Mohon tunggu...
sigit nugroho
sigit nugroho Mohon Tunggu... -

pengajar,pengamat,rakyat jelata

Selanjutnya

Tutup

Politik

Seks, Fathonah, Artis, PKS, dan Media

23 Mei 2013   17:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:08 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang anda pikirkan sekarang ketika mendengar kata seks? Saya memiliki asumsi bahwa seks dalam pikiran anda sekarang memiliki asosiasi dengan ahmad fathonah,artis, dan PKS. Kesimpulan dalam pemikiran saya seks itu menjijikkan, membosankan,dan bukan sesuatu yang indah dan sakral. Ini adalah hasil konstruksi yang dilakukan media dalam minggu-minggu terakhir. Panggungnya disiapkan oleh KPK.

Seks adalah hubungan yang agung, suci, dan sakral. AlQur'an membahasakannya dengan "malu-malu" yakni dengan istilah bercocok tanam. Jauh dari kesan vulgar. Seks memiliki dimensi biologis, psikologis, dan sosial. Dia bukan sekedar hubungan biologis tanpa makna. Di dalamnya ada kesenangan, kenyamanan, keamanan, dan dalam konteks spiritual bernilai ibadah. Kebutuhannya instinktif tapi implikasinya spiritual. Begitu seharusnya seks diterjemahkan. Secara sosial dia harus memberikan rasa nyaman,makanya dibingkai dalam bingkai pernikahan.

Ketika jaman semakin maju, era digital menelanjangi semuanya, dengan akses yang mudah menjadikan seks tak lagi sakral. Semua serba vulgar. Jika dulu kata "anu" saja sanggup menghadirkan imajinasi dan sensasi. Sekarang kata sevulgar apapun gagal menghadirkan sensasi dan mematikan imajinasi.

Apa kaitannya dengan PKS. PKS merupakan simbol agama dalam artian sempit. Apa yang dilakukan media sekarang menjadikan seks memiliki asosiasi yang negatif dengan agama. Seolah-olah bahwa seks itu tabu bagi orang yang belajar mengimplementasikan agama. Tujuan akhirnya: agama tidak usah mengurus urusan seksual. Ini bahaya liberalisasi hubungan seksual.
Dari sisi politik konstruksi ini sengaja dibentuk, karena masalah seks terbukti ampuh mengamputasi kekuasaan dan pengaruh. Bill Clinton adalah salah satu contohnya. Tentang hal ini sudah banyak yang membicarakan, dan saya tidak fokus pada hal ini.
Hadirnya artis berasosiasi bahwa nikmatnya hubungan seks tergantung pada paras un sich. Ini korupsi terhadap kenikmatan hubungan seksual. Hubungan seksual itu dapat dinikmati siapa saja, dengan paras bagaimanapun, dan kondisi spiritual seperti apapun. Hal ini disebabkan bahwa hubungan ini adalah kebutuhan dasar manusia. Secara jujur bertanyalah pada diri anda, apakah hubungan seksual anda sehat? Adakah orang lain dalam imajinasi seksual anda ketika berhubungan dengan pasangan yang sah?
Lalu apa kaitannya dengan fathonah? Ah dia cuman figuran saja. Sasaran tembaknya bukan dia. Dalam pandangan psikologis dia orang yang jika benar sering berganti pasangan hanyalah orang yang tidak bahagia dengan hubungan seksualnya. Rasa penasaran itu menjadi adiksi yang memberikan kenikmatan bukan prosesnya yang memberikan kenikmatan.

Segera matikan TV anda, tutup koran anda! Perlakuan KPK pada PKS yang dipertontonkan media dengan berbagai bumbunya tanpa anda sadari akan mengikis kenikmatan hubungan seksual anda (bagi yang sudah menikah). Ini adalah modus korupsi kebahagiaan. --sekedar catatan sore--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun