Mohon tunggu...
Sigit Raharjo
Sigit Raharjo Mohon Tunggu... Administrasi - orang biasa yg sedang belajar menulis,semoga berguna

Orang Biasa saja ....................

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tetaplah Fokus di TPS.

2 April 2014   18:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:10 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sampai hari ini saya masih tetap optimis akan nasib bangsa ini ke depan, walau keadaan sekeliling kadang membuat galau hati. Ketika sindir menyindir menjadi hal yang lumrah, berbalas puisi yang memojokan menjadi menu wajib, saling membuka aib menjadi ajib saat dilihat dan di perdengarkan, adat ketimuran tidak ada lagi, puas ketika lawan kita merah padam terkena peluru kita, itukah politik Indonesia ? semoga bukan.

Berikut ini mungkin bisa menjadi tips bagi anda dan saya saat menentukan pilihan nanti 9 April . bagi saya memilih supaya Indonesia lebih baik,maju bersih dan makmur luar dalam rakyatnya, dan inilah pedoman saya saat memilih nanti :

1.Find out inner potential dari pilihan kita nantinya.

Menurut saya saat kita memilih itu yang kita tentukan bukan sekedar kemenangan sebuah partai saat itu saja, tetapi juga bagaimana masa depan kita sendiri ke depan atau setidaknya lima tahun ke depan, lebih baik atau lebih buruk atau sama aja tetap susah cari kerjaan. Jadi apakah system hukum akan menjadi lebih baik ? kebocoran pendapatan Negara akan semakin minim ? sehingga memberi efek kesejahteraan kita (rakyat) bukan menjadi mimpi saja, tetapi akan segera nyata. Terasa agak sayang saja jika kita menyia-nyiakan waktu 5 tahun dengan begitu saja tanpa ada kemajuan berarti, karena salah pilih wakil-wakil kita. Apa kita gak iri dengan Negara lain yang sudah lari kuenceng padahal kita pemanasan aja belum. Jadi marilah gali potensi sedalam-dalamnya pilihan kita baik itu wakil rakyat maupun presiden nantinya, supaya kita tidak kehilangan waktu lima tahun lagi terbuang sia-sia.

2.Obey your deep heart feeling.

Atau terjemahan bebasnya, dengarkan bisikan hati nurani kita yang terdalam atau intuisi kita, karena bagi saya pribadi, disitulah terdapat suara kebenaran yang hakiki atau orang sering menyebut suara relung hati yang terlembut dari manusia dan seperti terdengar bisikan-bisikan Sang Pencipta kita. Tentu saja suara “deep heart” ini tidak akan terdengar sama sekali jika terlalu banyak kegaduhan di jiwa kita apalagi dibumbui dengan kebencian, iri hati jumawa dan sebagainya. Artinya pilihan anda akan tepat dan tidak sia-sia jika anda dan saya memilih dengan obey terhadap deep heart kita. Saya yakin dan percaya suara kita tidak sia-sia, bahkan kalau Indonesia menjadi Negara hebat nantinya, ada saham saudara dan saya ikut menghebatkannya walau seper 00000000000,01%.

3.Consentrate in one direction.

Atau berkonsentrasilah kepada satu arahan, yang saya maksud bukan arahan partai, atau yang member iming-iming uang. Bagi saya jelas, tolak mentah-mentah karena praktik itulah yang selama ini menyengsarakan rakyat di segala bidang sampai-sampai tontonan kita pun jadi sakit karena yang ditonton kalau ngak acara konyol, sinetron konyol dan atau para badut politik yang dikandangin KPK, jenuh. Jadi arahan siapa ? ya arahan hati nurani kita bukan Hanura yang partai itu yang saya maksud. Tidak mudah tergoda janji, apalagi palsu ngak deh… apa cita cita kita untuk Indonesia tercinta, sesuaikan dengan partai yang ada, mana yang paling mendekati kalau tidak ada satupun jangan golput takutnya kertas suara yang tidak terpakai digunakan oknum yang tidak bertanggung jawab, di Indonesia apa yang tidak mungkin ? Negara dengan sejuta kemungkinan….

4.Service minded.

Pikirkan apakah ketika yang kita pilih menang baik itu caleg, partai atau presiden menang ia akan dengan sekeras-kerasnya usaha untuk mewujudkan janji-janjinya mensejahterakan Indonesia secara nyata. Saya teringat sebuah kabupaten yang daerahnya luas dan potensi yang belum tergali luar biasa banyak dan kaya, tetapi karena salah memilih pempimpin daerah itu menjadi daerah yang terkenal paling jelek infrastrukturnya dan dinobatkan menjadi kabupaten terkorup oleh BPK dibanding kabupaten lain sepropinsinya. Tetapi yang menjadi ironi ketika sang bupati sudah tidak lagi boleh mencalonkan diri karena sudah 2 periode menjabat yang memenangkan pilkada kabupaten tersebut orang yang tidak jauh-jauh kwalitasnya dari sang bupati lama , alamak pikir saya mau berapa periode lagi rakyat kabupaten itu menyia-nyiakan waktunya untuk tetap terpuruk dalam ketertinggalannya, semoga pikiran buruk saya ini tidak terjadi atas rakyat kabupaten tersebut. Itulah pentingnya berpikir panjang dan jernih sewaktu kita memilih, sehingga betul kata slogan “lima detik atau lima menit di bilik TPS menentukan nasib bangsa lima tahun atau bahkan lima puluh tahunke depan.

Salam Indonesia Jaya……………………………………………….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun