Mohon tunggu...
Sigit
Sigit Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mimpi-mimpi yang menjadi kenyataan

Dibalik kesuksesan seorang anak ada doa ibu yang selalu menyertainya, kasih sayangnya takan pernah luntur, dan takan tergantikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tak Ingin Menyesal Lagi!

14 November 2015   08:17 Diperbarui: 15 November 2015   18:29 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi|banghadinainggolan.com"][/caption]Minggu kemarin, saya berencana datang ke acara Festival Kebudayaan Jepang di Kota Jababeka, yang lebih terkenal dengan sebutan"Matsuri Momiji," Momiji Matsuri adalah suatu festival yang menyambut datangnya musim panen. Momiji merupakan jenis tanaman di Jepang yang berubah warna sebelum daunnya berguguran. nah Warna dan bentuk daun momiji yang unik, membuat daun ini sebagai simbol musim panen.

Nah kebetulan anak saya sudah ngebet ngajak jalan ke Mall. Tiap hari selalu ditagih libur harus jalan-jalan ke mall. Tak tau saya sejak kapan anak saya hobby ke tempat seperti itu. Pokoknya yang ada Mataharinya akan disebut Mall olehnya.

Nah, rencananya setelah melihat perayaan budaya jepang, saya mau ajak mampir ke Mall Lippo Cikarang, walaupun anak saya lebih suka mall didaerah Kota Bekasi. yang penting kan ada Mataharinya hehehe..., Setelah Dzuhur kami berangkat menuju tempat acara, nah baru sampai di perempatan lampu merah Sentra Grosir Cikarang, anak saya merengek pengen ke SGC aja, soalnya sudah lama banget nggak pernah jalan-jalan ke situ. Saya memang malas kalau ketempat yang satu ini, selain sumpek juga kotor, orang sembarangan merokok. soal kualitas barang jauh sekali, Grosir tapi harga selangit, bener kata Temen, sewa tempatnya mahal jadi harga barang juga jarang yang murah.

Pertama sekali yang dituju putri saya pasti tempat permainan, ada dilantai paling atas. Sayang sekali, ramainya pengunjung tidak di dukung dengan pasilitas yang memadai. Seperti tempat bermain untuk anak-anak, tempat bermain yang ada juga tidak ada safetynya. Itu juga salah satu alasan saya malas jika diajak istri untuk sekedar jalan-jalan ke sentra grosir cikarang. Permainan yang bergerak seperti mobil-mobilan, ayunan berputar, pesawat, semua dibiarkan tanpa pembatas, padahal arah kiri dan kanan jalan untuk orang berlalu lalang.

Setalah lelah mengikuti anak kesana kemari, kami memutuskan untuk mencari tempat makan yang menyediakan makanan cepat saji. Pesan menu, antrianya lumayan panjan, setelah lama menunggu, akhirnya datang juga, santap sampai habis supaya dapat berkahnya. Selesai makan kami memutuskan untuk pulang karena saya ada jadwal nonton bareng keluarga acara Motto GP. Itu juga acara paling penting bagi saya, walaupun pemenangnya bukan fans saya. Istri dan anak saya keluar duluan dari tempat makan, saya masih sibuk memasukan beberapa barang kedalam tas punggung kecil

Setelah keluar tak jauh dari tempat kami makan, ada seorang ibu-ibu memakai kerudung dan baju terusan lengkap sampai ujung kaki, mengunakan tas samping datang mendekati saya dengan wajah gusar. ibu tsb lalu berkata "Nak tolong ibu, ibu mau pulang," dengan wajah yang mengiba, saya lalu bertanya dengan sedikit menegaskan, "ibu kenapa dan mau pulang kemana?" Pertanyaan sederhana dan wajar karena rasa penasaran. Saya pikir ibu ini kecopetan dan tidak punya ongkos untuk pulang, sesaat pikiran saya terbang dengan cepat pada beberapa kejadian yang sampai saat ini masih menjadi penyesalan bagi saya.

Kejadianya terjadi beberapa tahun yang lalu, saat saya dan teman pulang dari kampus di daerah Jakarta barat. Kami berdua naik kendaraan umum alias angkot, tujuan ke tol kebun jeruk, untuk naik bis jurusan bekasi. Sampai didekat fly over sebelum studio RCTI, angkot di stop oleh seorang ibu yang membawa satu anak, tp saya tidak bisa melihat jelas wajah ibu dan anak itu karena sorotan lampu jalan yang redup. sebelum naik si ibu berbicara dengan si sopir angkot, "dik saya mau ke tol kebun jeruk, tapi saya nggak punya ongkos!," si supirpun menjawab dengan pertanyaan balik, "ibu mau kemana rupanya?," sang ibu tadi pun menjawab pelan, "saya mau ke Indramayu dik!" sang sopir langsung menjawab dengan santai,"kalau ibu saya antar ke tol kebun jeruk, terus ibu ke Indramayu naik bis nggak pake ongkos?," jawaban sang sopir membuat ibu tadi terdiam. saya sendiri saling berpandangan dengan teman saya yang juga serius mendengarkan obrolan tsb. saya jadi berfikir, kasihan ibu sama anaknya, nggak punya ongkos, mungkin mau pulang.

Saat itu saya ingin sekali berniat membantu ibu dan anaknya, semua ongkos biar saya yang menanggung. belum juga mulut ini berbicara dengan si sopir, angkot keburu jalan meninggalkan ibu dan anak tadi. di dalam angkot si sopirpun menggerutu,"mau naik angkot aja nggak punya ongkos, gimana mau naik bis, ada saja ibu itu" ingin rasanya turun dan menghampiri ibu itu kembali, mungkin karena kelelahan dan besok saya harus kerja jadi hanya bisa berfikir tanpa ada sesuatu yang bisa diperbuat.

Begitu menyesalnya saya, mengapa harus berpikir panjang untuk menolong orang yang sedang kesulitan. bagaimana nasib ibu dan anaknya tadi, siapa yang bakal menolong dia, kasihan anaknya yang masih kecil. mungkin saja dia kecopetan atau kehabisan uang atau apalah, yang pasti saya gagal karena tidak bisa menolong orang yang kesusahan padahal saat itu saya masih mampu kalau hanya untuk memberi ongkos sampai tempat tujuan. bagaimana jika hal tsb menimpa saya suatu saat, hal yang mungkin jarang terpikirkan oleh orang lain.

Karena itulah sebabnya saat si ibu meminta tolong, saya serius menanggapinya. si ibu menjawab dengan suara dan wajah penuh pengharapan,"ibu mau pulang ke bandung, tapi uang ibu tidak cukup Nak!, anak ibu nungguin dirumah, tolong ibu ya Nak?. setelah mendengar penjelasan singkat, saya langsung membuka tas kecil yang berisi dompet dan mengeluarkan sedikit bantuan. "mudah-mudahan cukup ya bu?," ucap saya. si ibu mengucapkan terima kasih berulang kali,"semoga diberikan banyak rezeki ya Nak."

Saya hanya mengaminkan dalam hati lalu bergegas menyusul istri dan anak saya. rupanya mereka menunggu saya dan memperhatikan apa yang barusan terjadi. "hati-hati loh pa," istri saya mengingatkan dan bertanya kenapa si ibu tadi, sayapun memberi penjelasan singkat agar tidak banyak pertanyaan. Istri saya manggut-manggut mendengar cerita saya,"kasihan ya pa,"ungkapnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun