Mohon tunggu...
Sigit Budi
Sigit Budi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Content Creator

Pembuat konten video, host podcast , selebihnya pengangguran banyak acara

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ternyata Maksud Damai Ini ?

4 November 2016   23:12 Diperbarui: 5 November 2016   09:45 3233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Meski tadi siang demonstrasi berkesan damai, bahkan pengamat politik memuji - muji aksi ini seolah menolak kemungkinan lain. Toh kenyataan berkata lain, pesan damai  tidak tersampaikan, justru sebaliknya. Hingga tulisan ini ditulis, kerusahaan di Luar Batang masih berlangsung, massa masih berkumpul di bundaran HI, sebagai menuju Gedung  DPR - MPR. Sejak semula saya pribadi tidak yakin dengan pesan dari aksi ini, ternyata dugaan saya benar, saya bukan senang, tapi sedih. Kenapa bangsa kita selalu terpuruk dalam pusaran konflik seperti ini hanya untuk kepentingan sesaat. 

Pada tulisan kemarin  ( http://www.kompasiana.com/sigitbc/pengkafiran-akar-reaksi-ahok-yang-terlupakan_581bc61109b0bdbe758d9e87) saya sempat menulis tentang kekuatiran orang tua murid, provokasi di rumah ibadah tiap - tiap Jumat yang saya denger sendiri tentang Pemimpin Kafir. Saya merinding dengan kotbah berapi - api tersebut, kok bisa begitu geramnya terhadap non-Muslim. Bila ingin berkuasa , toh UU sudah memberikan sarana, lewat Pilkada, Pemilu, tapi kenapa harus turun kejalan, memobilisasi ratusan ribu orang ke Jakarta dan memobilisasi demo di kota - kota lain. 

Ada agenda terselubung yang digulirkan oleh kelompok ini, yang jelas secara kasat mata, aktor intelektual demo yang berujung kerusahan ini sempat satu mobil. Saya sebagai warga biasa merasa sedih, Indonesia sedang mendaki menuju kejayaan dalam satu hari dihancurkan oleh barisan sakit hati yang sudah tak terbendung syahwaat nya berkuasa, hingga tak sabar menunggu Pilkada dan Pemilu. Beberapa tulisan  teman Kompasianer sudah meramalkan bahwa tujuan aksi demo berslogan damai yang  didukung dengan kampanye sosmed ini goalnya adalah RI 1. Ramalan ini benar adanya. Dua jempol untuk analisa - analisa yang tajam ini, tapi saya tidak peduli dengan setting goal mereka, yang saya cemaskan, apakah akan berlangsung dengan damai seperti yang dislogankan ?

Fakta berkata lain, petinggi DPR , Fadli Zon, Fahri Hamzah, veteran Reformasi, Amien Rais, Habieb Rizieq dengan gagah dan percaya diri  naik satu mobil, melambai-lambaikan tangan ke pendemo. Siapa yang akan gentar, bila tokoh - tokoh nasional mendukung gerakan massa ini, begitu rusuh setelah maghrib para tokoh tadi menghilang entah kemana, rakyat kecil yang jadi korban, kerusakan dimana - mana.  Alasan para pendemo melakukan kerusuhan karena Presiden Jokowi tidak mau menemui mereka, kalau saya jadi Presiden, saya juga tidak mau menemui mereka, tabiat kelompok ini sudah jelas, suka memaksa dengan segala cara. Saya yakin Presiden tidak mau terjebak  cara aktor - aktor gerakan ini yang menggunakan sentimen agama untuk meraih kekuasaan. Di parlemen kekuatan kelompok ini sudah mandul, maka satu - satunya cara mengguling Presiden dengan cara parlemen jalanan. Bisa dikatakan aksi ini bila tidak terkendali , merembet ke berbagai kota , jelas sekali arahnya adalah "makar" (kudeta), dan ini sungguh mengkuatirkan, karena akan menghancur leburkan NKRI yang sudah kita pertahankan hingga kini. Siapa yang bertanggung jawab? 

Fadli Zon dengan bangga menyatakan paksaan agar Presiden menemui pendemo (http://news.detik.com/berita/3337684/fahri-hamzah-banggakan-parlemen-jalanan-fadli-zon-minta-jokowi-datang) , dan Fahri membanggakan aksinya di jalanan. Apakah setelah rusuh ini mereka akan bertanggung jawab? Sudah pasti mereka "ngeles", menyalahkan Presiden yang tidak mau menemui para demonstran. Sungguh kedua orang ini, dengan segala cara mereka tempuh, dan klop tabiat mereka dengan Amien Rais yang tak pernah bisa meraih kursi RI 1, padahal hasratnya sangat tinggi, sehingga selalu melakukan manuver - manuver provokatif dengan sentimen politik identitas. Apakah seperti disebut negarawan? 

Bapak Presiden Jokowi, saya mendukung 100%, dan Bapak sebaiknya perintahkan tangkap FZ, FH, HR, AR, karena jelas - jelas mereka yang mendorong semangat demonstran di lapangan sehingga berujung kerusuhan massal. Tetap Jaya Indonesia, NKRI tetap bertahan dari gempuran kelompok anarkis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun