Siapa sangka, Stephen Hawking pernah menyumbang ide brillian untuk tim nasional Inggris jelang Piala Dunia di Brasil 2014, yaitu formasi 4-3-3, saat itu Roy Hogdson, pelatih timnas Inggris menerapkan formasi 4-4-2. Tentu rekomendasi tersebut tidak asal -- asalan, pengarang buku A Brief History Of Time yang pernah menjadi  best seller itu telah meneliti pertandingan yang dimainkan timnas Inggris sejak tahun 1966.
Seperti dilansir liverpoolecho.co.uk (28/05/2014), tim sepak bola nasional Inggris menjelang Piala Dunia 2014 di Brasil mendapat formula khusus dari Hawkins bila ingin menjadi juara di Brasil. Sayang Inggris gagal maju ke final, Argentina dan Jerman yang bertarung dan menjadi trofi ke-4 bagi Jerman, dan sekaligus mematahkan mitos tim non-Amerika Selatan tak bisa meraih trofi Piala Dunia di benua Amerika.Â
Menurut theguardian.com ,Hawking memaparkan 5 faktor ideal yang mampu membuat kesebelasan nasional Inggris berjaya di Piala Dunia, yakni lingkungan (environmental), fisiologis (physiological), kejiwaan (psychological), politik (political), dan taktik (tactical). Faktor psikokologis itu antara lain soal warna kostum , Hawking  menyarankan warna merah untuk t-shirt kesebelasan.Â
Warna merah membuat pemain Inggris lebih agresif dan percaya diri. Untuk faktor lingkungan, ia menyarankan timnas Inggris bermain di stadion dengan ketinggian kurang dari 500 meter dari permukaan laut, dan temperatur tidak boleh lebih dari 5 derajat Celsius rata - rata iklim di Inggris.
Sedangkan faktor formasi tim, Profesor dari Universitas Cambridge ini menyarankan memakai formasi 4-4-3 dengan alasan sudah teruji di masa lalu, dari statistik yang dikeluarkan Hawkins, 58 % timnas Inggris menang dengan formasi ini.Â
Dengan formasi 4-4-2 kesebelasan Inggris hanya menang 48%, faktor wasit pun diungkap bahwa wasit asal Eropa lebih simpati ke tim Inggris. Secara umum, saran - saran Hawking saat itu dibuat dengan format statistik, mulai soal ketinggian stadion dari permukaan laut, suhu, jam kick-off, bahkan soal keberhasilan tembakan pinalti juga dipengaruhi oleh faktor - faktor itu.
Hawking juga menyorot secara khusus pemain Liverpool asal Urugay, Luis Suarez pada tahun itu masih bergabung "The Reds" Liverpool. Mungkin Hawking melihat penampilan Suarez seperti penari ballet yang meliuk - liuk lalu menjulukinya sebagai Balerina. Kontribusi dari Hawking cukup menarik saat itu dan menjadi polemik sejumlah ilmuwan mengingat belum ada seorang ilmuwan besar yang mengamati sepak bola seperti dirinya. Roy Hodgson saat ini melatih Crystal Palace sejak tahun 2017 setelah selama kurun 2012 - 2016 melatih timnas Inggris.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H