Perindo tak tampak di media massa manuver - nya di kancah Pilkada DKI Jakarta 2017, meski belum resmi menjadi partai politik. Pilkada DKI Jakarta adalah panggung ideal dalam mempromosikan sosok, partai, ormas dan lembaga - lembaga representasi kepentingan politik lainnya.
Penampakan calon partai besutan Bos MNC Grup terlihat percaya diri dengan kemampuan finansial dan jaringannya yang sudah menggurita di seluruh propinsi. Pendekatan “kesejahteraan” terlihat menjadi ideologi partai ini melalui aksi - aksi simpatik sang Ketua di berbagai forum pertemuaan dengan berbagai kalangan.
Tentu kita ingat bagaimana awal partai besutan Surya Paloh, Nasdem pada awal berdirinya juga melakukan serupa. Dengan dukungan media tv dan cetak, setiap langkah SP selalu diudarakan dan ditulis dalam media milik SP.
Hari Tanoe (HT) lebih digdaya dalam penguasaan media, MNC grup memiliki semua jenis media, dari cetak, elektronik dan online.
Pertanyaannya, apakah HT akan lebih sukses dar SP dalam melambungkan partai besutannya?
Bisa, iya, bisa tidak. Bila dilihat dari sosok SP ada 3 hal yang dimilki SP yang tidak dipunyai HT.
- SP, pengusaha sekaligus politisi handal
- Pengalaman politik SP sudah teruji melewat masa - masa sulit, dari orde baru ke orde reformasi.
- SP mempunyai jaringan politik luas ke seluruh nusantara, terutama dari bekas partainya, Golkar. SP pernah mencalonkan diri sebagai Ketum Golkar tapi kalah dari Abu Rizal Bakrie (ARB).
Sementara HT baru dikenal setelah mengakuisi perusahaan milik anak Presiden Suharto, Bambang Triatmojo, Bimantara Grup. Lalu perseteruannya dengan Mbak Tutut soal kepemilikan TPI, ketiga kasus Sisbankum yang menyeret saudara HT ke pengadilan. Keempat saat pilpres mencalonkan diri sebagai cawapres bersama boz partai Hanura, Wiranto.
Investasi nama ke publik nasional cukup bagi HT, sayangnya tidak semua positif. Langkah terakhir yang menguatkan namanya adalah pembentukan Perindo, digadang - gadang akan ikut dalam pertarungan Pileg dan Pilpres 2019.
Secara finansial dan promosi, Perindo adalah partai paling siap daripada partai - partai pendahulunya. Namun politik praktis bukan soal finansial semata-mata, pendekatan terhadap calon pemilih tak cukup dengan atau bantuan - bantuan sosial.
PDIP bisa jadi tidak bisa menarik calon pemilih bila hanya mengandalkan “uang”, partai Moncing Putih ini berhasil menanamkan ideologi kerakyatan dengan me-representasi - kan diri sebagai partai wong cilik dan tertindas.