Marsya Gusman didaulat oleh Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) sebagai "Duta Literasi Digital" dengan gelar " Miss Internet 2017". Setelah pertemuan saya dengan Marsya saat sebagai pembicara pada workshop produksi video konten kreatif di komunitas GenKTP, saya tertarik untuk menggali wawasannya soal internet positif dan literasi digital.
Setelah mendapatkan kontak Marsya, saya menghubunginya lewat aplikasi WA. Lalu kami sepakat untuk wawancara lewat WA dengan 10 pertanyaan dan tambahan tips. Marsya bersedia dan mengirimkan jawabannya via voice message. Keponakan mantan Bintang Film Yessy Gusman menjawab dengan lancar 10 pertanyaan saya. Berikut penuturan Marsya yang saya transkip ke format teks untuk 5 jawaban yang saya pilih berkait internet positif
Tanya:Motif pribadi tertarik untuk ikut ajang Miss Internet?
Marsya Gusman:
Saya sebelumnya pernah bekerja di salah satu perusahaan digital di Australia dan Indonesia, dari situ timbullah kecintaan saya terhadap dunia digital. Suatu hari sedang jalan-jalan Indonesia di event Indonesia Internet Exchange, Pameran ISP seluruh Indonesia, di Balai Kartini Jakarta. Saat ada audisi "Miss Internet", saya pikir mumpung masih muda, ya ikut saja. Mereka mencari yang memang sudah paham tentang dunia internet. Berawal dari iseng-iseng itu untuk cari pengalaman, ternyata hadiahnya lumayan untuk modal usaha lagi. Alhamdulillah menang dan setahun ini saya bersama Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) mempromosikan literasi digital di Indonesia.
Marsya Gusman:
Sebenarnya muncul karena ada pihak-pihak merasa timbul kesempatan dengan maraknya internet. Entah mereka menyebarkan propaganda jadi lebih cepat dengan internet atau ada kepentingan tertentu yang ingin didapat oleh pihak tersebut. Sayangnya belum semua masyarakat Indonesia bisa menerima informasi tersebut, masih menerima mentah-mentah.Â
Terutama di daerah-daerah yang masih baru akses internetnya. Mereka percaya saja apa yang ada di situ (internet), akhirnya timbullah beberapa orang merasa dirinya lebih baik dari yang lain hingga hilang toleransi di Indonesia. Tidak menghargai perbedaan, pendapat orang lain, padahal internet bisa menjadi tempat kebebasan berpendapat (freedom of speech). Karena tidak bisa menghargai pendapat orang lain, timbulah perdebatan-perdebatan dan "cyber bullying" tapi juga harus dikurangi orang-orang yang membuat propaganda tersebut.
Marsya Gusman:
Kita sendiri harus membuat konten-konten positif agar pengakses konten negatif tahu ada konten positif yang segar layak diakses. Selama ini orang Indonesia terbiasa dengan konten "Bad news is good news" Akhirnya berita-berita dibuat jelek karena mereka tahu orang Indonesia bakal suka hal-hal seperti itu. Bagaimana cara agar "good news" itu tidak kalah aktraktif dengan "bad news" Sekarang sudah banyak kreator konten positif di internet, seperti Cameo Production, Calon Sarjana (YouTube), artis cilik Naura juga aktif dengan konten positif.
Cara terpenting, kita yang baik-baik, yang suka menginspirasi positif tidak hanya menjadi user tapi juga berkarya di situ. Kalau kita mulai dari diri kita untuk mulai hal-hal baik tentu akan menular energi positif bagi pengguna internet lainnya.
Tanya:Â Harapan Anda 5 tahun ke depan tentang kondisi pengguna internet?