Pertama, suku bunga sudah dinaikkan oleh BI sebanyak lima kali sejak Mei dan mencapai 5,5 persen.
 Kedua, sejak akhir Desember 2017 BI telah mengintroduksi kebijakan "Local Currency Settlement Framework" sebagai jalan mengatasi kebutuhan akan dolar AS. Indonesia, Thailand dan Malaysia telah melakukan kerjasama perdagangan berbasis mata uang masing-masing tanpa melalui dolar AS. Thailand dan Malaysia termasuk dalam sepuluh besar mitra dagang utama Indonesia. Konsepsi ini juga tengah diupayakan untuk dapat diimplementasikan secara meluas. BI tengah melobi China dan Jepang.Â
Ketiga, BI dan OJK akan mengawasi ketat aksi para spekulan dan memperketat pasar valas. BI juga telah menghimbau pada korporasi yang memiliki stok valas besar supaya segera menjualnya ke pasar.Â
Keempat, BI telah memberikan fasilitas swap atau lindung nilai bagi para pelaku usaha baik eksportir maupun importir terkait kebutuhan mereka akan dolar AS.Â
Kelima, BI tengah menyiapkan mekanisme untuk mendorong konversi DHE (Dana Hasil Ekspor).
Kebijakan moneter ini diharapkan mampu memperkuat Rupiah, faktanya langkah pemerintah ini cukup efektif , nilai Rupiah terhadap Dollar menguat setelah melemah di angka 15 ribu Rupiah per Dollar. Ketika acara FMB ini diselenggarakan nilai Rupiah sudah dibawah angka tersebut, semoga tren penguatan terus berlanjut. Â Last but not least, apa yang terjadi pada perekenomian dunia, mau tak mau negara akan terdampak, sudah saatnya kita bersatu untuk membangun sendi - sendi perekonomian lebih kokoh dan tidak tergantung terhadap rezim.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H