Ketika saya masih di bangku kuliah, saya tidak tahu nanti mau kerja jadi apa dan dimana, maklum jaman itu media massa yang ada hanya koran dan majalah, TV dan Radio, informasi yang terekam di media massa tadi tidak seluas seperti di era digital sekarang. Memilih jurusan kuliah pun, saya cenderung ikut - ikutan, tidak tahu milih jurusan apa. Semasa di SMA, masuk jurusan A3, jadi ketika mengikuti UMPTN hanya jurusaan sosial yang diketahui.
Jalur kuliah di PTN masa itu tidak memungkinkan bagi saya, orang tua mewajibkan anak - anaknya harus kuliah di PT Negeri. Maklum anak banyak, penghasilan pas-pasan, jadilah saya dan saudara-saudara ngotot belajar agar bisa sekolah di sekolah negeri. Menyikapi kehendak orang tua, dalam hal ini ayah saya, mungkin hanya saya yang paling ketakutan, takut kalau tidak bisa masuk sekolah negeri tidak sekolah.
Kenyataannya tidak seperti itu, adik-adik dan kakak saya, karena tidak bisa masuk sekolah negeri masuk ke sekolah swasta, tetap saja kedua orang tua membiayai pendidikan mereka. Ada baiknya juga bagi saya, dari SD sampai PT selalu menduduki kursi di sekolah negeri, negara lah yang membantu saya hingga sarjana.
Pada masa kini, hal tersebut jarang terjadi pada anak - anak sekarang, lembaga pendidikan banyak, alternatif profesi setelah lulus juga beragam, jadi banyak sekali pilihan anak jaman sekarang, tinggal menetapkan hati mau setelah lulus kuliah. Tentunya semua juga butuh perjuangan pribadi, tidak hanya dana, dana besar tapi yang disekolahin tidak niat sekolah  jadinya sia - sia.
Menariknya jaman sekarang, pilihan untuk bekerja semakin menarik, dalam hal ini pilihan profesi, sebab sejalan dengan investasi banyak perusahaan - perusahaan baru yang menawarkan berbagai posisi pekerjaan, tidak perlu syarat tinggi, minimal SLTA atau D3 bisa bekerja dengan penghasilan minimal UMR, daripada kerja di pabrik jadi buruh. Memang, kebanyakan perusahaan menawarkan posisi pekerjaan "marketing", entah mereka melabeli posisi sebagai apa, seperti "account executive", sales, atau account lainnya. Walau tugas pokok antara sales dengan marketing itu secara teori berbeda ruang lingkupnya, pada kenyataan tingkat keberhasilan pekerjaan mereka diukur dari jumlah omzet yang dicapai, berlaku untuk sektor barang dan jasa.Â
Memang pekerjaan sebagai "sales" dan "marketing" kini paling banyak mengisi kolom - kolom lowongan kerja dan halaman - halaman situs pencari kerja. Pekerjaan sebagai sales/marketing bisa diakses dari segala jurusan, biasanya perusahaan melhat latar pendidikan dari pelamar, sehingga diharapkan pelamar dengan cepat memahami pengetahuan tentang produk yang akan dijual. Tapi kalau mau jadi marketing tanpa perlu ijasah, bisa ikut model marketing Multilevel yang kini memasarkan berbagai produk lokal dan asing.
Serunya ikut MLM (singkatan yang sering dipakai), para sales/marketing didoktrin / brainstorm seperti gaya indoktrinasi di militer atau komunis. Mereka dibangkitkan kebanggaannya, fanatisme nya terhadap barang yang mereka jual. Kadang saya berpikir, apa harus seperti itu kalau hanya menjual barang atau jasa saja. Konyolnya mereka juga diiming-imingi bonus tinggi bila sukses, tidak kerja keras lagi kalau sudah tua. Pada kenyataannya hanya sedikit yang berada di puncak kasta sistim MLM, sedang downline hanya bekerja buat upline, dan sedikti komisi, karena tidak bisa merekrut donwline baru. Capek dehhh...Â
MLM sudah mulai redup meski masih banyak kader - kader fanatiknya menunggu kebangkitan bisnis ini kembali, Â kini yang mulai bersinar kembali adalah bisnis yang berkait dengan dunia maya, karena dunia nyata sudah sesak sekali mulai dari bisnis halal sampai haram. Dunia maya dianggap sebagai peluang baru yang menjanjikan, apalagi berita - berita keberhasilan perusahaan online yang sukses meraup investasi ratusan milyar, bahkan trilyunan gencar di media nyata dan media online.
Indonesia pernah mengalami "booming " dotcom di awal tahun 2000-an, paska Indonesia dihantam oleh badai krisis keuangan global yang ikut meruntuhkan rezim berkuasa di negeri ini selama 30 tahun. Masa itu muncul perusahaan situs online, tidak sampai 5 tahun mereka berguguran, dan kita mengalami kevakuman dan ketidakpastian bisnis di berbagai bidang. Kebanyakan pebisnis kembali menekuni usaha di dunia nyata, tidak seperti sekarang di mana hampir semua perusahaan memperkenalkan bisnis mereka di khalayak dunia maya.Â
Tumbuhnya Enterpreanur Muda
Lalu pekerjaan apa yang tepat buat generasi yang sedang mencari pekerjaan? Pertama, galilah kesukaan dan hasrat mu, cari jalan atau komunitas yang bisa menyalurkan kesukaan dan hasrat mu untuk belajar, karena pada dasarnya, orang yang sukses di bidang mereka adalah mereka yang menyukai apa yang mereka kerja dengan penuh hasrat (passion). Kedua, kembangkan network di perusahaan komersial yang bisa menampung keahlian dan kemampuanmu kita, percuma kalau kita sangat ahli di suatu bidang tanpa ada membayar kita.