Mohon tunggu...
Sigit Budi
Sigit Budi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Content Creator

Pembuat konten video, host podcast , selebihnya pengangguran banyak acara

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Apakah Debat Agama di Media Sosial Bisa Menguatkan Iman?

2 Februari 2018   12:37 Diperbarui: 2 Februari 2018   12:50 1256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Video Kapolri pun diseret dalam polemik agama

Pemberitaan tentang aksi pelarangan Bakti Sosial di sebuah gereja di Yogyakarta memicu reaksi pro dan kontra di media sosial dan tanggapan dari  Gubernur DIY. Selain itu soal video pidato  Kapolri di Pulau Madura, hingga Wakil Ketua DPR dan Wakil Sekjen sebuah otoritas keagamaan  berbicara lantang.

Saya tidak mau membela atau mendukung kedua aksi tersebut, tapi mengajak kita berpikir jernih.

Saya sering bertanya - tanya sendiri : 

  • Mengapa kita semua senang sekali berpolemik, debat  soal- soal agama di media sosial?
  •  Apakah dengan membela agama di medsos akan lebih menguatkan keimanan kita?

Kebiasaan berpolemik atau "debat kusir" di media sosial harus diakui ada sejak adanya platform medsos. Sebelum ini dialog atau debat  di lingkungan terbatas dengan partisipan dan narasumber yang sudah matang.

Kehadiran media sosial terutama Facebook dan Twitter membuka ruang luas bagi siapapun mengemukakan ide. Tentunya tidak semua partisipan di platform tersebut memiliki kapasitas intelektual dan kematangan yang sama.

Ironisnya kelompok ini yang aktif di media sosial, sedangkan rohaniawan - rohaniawan tak banyak. Pada akhirnya partisipannya dikuasai mereka yang "setengah matang" dan ikut - ikutan.

Belakangan sejak suhu politik meningkat, partisipan di medsos  ini dimanfaatkan untuk kepentingan politik. Media sosial dipakai untuk meningkat keterikatan (engagment) loyalis kelompok tertentu dengan pendekatan identitas, termasuk agama. Selain menyerang pihak lain yang berseberangan dalam soal ideologi.

Apa yang salah dari aksi ini? Tidak ada, pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial dan suka berkumpul dengan kelompok yang satu orientasi dan identitas.

Menjadi persoalan pelik ketika kumpulan partisipan yang terikat oleh identitas tersebut mendeklarasikan kebenaran mutlak, dan menganggap mereka yang tidak sama adalah musuh. Pada akhirnya ada dua kutub, pro- agama adalah oposisi dan anti-agama adalah pemerintah.

Disinilah awal keretakan sosial, dari permasalahan beda pendapat di dunia maya terbawa ke dunia nyata dalam bentuk persekusi fisik.

Peristiwa seperti di Yogyakarta menjadi isu sedap karena mengandung bahan dasar agama. Tinggal diberi sedikit "micin" wanginya bertebaran. Mengundang banyak peminat kuliner berbalut isu agama ini.  Gelombang aksi reaksi dan polemik di media sosial dan mainstream meledak dengan sendirinya .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun