Pemberlakuan palang otomotis di sejumlah gerbang tol di Jabotabek menggusur petugas jalan tol yang menjaga bilik tiket, bila ditelusuri ke belakang tak hanya satu petugas.
Sejumlah pekerjaan lainya juga tergusur, seperti pekerjaan menyiapkan tiket, uang kembalian, pengumpul hasil penjualan tiket, dan petugas bagian keuangan yang bertugas mencatat penjualan harian. Otomatisasi gerbang tol dan pembayaran tol lewat e-money secara ekonomi berdampak positif bagi perusahaan, tapi pada sisi lain membuat kekhawatiran banyak karyawan karena hilangnya pekerjaan yang biasanya mereka tangani.
Pada sisi lain, kehadiran platformbelanja online seperti Tokopedia, Bukalapak justru memberikan pekerjaan bagi mereka yang tadinya menganggur. Lewat platform ini, mereka bisa mendapatkan penghasilan, entah sebagai penjual, pengantar barang (seperti ojek online), atau yang bekerja di perusahaan penyedia platform tersebut.
Setiap perubahan berdampak positif dan negatif, Â seperti perubahan dari Revolusi Industri 3.0 ke 4.0 di abad millenium ini. Perubahan adalah sebuah keniscayaan sejak James Watt menginisiasi mesin uang, Thomas Alfa Edison dengan tehnologi listrik, dan penemuan Programmable Logic Controller (PLC) atau sistem otomatisasi berbasis komputer telah merubah tata cara hidup manusia.Â
Menurut Prof Klaus Schwab, ekonom Jerman,  penulis buku "The Fourth Industrial Revolution", Revolusi Industri 4.0 berbasis tehnologi digital dan internet berdampak  lebih luas dan kompleks daripada tahapan revolusi sebelumnya. Bidang-bidang yang mengalami terobosoan berkat kemajuan teknologi baru diantaranya, robot , kecerdasan buatan , teknologi nano, bioteknologi, dan teknologi komputer kuantum, blockchain (seperti bitcoin), teknologi berbasis internet, dan printer 3D.
Bagaimana kita menyikapi perubahan ini, pesimis atau optimis ? Dalam acara Diskusi Media (Dismed) Kemenkominfo, FMB 9 (16/04/2018), mengemuka sikap optimis dari pemerintah menghadapi perubahan ekonomi global sebagai dampak dari Revolusi Industri 4.0. Presiden Joko Widodo pada 4 April 2018 lalu telah merilis peta jalan (roadmap) Revolusi Industri 4.0 untuk Indonesia kepada publik. Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto pada Dismed tersebut mengemukakan penyiapan 5 industri yang jadi pendorong perkembangan Revolusi Industri 4.0. nasional. Â
"Lima sektor industri adalah makanan dan minuman, kimia, tekstil, elektronik, dan otomotif,", ujarnya.
Menurut Menperin Airlangga Hartarto menegaskan bahwa untuk memasuki revolusi industri 4.0 punya modal pasar domestik yang besar dan memiliki universitas yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Modal lainnya, Indonesia hingga tahun 2030 masih menikmati Bonus Demografi dimana tenaga kerja dengan usia produktif begitu besar.
"Maka pada saat itu Indonesia harus memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Ini jadi momentum yang tidak bisa kita sia-siakan," tukas Menperin Airlangga Hartarto lagi.
Tak dipungkiri juga, ekonomi nasional masih berbasis revolusi industri 3.0 yang mengandalkan komoditas untuk mencetak laba. Seperti pada komposisi ekspor Indonesia homogen dan masih didominasi oleh hasil alam. Keragaman dan kompleksitas ekspor Indonesia tetap harus ditingkatkan untuk bisa bersaing di dunia internasional.
"Tantangannya, Indonesia perlu penguatan informasi dan komunikasi teknologi. Perkembangan teknologi demikian cepat, beriringan dengan percepatan ekonomi. Indonesia harus mempu mengejar. Sehingga bisa memberikan peluang ekonomi yang besar, untuk saat ini dan yang akan datang," papar Leonard, Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas.