Mohon tunggu...
Sigit B. Pamadi
Sigit B. Pamadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Blogger

Penulis berita

Selanjutnya

Tutup

Nature

Mengapa Air Laut Asin? Penjelasan Ilmiah Lengkap

24 Oktober 2024   07:14 Diperbarui: 24 Oktober 2024   07:18 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi air laut. (Sumber: www.istockphoto.com) 

Air laut terkenal dengan rasa asin yang khas. Banyak yang bertanya-tanya, mengapa air laut tidak tawar seperti air sungai? Keasinan air laut atau yang disebut dengan salinitas adalah hasil dari berbagai proses alam yang berlangsung selama miliaran tahun. Artikel ini akan menjelaskan secara mendetail penyebab air laut asin, mulai dari proses geologis hingga aktivitas vulkanik bawah laut.

1. Asal Garam di Air Laut
Asal mula garam di air laut berasal dari pelarutan batuan di daratan. Ketika air hujan jatuh, ia bersifat sedikit asam karena mengandung karbon dioksida dari atmosfer yang membentuk asam karbonat lemah. Air hujan kemudian mengalir melalui tanah dan batuan, melarutkan berbagai mineral, termasuk natrium dan klorida. Mineral-mineral ini, terutama natrium klorida (NaCl), adalah komponen utama garam laut.

Air sungai yang mengandung mineral-mineral terlarut tersebut akhirnya mengalir menuju lautan. Selama jutaan tahun, proses ini terus terjadi, menyuplai garam dan mineral lainnya ke dalam air laut. Inilah yang menjadi salah satu penyebab utama mengapa air laut asin.

2.  Siklus Air dan Penguapan

Salah satu alasan mengapa air laut asin namun air sungai tawar adalah proses penguapan. Ketika air laut menguap akibat panas matahari, hanya molekul air yang berubah menjadi uap, sementara garam dan mineral tetap tertinggal di laut. Proses ini menyebabkan konsentrasi garam di laut semakin tinggi. Air yang menguap kemudian membentuk awan dan turun kembali sebagai hujan, yang sebagian besar menjadi air tawar.

Air tawar dari hujan yang mengalir ke sungai-sungai akan kembali melarutkan mineral dari tanah dan batuan sebelum bermuara ke laut, membawa lebih banyak garam. Dengan penguapan yang konstan, garam tetap terakumulasi di laut, sementara air yang keluar dari siklus penguapan-pengendapan bersifat tawar.

3. Kontribusi Vulkanik dan Ventilasi Hidrotermal
Selain dari proses pelarutan batuan di daratan, sumber garam lainnya berasal dari aktivitas vulkanik bawah laut. Di dasar laut, terdapat ventilasi hidrotermal yang melepaskan mineral-mineral dari dalam kerak bumi, termasuk natrium, klorida, magnesium, sulfur, dan lainnya. Ventilasi hidrotermal ini menciptakan sumber garam tambahan yang langsung terlarut ke dalam air laut.

Selain itu, gunung berapi bawah laut juga melepaskan material yang kaya mineral saat meletus, yang kemudian melarut ke dalam air laut dan memperkaya salinitas. Proses ini berlangsung secara kontinu, memberikan kontribusi signifikan terhadap kandungan garam di laut.

4. Keasinan Laut yang Stabil
Meskipun air laut terus menerima pasokan garam dari berbagai sumber, kadar keasinan laut relatif stabil selama jutaan tahun. Hal ini disebabkan oleh adanya keseimbangan alami. Sebagian garam laut mengendap di dasar lautan sebagai sedimen, sementara sebagian lainnya digunakan oleh organisme laut seperti karang dan plankton. Proses-proses ini membantu menjaga salinitas tetap konstan, meskipun terus ada pasokan garam baru.

Salinitas rata-rata air laut adalah sekitar 35 bagian per seribu (35), artinya dalam setiap liter air laut, terdapat 35 gram garam terlarut. Namun, tingkat salinitas bisa bervariasi di berbagai wilayah. Laut yang memiliki tingkat penguapan tinggi seperti Laut Mati, misalnya, memiliki salinitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan lautan terbuka.

5. Peran Organisme Laut dalam Salinitas

Organisme laut juga mempengaruhi kadar mineral dan garam dalam air laut, meskipun dalam skala yang lebih kecil. Koral, misalnya, menggunakan kalsium dan karbonat dari air laut untuk membangun struktur keras mereka. Plankton dan organisme laut lainnya juga mengambil beberapa mineral dari air untuk proses biologis mereka. Namun, dibandingkan dengan sumber garam utama seperti pelarutan batuan dan aktivitas vulkanik, peran organisme ini tidak terlalu signifikan dalam menentukan salinitas laut secara keseluruhan.

6. Perbedaan Salinitas di Berbagai Wilayah
Meskipun rata-rata salinitas laut sekitar 3,5%, salinitas dapat bervariasi di berbagai wilayah. Laut Mediterania, misalnya, lebih asin daripada Samudra Atlantik karena tingkat penguapan yang tinggi dan sedikitnya aliran air tawar yang masuk. Sebaliknya, di daerah dengan curah hujan tinggi atau aliran air tawar yang besar, seperti Laut Baltik, tingkat salinitas jauh lebih rendah.

7. Kesimpulan

Air laut menjadi asin karena berbagai proses alamiah yang melibatkan pelarutan mineral dari batuan, penguapan air laut, serta kontribusi dari aktivitas vulkanik di bawah laut. Proses ini berlangsung selama miliaran tahun dan menghasilkan lautan yang memiliki kandungan garam cukup tinggi, yang tetap stabil berkat keseimbangan alami. Salinitas air laut berperan penting dalam ekosistem laut dan mempengaruhi banyak aspek kehidupan di Bumi, termasuk iklim global.

Dengan memahami asal-usul keasinan air laut, kita dapat lebih menghargai peran vital laut dalam kehidupan sehari-hari dan siklus alam yang terus berlangsung hingga kini. (bay) 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun