Menurut Dwikorita bencana tsunami bisa dideteksi maksimum 5 menit setelah gempa bumi. Ia menambahkan, kemungkinan terjadinya gempa megathrust masih menjadi perdebatan para ahli, ada yang pro dan kontra.
Catatan penting dari diskusi adalah soal metode penyelamatan saat bencana terjadi mengingat wilayah Indonesia berada atas "Cincin Api"
"Mitigasi bencana sangat penting, terbukti saat gempa di Kobe, Jepang 1995, tercatat 95 % penduduk selamat, 35% karena pertolongan sendiri, 34 % ditolong keluarga, 24% ditolong tetangga", ujar Kepala BMKG.
Paska tsunami Aceh, Indonesia mengubah pola penanggulangan bencana, dari penyelamatan ke antisipasi kemungkinan bencana. Berdasarkan catatan BNPB yang diutarakan B.Wisnu Widjaja, Deputy Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Indonesia masih ketinggalan dari Jepang, Australia dan Amerika soal standarisasi mitigasi.
Menurut Wisnu, sistim peringatan dini hingga budaya mitigasi belum menjangkau seluruh elemen mssyarakat. Hal itu diaminkan oleh Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial, Hary Hikmat, Kemensos yang mewadahi sukarelawan Tanggap Bencana (Tagana).
Sudahkah kita siap?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H