Meski selalu lolos dari jerat hukum  Prabowo kurang beruntung di dunia politik, impiannya menjadi RI 1 secara konstitusional belum pernah tercapai, Pilpres 2019 harapan terakhirnya agar ketika dimakamkan dikenang sebagai mantan Presiden, bukan mantan capres sepanjang hayat.Â
Tak heran bila Prabowo seperti "Kebo Ketaton" (kerbau terluka) , menabrak sana - sini dari  tukang ojek, orang Boyolali, wartawan menjadi korban tubrukannya. Kali ini Prabowo menabrak lawan sebanding, yaitu Yusril yang tak tinggal diam ketika dilabrak bahkan menyerang balik.
Upayanya merangkul kembali kekuatan massa demo berjilid - jilid pada Pilkada 2017 lalu mengalami kesulitan setelah HRS terdampar di Kerajaan Arab Saudi tanpa batas waktu.Â
Meskipun disini ada tokoh - tokoh agama lainya, tapi tidak sekelas HRS dalam membakar massa dengan dalil -dalil agama dan mengolok olok istana dan kubu Jokowi. Mau tak mau , kubu Prabowo memainkan strategi politik "Genderuwo" menakut -nakuti rakyat  agar tingkat kepercayaannya  terhadap pemerintah jatuh.
Secara pribadi, Prabowo sedang panik, sekutu - sekutu utamanya kini meninggalkannya, tak seperti saat mencalonkan diri di Pilpres 2014 yang didukung mayoritas partai. HRS, Yusril, ulama -ulama penggerak 212 satu - persatu menggembosi kubu Prabowo, satu - satunya agar tetap mendapat dukungan militan dari loyalis Orde Baru, dimana kekuatan finansialnya kuat untuk membeli loyalitas dan suara selain duit dari Sandiaga Uno dan kawan -kawannya.