Tulisan ini hanya menyambung lidah ratusan atau mungkin ribuan masyarakat yang masih merasa belum merasakan sentuhan pembangunan oleh pemerintah kabupaten Langkat. Ironis memang, ketika pemerintah sangat gencar membangun infrastruktur di mana-mana, ternyata masih ada daerah atau jalan provinsi yang potensi wisatanya sangat menjanjikan, namun aksesnya rusak parah karena tidak diperhatikan oleh pemerintah setempat.
Pernah saya ulas, dalam satu tulisan disini tahun 2015 silam, bagaimana kondisi jalan menuju wisata di daerah langkat, Bukit Lawang. Objek wisata yang setiap tahunya selalu menjadi favorit bagi sebagian turis mancanegara. Pasti Anda pernah mendengar bagaimana indahnya Taman Nasional Gunung Leuser, yang di huni ratusan satwa liar, dan terkenal dengan keberadaan orang utan di dalamnya.
Sampai saat ini, jalan rusak menuju tempat wisata tersebut belum juga tersentuh perbaikan, sudah bertahun-tahun lamanya. Saya pernah optimis ketika pak Jarot ikut dalam kontestasi pilgub Sumut 2018 yang lalu. Beliau pernah berkunjung dan ke objeknwisata Bukit Lawang, dan berjanji akan membenahi jalan menuju objek wisata Bukit Lawang jika terpilih.
Saya hanya berharap dan yakin jika beliau menang, maka objek wisata Bukit Lawang akan kembali hidup dari mati suri yang terjadi bertahun-tahun lamanya. Impian itu kian kandas ketika beliau akhirnya kalah. Tumpuan harapan beralih ke pemenang gubernur Sumut saat ini, Edy Rahmayadi.
Berbagai keluhan sudah mereka sampaikan selama bertahun-tahun kepada para pemangku jabatan, namun hingga kini berita baik itu tak kunjung datang.
Sebenarnya sudah tak pantas di sebut jalan, lubang-lubang besar mengangga telah siap untuk memakan korban. Saat musim kemarau, jalan penuh debu yang beterbangan. "Jika Anda memakai pakaian putih, bisa langsung berubah menjadi warna coklat" begitulah keluhan sebagian masyarakat meluapkan kekecewaan mereka di media sosial.
Lubang mengangga itu terlihat jika kemarau, namun jika musim penghujan seperti gambar di atas akan menjadi jebakan yang sangat mematikan. Sangat di sayangkan tentunya, di mana pemerintah sedang gencar membangun infrastruktur jalan di seluruh pelosok negeri, namun ternyata masih ada jalan rusak yang hanya berkisar beberapa kilometer dari Kota Binjai di biarkan bertahun-tahun tanpa tersentuh perbaikan dari Pemda Langkat.
Semua seolah lepas tanggung jawab, dan terus saling tunjuk satu sama lain. Dulu, Jalan Binjai-Kuala atau Padang brahrang ini tak jauh dari rumah bupati Langkat periode 2013-2017. Namun ironisnya selama 5 tahun menjabat, jalan rusak ini tak pernah di lirik.Â
Berbeda 180 derajat dengan jalan menuju rumah Pak Bupati saat itu, saya sendiri selalu melewati rumahnya jika kebetulan sedang pulang kampung. Jalanya sangat mulus, namun sayang itu hanya untuk akses menuju rumah beliau.Â