pelarian terus berlanjut, Snowden meninggalkan Rusia dan berkelana ke berbagai negara. Kabar terakhir yang dirilis situs Wiki, ia terlihat di Hongkong. Ditengah pelariannya, Snowden menebarkan informasi A1, termasuk praktek penyadapan pemerintah Australia di Istana Kepresidenan RI.
Pembocor rahasia klasifikas A1 tidak hanya Snowden, ada Julian Assange pendiri situs Wikileaks. Situs ini secara khusus menayangkan dokumen - dokumen sensistif dan klasifikasi A1 dan berbagai negara. Seperti halnya Snowden, Paul yang seorang jurnalis asal Australia menjadi incaran pihak berwajib dari berbagai negara.
Aksi Julian terakhir yang menghebohkan adalah penyadapan email internal partai demokrat Turki sebelum aksi pemberontakan militer yang gagal. Snowden sempat mengkritik aksi ini karena dianggap keterlaluan melanggar privacy.
Wikileaks mengumumkan semua data email sampai no handphone dan Kartu Kredit dari korespondensi email partai Demokrat Turki. Paul menuduh balik, Snowden sedang cari muka Hillary Clinton yang diproyeksikan akan menjadi pengganti Obama agar mendapat pengampunan.
Selain kedua pembocor internasional tadi, jagat maya beberapa waktu lalu juga dikejutkan dengan skandal Panama Papers. Sebuah surat kabar di Jerman yang pertama kali menayangkan, lalu diikuti oleh media di berbagai negara.
Menurut catatan situs Wiki, dokumen yang dibocorkan sebanyak 11 juta dokumen yang memuat data 214 ribu perusahaan luar negeri, termasuk data nama pemegang saham dan asal negara.