Mohon tunggu...
sigit nugroho
sigit nugroho Mohon Tunggu... -

pengajar,pengamat,rakyat jelata

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rekomendasi “Dr. Snouck Hurgronje” untuk Akhiri PKS

23 Mei 2013   08:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:09 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda masih ingat pelajaran sejarah saat SD? Sejarah tentang bagaimana siasat Belanda untuk mengakhiri perlawanan masyarakat Aceh. Stretegi pertama adalah melakukan politik adu domba sebagaimana direkomendasikan oleh Jenderal Deykerhoff. Cara ini gagal. Rakyat aceh bersatu padu dalam menghadapi belanda. Frustasi dengan perlawanan yang berkepanjangan akhirnya ditugaskan Dr. Snouck Hurgronje untuk mempelajari kelemahan masyarakat aceh. Penyamaran Dr Snouck Hurgronje menjadi abdul ghafar yang kemudian berinteraksi dengan masyarakat aceh menghasilkan rekomendasi politik kekerasan (bumi hangus) untuk mengakhiri perlawanan rakyat aceh.

Catatan sejarah di atas saya gunakan untuk menganalisis secara sederhana tentang apa yang menimpa PKS saat ini. Masyarakat Indonesia umumnya tahu bahwa partai ini memiliki tipologi yang unik. Bergabung dalam koalisi namun terkadang perlawanannya melebihi oposisi. Dua fungsi ini dapat dimainkan oleh PKS dengan baik. Celakanya partai penguasa agak gamang mendepak PKS dari koalisi karena kekhawatiran hantaman yang akan dilakukan oleh Golkar, namun membiarkan PKS tetap bertahan atau justeru semakin membesar adalah bahaya dalam prespektif persaingan politik terutama bagi pemegang kekuasaan. Sehinga secara politik partai ini harus dikerdilkan atau bahkan dihilangkan dari peta perpolitikan Indonesia.

Upaya untuk menggoyang PKS bebrapa kali dilakukan. Fenomena pembelotan pendiri partai yusuf supendi saya rasa adalah bagian dari politik adu domba yangdilakukan oleh lawan-lawan politik PKS selain dari adanya dinamika dalam tubuh partai. Mengambil analogi dari rekomendasi Jenderal Deykerhoff,PKS diadu domba oleh tangan-tangan yang tidak kelihatan (invisible hand). Cara ini terbukti gagal karena kemampuan PKS dalam melakukan konsolidasi internal patut diacungi jempol.

Strategi berikutnya adalah dengan melakukan demoralisasi kader. Kasus Arifinto menjadi pembukanya dilanjutkan dengan video mesum mirip Anis Matta (ternyata bukan) juga gagal mempengaruhi grass root PKS. Ini mungkin dalam peperangan seperti rangkaian serangan sporadic yang tidak memiliki efek signifikan. Biasa digunakan dalam pertempuran untuk menguji bagaimana kekuatan lawan dalam bertahan. Ternyata PKS mampu melakukan konsolidasi internal dengan baik. Anda perlu ingat bahwa dalam partai ini kaderisasi dilakukan dengan terstruktur, rapi dan masif. Meminjam istilah dalam gerakan IM partai ini kadernya diikat dengan ikatan yang kuat yang dikunci dengan ikatan kepercayaan pada para pemimpin-pemimpin mereka. Di dalamnya ada ketaatan yang baik pada kader terhadap para pimpinannya. Ini yang tidak dimiliki partai lain.

Maka melihat karakteristik PKS yang demikian rasanya akan sangat sulit untuk melemahkannya secara massif kecuali dengan politik kekerasan (bumi hangus) ala Snouck Hurgronje. Dimulai dengan penangkapan LHI kasus ini bergulir liar apalagi setelah dijawab PKS dengan dua kemenangan besar di dua pilkada; JABAR dan SUMUT. Salah seorang kader PKS, Fahri Hamzah menyebutnya sebagai festivalisasi. Harta, wanita dan tahta. Isu ini yang dimainkan. Ditilik dari pendekatan heirarki kebutuhan Maslow ini kebutuhan dasar. Jika diolah akan memenuhi selera publik. Tidak berhenti sampai di situ penyebaran wacana pembubaran partai yang dialakukan oleh ICW saya fikir adalah bagian dari grand design penghancuran PKS. Public melihat bahwa apa yang dilakukan KPK, dari pemanggilan struktur DPP PKS, para artis, istri muda tersangka dalam pandangan saya adalah operasi bumi hangus yang dilakukan terhadap PKS. Media pun meng-amin-inya. Tayangan tentang PKS masuk ke infotainment bahkan masuk dalam acara islami seperti Khazanah di salah satu stasiun TV swasta. Dan jika saya ikuti perdebatan hukum di ILC, ternyata pasal yang hendak disangkakan ke LHI ternyata belum dilakukan legislasi (pendapat Prof. Romli). PPATK juga ikut bermain dengan berupaya member laporan tentang keterbilatan para pimpinan PKS. Cara bermain kasar dengan mengabaikan etika, kaidah hukum, menyerang pribadi yang tidak memiliki relevansi dengan kasus adalah karakteristik dari politik bumi hangus. Berhasilkah? Bagaimana cara bereaksi PKS? Kita tunggu saja tayangan ini masih panjang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun