Mohon tunggu...
Sigit Budi
Sigit Budi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Content Creator

Pembuat konten video, host podcast , selebihnya pengangguran banyak acara

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Paslon 01 atau Paslon 02, Mana Pemimpin yang Karbitan?

24 Januari 2019   17:21 Diperbarui: 24 Januari 2019   17:50 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tampilnya Emmanuel Macron sebagai Presiden mengejutkan dunia politik di Perancis, pasalnya Macron sukses menjadi orang nomer di usia cukup muda yakni 39 Tahun (2017). Siapa tak terkejut, ia mengalahkan politisi kawakan dari sayap kanan Marine Le Pen dengan suara 66 persen. Sosok seperti Macron, muda, cerdas, populer penampilan menawan dan kaya di jagat politik menjadi idola baru era sekarang. 

Sandiaga pun memenuhi kriteria tersebut, persoalannya memimpin sebuah negara cukup dengan performa fisik, tapi juga keuletan, ketulusan dan lebih baik ada pengalaman panjang memimpin birokrasi.

Biasanya idealisme politisi luntur setelah meraih tujuan, seperti halnya Macron mendapatkan banyak kritik karena kebijakan-kebijakan ekonomi nasional pro ke pengusaha teman-temannya dulu. Padahal saat kampanye ia menjanjikan lapangan kerja dan melindungi warga Perancis dari serangan teroris yang gencar saat Presiden sebelumnya Franois Hollande memerintah.

Saya teringat dengan janji Sandiaga Uno saat kampanye di Pilgub 2017 kepada warga Jakarta dengan memberikan rumah sangat murah dan membantu UMKM lewat program OK OC. Setelah 9 bulan menjabat Cawagub tak terdengar lagi realisasinya, bahkan terdengar kabar pihak Pemda DKI Jakarta tidak jadi memberikan pinjaman modal dan peserta program ini hanya diberi rekomendasi untuk mengambil kredit di Bank.

Demikian pula dengan janji menyediakan rumah murah untuk masyarakat berpenghasilan rendah setara UMR pun tak terealisasi, faktanya rumah yang dijanjikan hanya dapat dibeli kalangan menengah. 

Lho, kalau program OK OC tak lebih baik dari program Kementerian UKM dan Koperasi yang membina pengusaha kecil dan koperasi dari pelatihan dan permodalan, maksud saya program OK OC bukan program genuine  untuk mengurangi pengangguran apalagi kemiskinan. Hasil program OK OC akhirnya senyap dari perbincangan masyarakat, pastinya jaringan gerai toko OK OC yang dulu diandalkan Sandi sangat sulit ditemui di sudut-sudut  Jakarta.

Saya hanya ingat sesaat setelah dilantik Sandi membuka gerai di salah satu kuliner dan ritel di salah satu kantor kecamatan di Jakarta, setelah itu tak terdengar lagi realisasinya.

Begitu Sandi mencalonkan diri sebagai Cawapres dari Capres Prabowo, progam OK OC diusung lagi sebagai program andalan, pertanyaannya adalah dalam skala mikro saja program ini gagal, bagaimana Sandi mengelolanya secara nasional ? Sudahlah itu urusan Sandi, saya hanya melihat ketidakmatangan program inisiasi dari Sandi ini, baru satu program saja sudah berantakan.

Coba kita tengok hasil kerja Joko Widodo saat menjabat kepala pemerintahan, dari Wali Kota sampai Gubernur meninggalkan jejak -jejak monumental, saat menjabat Walikota Solo selama hampir 2 periode kota ini dikenal 10 kota di Indonesia yang layak huni. Belum lagi penghargaan - penghargaan lainya, jelasnya sebagai orang Solo saya menyaksikan secara langsung hasil kerja Joko Widodo mulai dari layanan publik, sarana pendidikan, sistim perijinan terpadu dan meningkatnya investasi di kota ini.

Apa yang ditinggalkan Sandiaga di Jakarta ? Poin dari tulisan ini mengajak masyarakat bijak memilih calon pemimpin pada Pemilu 2019 ini agar kita tak sandera oleh konstitusi harus mentaati kebijakan kepala pemerintahan yang tidak becus.

Sandiaga dan Prabowo setali tiga dalam pengalaman memimpin masyarakat sipil,andaikan  mereka dulu berprestasi lingkupnya hanya bidang mereka saja. Sandi sukses sebagai pengusaha dan Prabowo di dunia militer meski ada faktor keberuntungannya, Sandi adalah tangan kanan keluarga pendiri Astra dan Prabowo menantu orang nomer satu rezim Orde Baru.

Artinya, kedua orang ini tidak merangkak dari bawah, jalan mereka mencapai puncak kesuksesan lebih banyak dikatrol, bukan dari hasil usahanya sendiri. "Karbitan" istilahnya, seperti sebuah balon setelah dimasukin gas jadi membesar.

Bagaimana dengan Jokowi ? Sudah banyak beredar cerita tentang perjalanan hidup Joko Widodo sejak kecil hingga menjadi Presiden. Bila menelisik kisahnya, tak ada orang - orang besar yang memuluskan jalan hidup Joko Widodo sejak menjadi pengusaha mebel kayu hingga Walikota.

Bisa jadi setelah naik ke panggung politik nasioanal ada dukungan dari berbagai kalangan termasuk pengusaha, politisi, purnawirawan TNI dan masayarakat umum. Namun mereka tergerak untuk menyokong Joko Widodo semata - mata melihat sosok Joko Widodo sebagai seorang pemimpin pemerintahan sukses yang merangkak dari bawah. 

Dalam khasanah ilmu sosial, pertarungan politik tahun 2019 ini seperti pertarungan golongan masyarakat bawah diwakili Joko Widodo dan Maruf Amin dan golongan masyarakat gedongan terwakili oleh Prabowo - Sandi. Proletar Vs Borjuis bila menggunakan kacamata kaum Sosialis, silakan nilai sendiri siapa yang paling menjanjikan untuk memimpin Indonesia 5 tahun ke depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun