Mohon tunggu...
Sigit Budi
Sigit Budi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Content Creator

Pembuat konten video, host podcast , selebihnya pengangguran banyak acara

Selanjutnya

Tutup

Politik

Lippo, Tak Ada Asap Bila Tak Ada Api

21 April 2017   15:57 Diperbarui: 22 April 2017   01:00 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Selama 30 tahun terakhir ini, kelompok usaha Lippo eksis di Indonesia, mulai mencorong usahanya di era Orde Baru hingga kini. Indonesia sudah berganti Presiden 5 kali, tapi Lippo tetap sebagai kelompok usaha papan atas nasional. Sukses ini tidak lepas dari peran sang nakhoda, Mochtar Riady, terkenal sebagai pelobi ulung, pebisnis handal.

Anak Mochtar Riady, James Riady  pernah mendapatkan hukuman di Amerika Serikat  di era Bill Clinton dalam kasus donasi kampanye Clinton. Meski hukuman ringan, namun cukup membuat malu nama besar Riady di kalangan pengusaha.  Kenyataannya hukuman itu tidak membuat bisnisnya surut, bahkan kian menggurita.

Sejumlah properti “ikonik” kini dimiliki oleh Lippo grup, mulai real estate, apartemen bergensi, pusat perbelanjaan (mall), jaringan ritel kebutuhan sehari – hari, jaringan media cetak dan TV Kabel, internet, ecommerce, sekolah, rumah Sakit, jaringan bioskop, jaringan coffee shop, dll. Intinya bisnis – bisnis ini berkait dengan properti dan gaya hidup dari pemilik dan penghuni properti dagangan grup Lippo.

Beberapa tahun terakhir ini, Lippo sangat aktif dalam program Filanthropy lewat bidang kesehatan dan pendidikan, Yayasan Pelita Harapan adalah pendiri sekolah – sekolah Pelita Harapan dari tingkat SD s/d Universitas, Siloam adalah “brand” rumah sakit menengah ke atas yang  gencar di bangun di kota – kota besar Indonesia. Tak hanya itu, dengan cerdik  Lippo merangkul komunitas Kristen dengan memberikan fasilitas untuk peribadatan, secara eksplisit menunjukan kemurahan dari sang pemilik dan managemen, namun pada sisi lain bisa dimaknai dengan promosi gratis sejumlah aset properti yang dipakai untuk peribadatan.

Bagaimana mempertahankan bisnis properti agar terus naik, tidak turun? Apakah cukup dengan doa – doa ? Tentunya managemen Lippo dan pemiliknya tidak hanya melakukan itu. Meski dikalangan komunitas Kristen, Pemilik Lippo mendapat pujian sebagai dermawan. Bisnis tetap bisnis, ujungnya adalah keuntungan untuk perusahaan. Meski harus muncul biaya – biaya cukup besar, semua hanya sebuah konsekuensi dari upaya bisnis.

Kabar terakhir tentang respon dari  Direktur Lippo Group John Riady saat acara Indonesia Summit 2017 di Hotel Shangrila Jakarta, Kamis (20/4/2017),  bahwa grupnya siap kerjasama dengan calon gubernur baru tentang program perumahan bukan hal yang luar biasa. Sebagai pemilik  properti terbesar di Indonesia, Lippo pasti akan merangkul pemerintah lewat program – program properti kepala daerah.

Anehnya managemen Lippo buru – buru membantah  statemen dukungan program kepemilikan rumah 0% di DKI Jakarta di media massa. Direktur Humas Lippo Group Danang Kemayan Jati mengatakan dukungan Lippo Group terhadap program KPR DP nol persen adalah suatu hal yang tidak benar.  Mungkin bagi managemen Lippo belum saat yang tepat untuk mendeklarasikan manuver bisnis property mereka di DKI Jakarta dengan gubernur baru, meski indikasi sudah jelas. Tak ada asap bila tak ada api.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun