Kalau remaja atau anak muda tidak dapat dibendung atau ditangkal semangatnya, sesungguhnya kita tahu, "energi" mereka bisa dialihkan. Jadi sebenarnya alih-alih dilarang, kita bisa saja berbuat sesuatu yang lebih maknawi.
Misalnya, alih-alih mengatakan "jangan valentinan" kita ganti dengan "di hari valentine nanti, kita sekeluarga makan krupuk bareng yuk." Itu untuk mengalihkan isu sayang-sayangan sama pacar diganti dengan menyayangi seluruh keluarga.
Atau, alih-alih mengatakan "dilarang valentinan" kita ganti dengan "di hari yang katanya valentine itu, sebaiknya kamu memberikan sesuatu untuk orang tua yang telah membesarkan kamu". Jadi, anak kita akan memikirkan, iya ya... mau kasih apa ke ortu saat hari valentine day ini? Masa doi dikasih, bonyok kagak?
Jadi, kita bisa mengalihkan isu pacar-pacaran kepada isu saling menyayangi anggota keluarga.Â
Mengapa menyayangi anggota keluarga penting akhir-akhir ini? Karena kadang para remaja lari dari rumah karena di rumah tak ada rasa kasih sayang. Mereka mencari kasih dan sayang itu di luar rumah. Mereka mencari yang "ngasih" dan yang "nyayang" diri mereka. Maka, kalau mau anak-anak ada di rumah dan menyayangi orang tua dan anggota keluarga, mungkin event valentine day bisa digunakan.
Atau, jika sekolah ingin mengalihkan isu valentine day ini. Tanpa perlu menyebut valentine day, di hari yang sama dengan hari valentine, sekolah bisa saja mengadakan acara bakti sosial atau memberikan bantuan bagi masyarakat sekitar, berkunjung ke panti asuhan, atau menolong orang-orang yang butuh pertolongan di masyarakat kita.
Dengan cara begitu, anak-anak justru akan menghayati kegiatan ini dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik bagi kemanusiaan. Dengan menganggap bahwa anak-anak kita adalah anak cerdas, dengan sendirinya mereka akan dapat menganalisis mana yang baik dan berguna, mana yang tidak berguna. Dengan sendirinya mereka memilih yang lebih baik. Sekian.